Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jujun Belajar Buat Helikopter dari Internet, Pakai Mesin Genset Habis Rp 30 Juta

Lulusan STM yang sehari-hari buruh bengkel di Sukabumi mendadak populer karena merakit helikopter sendiri.

Editor: Sigit Sugiharto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Helikopter rakitan karya warga Sukabumi, Jujun Junaedi (45) di kediaman Jujun Junaedi di Kampung Cibubuay, Darmareja, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (20/11/2019). Helikopter rakitan yang dinamai Gardes JN77 bermesin genset dan hanya menghabiskan dana Rp 30 juta. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Jujun Junaedi (42), warga Desa Darmareja, Kecamatan Nagrak,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini  mendadak tenar.

Lulusan STM (Sekolah Teknik Menengah) yang juga buruh di bengkel hidrolik di kawasan Sukabumi ini diam diam merakit helikopter.

Helikopter rakitan Jujun bermesin genset dan berbahan bakar bensin (premium) ini sudah hampir jadi.

Tinggal menyelesaikan baling-baling dan serangkaian penyempurnaan engine serta bodi, sebelum uji terbang.

Tim dari Pustekbang (Pusat Teknologi Penerbangan) Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) mengapresiasi apa yang dilakukan Jujun ini.

Karenanya, mereka datang langsung ke rumah buruh bengkel ini untuk memberi masukan mengenai berbagai hal agar heli bikinan Jujun bisa terbang. 

"Saya akan meneruskan pembuatan helikopter ini," ungkap Jujun kepada wartawan seusai menerima kunjungan tim Lapan di rumahnya, Selasa (19/11/2019).

Jujun mengaku semakin bersemangat setelah didatangi Teuku M Ichwanul Hakim  dari Pustekbang Lapan. Ia mengaku banyak mendapatkan saran dan masukan.

Ichwanul menilai, sebagian besar komponen sebagai persyaratan untuk terbang sudah lengkap.

Namun, secara teknis, uji terbang belum dapat dilaksanakan.

Ini karena saat helikopter terbang, banyak kondisi yang harus dipenuhi, antara lain terkait keamanan, kekuatan struktur utama, termasuk struktur baling-baling.

Selain itu, kinerja baling-baling utama dan baling-baling ekor untuk menstabilkan posisi helikopter juga perlu terukur.

"Jadi, tahapannya harus uji darat dulu. Kalau sudah yakin semuanya kuat dan terpenuhi keamanannya, baru uji terbang bisa dilakukan," ujar dia.

Ichwanul mengatakan, semuanya itu demi keamanan. Ini karena jika jatuh, minimal yang ada di dalam helikopter dan di sekitarnya bisa terdampak.

Jujun sendiri sangat berterima kasih atas semua saran dan masukan dari Lapan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved