Jujun Belajar Buat Helikopter dari Internet, Pakai Mesin Genset Habis Rp 30 Juta
Lulusan STM yang sehari-hari buruh bengkel di Sukabumi mendadak populer karena merakit helikopter sendiri.
Banyak suku cadang yang terpaksa harus dibuatnya sendiri, karena faktor dana, termasuk hidrolik.
"Kalau sudah jadi, mungkin heli ini akan jauh lebih hemat BBM ketimbang heli lainnya," ungkapnya.
Untuk terbang selama satu jam, heli buatan Jujun hanya butuh 4 liter BBM, jauh lebih hemat dibanding heli konvensional yang harga bensolnya di kisaran Rp 90 ribu/liter.
Suami Yang Gigih
Ny Yeti (37), istri Jujun Juanedi, sedang duduk di lantai teras rumahnya, saat ditemui Tribun.
Perempuan ini menceritakan kegigihan sang suami dalam mewujudkan ide besarnya.
Mengenakan kaus putih dipadu celana warna senada, Ny Yeti berulang kali bersyukur memiliki suami yang inovatif.
"Bapak mengerjakan ini tidak setiap hari. Biasanya sepulang kerja sore sampai malam. Kalau pas Minggu atau hari libur, bisa sehari penuh," tuturnya.
Meski demikian, lanjutnya, sang suami lebih mengutamakan kepentingan masyarakat ketimbang pribadinya.
"Ketika Minggu ada kerja bakti, ya kerja bakti dulu," tuturnya.
Akses menuju rumah Jujun hanya berupa jalan setapak yang hanya cukup untuk dilewati satu sepeda motor.
Tak mudah membawa bahan-bahan untuk merakit heli ke rumahnya.
"Bahan-bahannya itu semua dibeli sendiri. Terkadang menyewa mesin (untuk membantu merakit) dari tempat kerjanya," ujar Yeti.
Jujun jarang meminta bantuan orang lain untuk mengangkut suku cadang. Hanya sekali saja minta tolong orang, yakni saat membawa pipa besar.
Biasanya, kata Yeti, sang suami mengikatkan bahan yang dibelinya di sepeda motor secara bertahap.
"Setiap hari dibawa pakai motor saja, ditaruh di pinggir, diikat. Kan nanti dirangkai dan di las di sini," kata dia.
(Tribun Network/dit/nik/wly)