Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

WNI Eks ISIS

WNI Eks ISIS Mengemis Minta Pulang, ISIS Tak Seperti Dulu Meski Terima Uang Rp 41 Miliar Setiap Hari

Pukulan pada 2017 adalah saat ISIS harus kehilangan ibu kota de facto-nya, Raqqa di Suriah Utara dan kota bersejarahnya, Mosul, di Irak Utara.

Editor: Frandi Piring
BBC
Penampakan WNI eks ISIS di kamp pengungsi Al-Hol, Suriah Timur. 

Kembalinya para WNI eks-ISIS juga dapat memicu grup lain untuk melakukan tindakan teror serupa dengan mengajak para WNI eks-ISIS,

dan repatriasi juga dapat memunculkan serangan balas dendam oleh para simpatisannya di Indonesia.

Anggota ISIS memang sangat banyak, ketika sedang jaya-jayanya pada tahun 2014 silam, ISIS menguasai wilayah di Irak dan Suriah seluas 41.000 mil persegi dan memerintah lebih dari 11 juta orang.

Mulai Oktober 2016, ISIS menguasai sembilan dari 14 provinsi di Suriah, menurut buku A Review of ISIS ini Syria 2016 – 2019, Regional Differences and an Enduring Legacy The Carter Center Syria Project, March 2019.

Sepak terjang ISIS mampu menarik lebih dari 40.000 petarung asing dari 120 negara (termasuk Indonesia).

Selain itu juga memobilisasi lebih dari 25.000 orang baik dari Irak maupun Suriah.

Secara ekonomis, pada masa itu, ISIS mampu mencukupi dirinya sendiri dari minyak, pajak, penyelundupan, penjarahan,

penculikan, dan pemerasan. Rata-tata setiap bulan pada tahun 2015 penghasilannya, menurut The Washington Institute for Near East Policy, mencapai 70 juta dollar AS.

Anak-anak Indonesia eks ISIS mencurahkan isi hatinya saat berada di kamp di Suriah. Saat orangtua mereka tiada, mereka mengaku tak tahu harus ke mana.
Anak-anak Indonesia eks ISIS mencurahkan isi hatinya saat berada di kamp di Suriah. Saat orangtua mereka tiada, mereka mengaku tak tahu harus ke mana. (AAREF WATAD / AFP via TRIBUNNEWSWIKI)

Bahkan disebutkan, setiap harinya kekayaan ISIS bertambah 3 Juta USD atau Rp 41 Miliar yang berasal dari penyelundupan minyak mentah, penyelundupan manusia, perampokan dan pemerasan.

Pejabat intelijen AS yang tidak mau disebutkan namanya menyebut sumber daya mereka saat itu melebihi kelompok teroris manapun sepanjang sejarah.

Mengutip Bloomberg dan India Today, minyak mentah yang mereka hasilkan itu didapatkan dari kekuasaan mereka di sebagian besar wilayah Suriah dan Irak serta mengendalikan sebanyak 11 ladang minyak di kedua negara tersebut.

Selanjutnya, jaring penjualan mereka adalah melalui jejaring penyelundupan yang telah ada turun-temurun,

dan semua dilakukan di bawah hidung pemerintah yang sedang melawan mereka: Irak utara yang dikendalikan kaum Kurdi, Turki dan Yordania.

Minyak mentah curian itu biasanya diangkut menggunakan truk-truk tangki, kata para analis.

"Ada banyak yang bisa jadi uang," kata Denise Natali, yang bekerja di Kurdistan sebagai pejabat kelompok bantuan Amerika yang sekarang menjadi peneliti di National Defense University.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved