Hari Guru
Suka Duka Guru di SD Impres Tongkaina, Lieske Mengaku Mengajar Sering Dua Siswa di Kelas
"Siswa di sini tidak pernah ketinggalan kurikulum," ujar Lieske Pongoh. "Saya sering mengajar hanya dua orang di kelas," ujar dia lagi.
Penulis: | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Suka duka guru asal Minahasa yang rela mengajar di daerah perbatasan Manado dan Minahasa Utara, sejak tahun 1990.
Guru ini, bernama lengkap Lieske Pongoh (56), dia ditunjuk Pemerintah Daerah Kota Manado melalui Surat Keputusan (SK) tahun 1990 untuk mengajar di SD Impres Tongkaina. Tepatnya desa Bahowo.
Lieske yang ditemui tribunmanado.co.id, Senin (25/11/2019) mengaku, jumlah murid di sekolah ini minim. Rata-rata setiap kelas enam orang.
Walaupun, minimnya murid, tak menghalangi guru-guru di sini, untuk memberikan mata pelajaran kepada siswa.
"Siswa di sini tidak pernah ketinggalan kurikulum," ujar Lieske Pongoh.
Kata dia, kelas yang diajarkan, muridnya berjumalh empat orang, setiap minggu pasti ada dari antara mereka tidak hadir di sekolah, dengan berbagai alasan.
"Saya sering mengajar hanya dua orang di kelas," ujar dia lagi.
Mau tak mau, harus tetap mengajar, karena sudah menjadi tugas seorang guru. Berapa pun murid yang hadir.
Hampir 29 tahun mengabdi di sekolah ini. Suka dan duka terlewatkan, karena keinginan besar ingin mengajar siswa di desa Bahowo menjadi pandai.
Sebagian besar anak di sini, hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Mereka tidak bisa meneruskan sekolah, karena jarak sekolah lanjutan jauh dari perkampungan serta ketidakmampuan orang tua, biayai sekolah.
Ia menambahkan, keseriusan untuk bersekolah dari siswa di sini, cukup luar biasa, walaupun jumlah siswa minim, tapi tidak pernah kelas kosong dari murid.
Kepala Sekolah SD Impres Tongkaina,Deytje Kapoh mengatakan, sekolah ini berdiri sekitar 37 tahun lalu.
Sekarang ini, jumlah murid berjumlah 38 orang dengan guru PNS 5 orang dan satu honorer.
Memang murid di sini, dikhususkan untuk warga Lingkungan 4 Tongkaina, karena jarak pergi ke sekolah jauh, maka sekolah ini dibangun.
"Kami telah melakukan sosialisasi, pada orang tua murid, jika ada anak sudah cukup usia sekolah. Harus bersekolah di sini," ujar Deyte Kapoh.