Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bendera Perang Berkibar, Iran-AS Siaga: Ini Imbauan KBRI Terehan

Sebuah bendera berwarna merah mulai berkibar di puncak Masjid Jamkaran, kota suci Qom, Iran. Pengibaran bendera pada Sabtu (4/1)

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Instagram @realdonaldtrump
Tak Cuma Donald Trump, Berikut 3 Presiden Amerika Serikat yang Sempat Hadapi Pemakzulan 

TRIBUNMANADO.CO.ID, TEHERAN – Sebuah bendera berwarna merah mulai berkibar di puncak Masjid Jamkaran, kota suci Qom, Iran. Pengibaran bendera pada Sabtu (4/1) tersebut merupakan pertanda Iran menyatakan perang dan balas dendam terhadap Amerika Serikat (AS) setelah peristiwa pembunuhan terhadap Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat dini hari.

Iran bahkan telah menyatakan siap menyerang 35 target kepentingan AS di wilayah Timur Tengah. Televisi pemerintah Iran menyiarkan proses pengibaran bendera di atas menara Masjid Jamkaran yang dihormati di Kota Qom.

Hadapi Ancaman Balas Dendam Iran terhadap Amerika, Inggris Kirim Kapal Perang Ke Teluk

Dalam tradisi Syiah bendera merah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan berfungsi sebagai panggilan untuk balas dendam. Menurut laporan, pengibaran bendera merah di atas Masjid Jamkaran merupakan yang pertama kalinya.

Tak pelak Presiden AS, Donald Trump ganti menggertak akan menyerang 52 target strategis di wilayah Iran jika negara para mullah itu berani mengusik kepentingan AS di seluruh dunia.
"Biarkan ini berfungsi sebagai PERINGATAN, jika Iran menyerang setiap orang Amerika, atau aset Amerika, kami telah menargetkan 52 titik di Iran (mewakili 52 sandera Amerika di Iran beberapa tahun lalu). Beberapa di antaranya level tingkat tinggi, dan target-target itu serta Iran sendiri, AKAN DISERANG SECARA SANGAT CEPAT DAN SANGAT KERAS. AS tidak menginginkan ancaman lagi!,"

Presiden Iran Hassan Rouhani
Presiden Iran Hassan Rouhani (www.timesofisrael.com/AP Photo/Vahid Salemi)

Ancaman itu disampaikan Trump melalui akun Twitternya, pada Sabtu. Di kalimat tertentu Trump tampaknya sengaja menggunakan huruf kapital.
Mengenai alasan pembunuhan terhadap Qassem Soleimani, Trump kembali menyampaikan perwira tinggi Iran berusia 62 tahun itu bertanggungjawab terhadap tewasnya seorang kontraktor keamanan asal AS di Irak, melukai banyak orang lain, dan membunuh sejumlah orang di masa lampau.

"Dia (Qassem) sudah menyerang kedutaan besar kita, dan bersiap untuk serangan tambahan di lokasi lain. Iran telah menjadi masalah selama bertahun-tahun," lanjut Trump.
Militer AS mengkonfirmasi adanya dua serangan roket di dekat fasilitas Amerika di Irak pada Sabtu. Namun dalam serangan itu tidak ada personel atau sekutu AS yang terluka. Serangan itu terjadi di dekat zona hijau di Baghdad dan Pangkalan Udara Balad di Irak utara.

Sebelumnya, Sabtu, seorang pejabat Iran mengatakan setidaknya 35 target AS, termasuk kapal perang dan Tel Aviv (ibukota Israel), telah diidentifikasi untuk serangan balasan. Jenderal Iran, Gholamali Abuhamzeh, seorang komandan Pengawal Revolusi di wilayah Kerman, mengeluarkan ancaman itu, sehari setelah kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

Abuhamzeh mengatakan target vital Amerika di wilayah itu telah diidentifikasi sejak lama, termasuk kapal-kapal di Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Kota Tel Aviv. "Selat Hormuz adalah titik vital bagi Barat. Sejumlah besar kapal perusak dan kapal perang AS ada di sana. Sekira 35 target AS di wilayah tersebut serta Tel Aviv berada dalam jangkauan kami," katanya, seperti dikutip Kantor Berita Reuters.

Benarkah Kehadiran Zlatan Ibrahimovic di AC Milan Cuma Sebagai Pemanis?

Janjikan balasan

Terkait serangan mematikan terhadap Qassem, Departemen Luar Negeri AS mengatakan komandan pasukan elite di Iran itu secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat dan personel AS di Irak. "Amerika Serikat akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi rakyat dan kepentingan kami di seluruh dunia." kata Departemen Luar Negeri AS.

