News
KISAH Pendeta Selamatkan Warga Pendatang saat Rusuh di Wamena : Langsung Pecah
Namun dibalik peristiwa pilu tersebut terdapat cerita bahwa para warga asli Wamena yang melindungi warga pendatang dari serbuan perusuh.
“Waktu saya dengan istri sibuk melindungi kawan-kawan Muslim, ada yang marah dan bakar motor saya. Saya diteriaki kelompok Barisan Merah Putih. Tetapi, saya dengan istri sampaikan kami laksanakan ajaran Tuhan Yesus dan juga ajaran Alkitab.”
“Saya sampaikan kepada yang bakar toko dan kios dan yang niat membunuh, bahwa teman-teman Pendatang dan Muslim bukan musuh kami. Kami punya tanggungjawab untuk menjaga dan melindungi mereka. Kalau kamu mau membunuh teman-teman pendatang, lebih baik kamu membunuh saya duluan. Apa salah mereka? Saya punya kewajiban iman dan moral serta bertanggungjawab lindungi dan jaga mereka.”
“Saya dengan istri saya, Pdt. Erius Wenda dan Derpin Wenda sangat bergembira dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena kami telah menjadi sahabat, kawan dan teman sejati kawan-kawan Muslim dalam ancaman dan amukan massa yang marah."
“Kami berdoa dan berharap supaya teman-teman Muslim bisa kembali dan hidup bersama-sama dengan kami. Karena kami penjaga dan pelindung saudara-saudara Muslim dan sebaliknya mereka juga pelindung dan penjaga kami.”
Gembala Sidang Gereja Baptis Agamua, Inanius Wenda, S.Pd. juga melindungi kawan-kawan Muslim dalam jumlah yang besar. Ada massa yang marah dan ancam gembala, tetapi gembala Inanius Wenda mengatakan:
“lebih baik bunuh saya lebih dulu. Kaum pendatang dan Kaum Muslim tidak buat salah dan saya sahabat mereka.”
Masih Trauma
Keinginan pengungsi untuk kembali ke Wamena juga diutarakan Krisanthus Letsoin, asal Kepulauan Kei, Maluku—yang sejak 2008 mengabdi sebagai tenaga guru honorer di Kabupaten Yahukimo.
Kris dan keluarganya meninggalkan rumah mereka di Wamena dan mengungsi di Sentani, Jayapura, setelah Wamena dilanda kerusuhan.
"Kalau saya akan tetap kembali, sudah jadi tugas saya yang harus dilaksanakan. Di sana kekurangan guru, semua mata pelajaran saya ajarkan," kata Kris.
Bagaimanapun, Kris tidak menampik bahwa dirinya mengalami trauma sehingga masih memulihkan diri di tempat pengungsian di Sentani, Jayapura.
"Perasaan masih trauma. Di sini kita merasa aman sekali, ada lingkungan keluarga. Kita sudah baik," ujar Kris.

ENGGEL WOLLY/Sejumlah warga Wamena asal Kepulauan Kei, Maluku, memutuskan untuk mengungsi ke Jayapura.
Pria itu sejatinya tidak mengalami kerusuhan di Wamena pada 23 September lalu karena dia datang ke kota itu sebelum ricuh dan sudah kembali ke Yahukimo saat terjadi kerusuhan.
"Saya tiba di Wamena sehari sebelum Wamena rusuh, untuk pencairan dana BOS. Setelah di Yahukimo baru saya dengar Wamena rusuh. Tidak ada penerbangan ke Wamena. Terpaksa saya langsung ke Jayapura karena tidak ada akses untuk ke Wamena baik darat maupun udara," paparnya.