Menkopolhukam Menyebut, dari 117 Napi Teroris, 48 Orang Sudah Kembali ke NKRI
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD mengungkapkan 48 dari 117 napi teroris telah menyatakan setia ke NKRI
Dilansir dari South China Morning Post, Indonesia telah memutuskan tidak memulangkan 689 warga yang telah bergabung dengan ISIS.
Repatriasi para WNI eks-ISIS membawa ancaman serangan teroris di Indonesia, sesuatu yang merupakan isu panas dalam sejarah bangsa Indonesia.
Semenjak kematian Abu Bakr al-Baghdadi oleh tentara Amerika, militan dari berbagai belahan dunia telah berada di kamp konsentrasi di Suriah bersama keluarga mereka.
Nasir Abas, mantan pemimpin Jemaah Islamiah (JI), kelompok yang berhubungan dengan al-Qaeda, mengatakan, "aku tidak setuju dengan repatriasi karena mantan eks-ISIS membawa virus menyerang ideologi Indonesia yang sangat berbahaya jika mereka masuk ke Indonesia."
Kembalinya para WNI eks-ISIS juga dapat memicu grup lain untuk melakukan tindakan teror serupa dengan mengajak para WNI eks-ISIS,
dan repatriasi juga dapat memunculkan serangan balas dendam oleh para simpatisannya di Indonesia.
Anggota ISIS memang sangat banyak, ketika sedang jaya-jayanya pada tahun 2014 silam, ISIS menguasai wilayah di Irak dan Suriah seluas 41.000 mil persegi dan memerintah lebih dari 11 juta orang.
Mulai Oktober 2016, ISIS menguasai sembilan dari 14 provinsi di Suriah, menurut buku A Review of ISIS ini Syria 2016 – 2019, Regional Differences and an Enduring Legacy The Carter Center Syria Project, March 2019.
Sepak terjang ISIS mampu menarik lebih dari 40.000 petarung asing dari 120 negara (termasuk Indonesia).
Selain itu juga memobilisasi lebih dari 25.000 orang baik dari Irak maupun Suriah.
Secara ekonomis, pada masa itu, ISIS mampu mencukupi dirinya sendiri dari minyak, pajak, penyelundupan, penjarahan, penculikan, dan pemerasan. Rata-tata setiap bulan pada tahun 2015 penghasilannya, menurut The Washington Institute for Near East Policy, mencapai 70 juta dollar AS.
Bahkan disebutkan, setiap harinya kekayaan ISIS bertambah 3 Juta USD atau Rp 41 Miliar yang berasal dari penyelundupan minyak mentah, penyelundupan manusia, perampokan dan pemerasan.
Pejabat intelijen AS yang tidak mau disebutkan namanya menyebut sumber daya mereka saat itu melebihi kelompok teroris manapun sepanjang sejarah.
Mengutip Bloomberg dan India Today, minyak mentah yang mereka hasilkan itu didapatkan dari kekuasaan mereka di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak serta mengendalikan sebanyak 11 ladang minyak di kedua negara tersebut.
Selanjutnya, jaring penjualan mereka adalah melalui jejaring penyelundupan yang telah ada turun-temurun,