Presiden Iran, Hassan Rhouani, ketika mengunjungi rumah keluarga Qassem, Sabtu, mengeluarkan peringatan keras kepada AS. "Orang Amerika tidak menyadari betapa besar kesalahan yang telah mereka buat. Mereka akan menerima akibat dari tindakan kriminal tersebut tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga pada tahun-tahun mendatang," kata Rouhani.

Dalam kesempatan itu seorang putri Qassem bertanya kepada Hassan Rhouani mengenai balasan atas kematian sang ayah. "Siapa yang akan membalaskan darah ayahku," dia bertanya.
Hassan Rhouani memastikan bakal ada balasan. "Kami akan membalas darahnya, kamu tidak usah khawatir," ujar Hassan Rhouani.

Sehari sebelumnya, Jumat, pemimpin tertinggi Iran Ayatolla Ali Khamenei, juga mengunjungi rumah keluarga Qassem. "Semua orang berduka dan berterima kasih kepada ayahmu. Rasa terima kasih ini karena ketulusan hatinya yang besar. Tanpa ketulusan, hati (orang) tidak akan bersamanya seperti ini," ujar Ali Khamenei mengutip pesannya kepada keluarga Qassem. 

Kapal perusak Rusia dikawal kapal Inggris
Kapal perusak Rusia dikawal kapal Inggris (Kompas.com)

Inggris Kirim Kapal Perang Ke Teluk

Bukan hanya Amerika Serikat (AS) yang menyiapkan diri menghadapi aksi balas dendam Iran, tetapi juga Inggris, sekutu dekat Negara Paman Sam itu. Pada saat ini Inggris meningkatkan keamanan di fasilitas kepentingannya di Timur Tengah.

Sebanyak dua kapal perang Inggris diperintahkan mengawal kapal tanker berbendera Inggris yang sedang berada di kawasan Teluk (Selat Hormuz). Selain itu pemerintah Inggris memerintahkan sekira 400 tentaranya untuk menjaga markas miiter, para diplomat, serta fasilitas lainnya setelah terjadi peningkatan ketegangan di Timur Tengah.

Selain itu tentara Inggirs yang selama ini berada di delapan pangkalan kecil di Irak, untuk pindah ke markas yang lebih besar. Sebuah kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai rudal jelajah Tomahawk dan berada di wilayah itu, saat ini diperintahkan dalam kondisi siap tempur.

"Kami memiliki rencana A dan rencana B jika semuanya dimulai (terjadi perang). Pasukan kami di wilayah tersebut telah diberitahu untuk mengarahkan fokus pada perlindungan pasukan," ujar seorang pejabat senior Inggris, Sabtu (4/1).

Memasuki Tahun 2020, Ray Harap Ketum PAN Lebih Profesional

Menteri Pertahanan Ben Wallace mengungkapkan telah memerintahkan kapal perang ke Selat Hormuz untuk melindungi kapal dan warga negara Inggirs. Sekira 50 anggota Spesial Air Service (SAS/pasukan khusus Inggris) tengah menuju ke Timur Tengah untuk membantu evakuasi potensial warga Inggris. Belum diketahui apakah Inggris juga akan mengerahkan delapan jet Topan RAF yang berbasis di Siprus, sebuah pesawat mata-mata Sentinel, dan drone.

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membunuh Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds, Iran, memicu aksi unjuk rasa di dalam negeri.
Sejumlah kelompok massa turun ke jalan di Washington dan sejumlah kota lainnya di AS, Sabtu, mengecam serangan terhadap perwira tinggi Iran tersebut.

Pengunjuk rasa juga mengecam keputusan Trump untuk mengirim sekitar 3.000 personel militer tambahan ke Timur Tengah. "Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian. AS angkat kaki dari Timur Tengah!" teriak ratusan demonstran di depan Gedung Putih sebelum menuju Trump International Hotel, yang berada tak jauh dari lokasi tersebut.

Aksi protes serupa terjadi di New York, Chicago, dan kota-kota lainnya. Massa di Washington memegang poster-poster bertuliskan "Jangan ada perang atau sanksi terhadap Iran!" dan "Pasukan AS keluar dari Irak!"

Aksi itu melibatkan aktris sekaligus pegiat hak asasi manusia Jane Fonda. "Generasi muda di sini harus tahu, semua perang yang terjadi sejak Anda lahir karena memperebutkan minyak.Kita tidak bisa lagi kehilangan nyawa, membunuh orang, serta merusak lingkungan gara-gara minyak," kata Fonda (82) di hadapan massa.

Seorang demonstran Steve Lane mengakui aksi tersebut tidak banyak mempengaruhi kebijakan Trump. "Namun setidaknya saya bisa hadir dan mengatakan sesuatu yaitu menentang hal ini (serangan terhadap Qassem di Irak). Mungkin jika cukup banyak orang melakukan hal serupa, ia (Trump) akan mendengarkan," katanya.

Pendapat publik menunjukkan warga AS secara umum menentang intervensi militer AS di luar negeri. Survei tahun lalu oleh Chicago Council on Global Affairs menyebutkan 27 persen warga Amerika yakin intervensi militer menjadikan Amerika Serikat lebih aman, dan hampir setengahnya berpendapat sebaliknya.

Para pengunjuk rasa beramai-ramai dari Gedung Putih menuju Trump Hotel di Washington DC. Mereka menentang aksi AS terhadap Iran.
Para pengunjuk rasa beramai-ramai dari Gedung Putih menuju Trump Hotel di Washington DC. Mereka menentang aksi AS terhadap Iran. (JASPER COLT, USA TODAY)

Ribuan Orang Sambut Jenazah Sang Jenderal

Konvoi panjang menyambut kedatangan jenazah Mayor Jenderal Qassem Soleimani yang diterbangkan dari Baghdad, Irak, ke Kota Ahvaz, Iran, Minggu (5/1). Kantor berita IRIB mengunggah video peti jenazah yang dibungkus dengan bendera Iran tengah diturunkan dari pesawat.

Ribuan pelayat berpakaian hitam melakukan konvoi di Ahvaz, kota di barat daya Iran. Sehari sebelumnya jenazah Qassem di arak di Kota Bagdad. Sejumlah warga Shiah di Irak melakukan arak-arakan untuk menghormati Qassem.

Saat jenazah diturunkan dari pesawat, massa berkali-kali berteriak marah, "Matilah Amerika!" Korps musik militer ikut dilibatkan dalam penyambutan jenazah Komandan Pasukan Quds (pasukan elite di Garda Revolusi Iran) tersebut.

Setelah kematian Qassem pada Jumat lalu, banyak warga Iran turun ke jalan untuk menunjukkan duka cita. Qassem Soleimani dianggap sebagai tokoh terkuat kedua di negara itu setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Qassem sempat lolos dari banyak upaya pembunuhan sebelumnya. Namun pada Jumat dini hari itu ia tak bisa lolos dari serangan rudal yang dilepaskan pesawat tak berawak (drone) militer AS.
Ia tiba di Bandara Internasional Baghdad setelah melakukan penerbangan dari Suriah, negara sekutu Iran.

Sebanyak dua mobil SUV Toyota melaju ke landasan. Qassem disambut oleh Abu Mahdi al-Muhandis, Wakil Komandan Pasukan Milisi pro-Iran di Irak. Kedua pria itu berada dalam satu mobil, sedangkan mobil lain ditumpangi para pengawal.

Beberapa saat kemudian, ketika mobil-mobil itu melewati area kargo di jalan akses keluar dari bandara, mendadak dihantam sejumlah rudal. Rekaman CCTV hitam dan putih menunjukkan ledakan besar yang langsung menghancurkan dua mobil itu.

Media pemerintah Iran mengatakan sepuluh tewas dalam serangan itu, termasuk empat pembantu senior militer Iran, empat pemimpin milisi Irak, dan al-Muhandis. Komandan milisi lokal, Abu Muntather al-Hussaini mengatakan dua rudal menghantam mobil yang membawa Soleimani dan al-Muhandis.
Sedangkan mobil kedua dihantam satu rudal. Drone yang mengintai mereka dikirim dari markas Komando Pusat AS di Qatar.

Dikemudikan dari jarak sangat jauh oleh dua awak, drone itu dapat melakukan serangan secara presisi dan mengirim gambar serangan kepada para komandan. Drone Reaper itu membawa empat rudal Hellfire R9X Ninja yang dipandu laser dan mampu menghancurkan sebuah tank.

Reaper mampu terbang tanpa suara sehingga korban sulit mengetahui keberadaannya. The New York Times melaporkan Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menggunakan informasi sangat rahasia dari informan, penyadapan elektronik, pesawat pengintai, dan teknik pengawasan lainnya untuk melacak pergerakan Qassem.

Tahun lalu Iran mengatakan pihaknya menggagalkan upaya pembunuhan Qassem oleh mata-mata Israel dan Arab. Mereka membeli properti di sebelah masjid yang dibangun oleh ayah Soleimani di kota Kerman.

UPDATE Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Sangihe, 3 Warga Meninggal, 49 Rumah Rusak

Kemudian mereka menggali terowongan dan menanam bahan peledak. Para pembunuhan berharap bom meledak saat Qassem menghadiri sebuah acara keagamaan di masjid itu. Namun ternyata bom tersebut tidak meledak.

KBRI Teheran Imbau WNI Waspada

Saat ini situasi di Iran tengah memanas pasca-tewasnya Komandan Pasukan Quds Angkatan Bersenjata Iran, Mayjen Qasem Soleimani akibat serangan udara Amerika Serikat.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Teheran mengeluarkan imbauan kepada para WNI dan diaspora di Iran sehubungan dengan kondisi keamanan di sana. Imbauan ini disampaikan melalui laman resmi Kementerian Luar Negeri di https://kemlu.go.id/ tertanggal 3 Januari 2020.

Saat dikonfirmasi, Minggu (5/1/2020), Pelaksana Tugas (Plt) Jubir Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah membenarkan adanya imbauan tersebut. “Imbauan tersebut memang dikeluarkan oleh KBRI Teheran,” tutur Faizasyah. Adapun isi dari imbauan yang dikeluarkan oleh KBRI Teheran adalah sebagai berikut: Hindari tempat-tempat kerumunan massa atau rawan serta berpotensi timbulnya konflik maupun tempat yang diduga menjadi target/sasaran.

Bawalah barang-barang kebutuhan seperlunya dan utamakan keselamatan diri anda serta keluarga sekiranya dilakukan evakuasi. Ikuti saran/petunjuk yang diberikan terutama terkait letak tempat penampungan sementara (shelter) serta jalur evakuasi yang harus ditempuh yang telah ditetapkan KBRI Teheran dalam Buku Contingency Plan. Senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan menjaga komunikasi dengan sesama masyarakat dan diaspora Indonesia di Iran.

Tetaplah menjaga komunikasi dan informasikan perkembangan situasi, keadaan, dan keberadaan anda untuk memudahkan penanganan lebih lanjut. KBRI Teheran dapat senantiasa dihubungi melalui nomor hotline (aktif 24 jam), 09129632269, 09378132531, 09120542167, 09120368594 atau Kantor KBRI Teheran 021-88715558 dan Wisma Indonesia 021-22937305.
Menurut Faizasyah, terkait evakuasi, sekalipun terdapat imbauan, tetapi belum perlu dilakukan saat ini.

“Imbauan ini lebih sebagai antisipasi sekiranya terjadi eskalasi,” ungkap Faizasyah. Ia juga menyatakan bahwa keadaan Iran masih stabil hingga kini. “Namun KBRI akan terus memantau perkembangannya,” sambungnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, masalah keamanan ini menyusul tewasnya Jenderal top Iran Qasem Soleimani dalam sebuah serangan yang berlangsung di Bandara Baghdad.

Laporan tersebut disampaikan oleh Hashed al-Shaabi, kelompok paramiliter Irak yang memperoleh sokongan dari Teheran, Jumat (3/1/2020). Menurut pengumuman kematian Qasem Soleimani oleh AS, serangan yang dilakukan adalah atas arahan Presiden AS Donald Trump.

Meskipun serangan tersebut dilakukan atas perintah Donald Trump, DPR AS mengaku tidak diberi tahu tentang rencana penyerangan tersebut. Serangan dan kematian Soleimani pun direspons oleh pihak Iran.

Sejumlah pejabat Iran, termasuk pemimpin tertingginya, bersumpah akan membalas dendam. Melalui Twitter, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan waktu tiga hari berkabung atas kematian Qasem Soleimani. “Balas dendam yang sangat menyakitkan menunggu para kriminal yang telah menumpahkan darah pada martir itu di tangan mereka,” ancamnya.

Presiden Hassan Rouhani pun mengungkapkan hal yang serupa. Ia menyatakan bahwa kematian Soleimani yang ia sebut ‘syahid’ telah menghancurkan negara di Timur Tengah. Sementara, Menteri Pertahanan Amir Hatami, yang juga merupakan komandan Pasukan Quds berjanji bahwa pembalasan yang dilakukan nantinya akan mengerikan.  (dailymail/rtr/cnn/feb/kps)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved