Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Dua Peluru Aiptu Pariadi Kenai Kepala Istri: Tembak Mati Fitri Kemudian Bunuh Diri

Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Pariadi dan Fitri Handayani, ditemukan tewas tergeletak berlumur darah, di rumah mereka.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Facebook
Polisi Diduga Tembak Kepala Istri Lalu Bunuh Diri. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MEDAN - Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Pariadi dan Fitri Handayani, ditemukan tewas tergeletak berlumur darah, di rumah mereka. Dua peluru melukai kepala istri, sehingga luka seriusnya menyebabkan kematian seketika, dan satu butir mengenai bagian kepala sang polisi yang menjabat sebagai Kepala Tim I Satresnarkoba Polres Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Aiptu Pariadi, diduga menembak istrinya, kemudian dia sendiri bunuh diri. Sebelumnya, pasangan suami istri tersebut diduga terlibat pertengkaran. Pasangan suami istri ini meninggalkan tiga orang anak dua laki-laki dan satu perempuan; Yuda (20 tahun), Ical (16) dan Chantika (10).

Anto, tetangga mereka di dusun VI Desa Lidah Tanah, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, menyebut suara tembakan senjata api terdengar begitu keras pada Sabtu, (5/10) larut malam. Ia mendengar tiga kali suara letusan.

"Sekitar jam 23.00 WIB. Aku sedang nonton TV, pertandingan bola. Itulah dengar tiga kali letusan. Setelah dengar dor..dor..dor aku langsung yakin, ini pasti suara (letusan) pistol,"ujar Anto yang ditemui wartawan Tribun  Medan di depan rumahnya, Minggu (6/10).

Sebagai informasi, senjata organik polisi biasanya senjata laras pendek, revolver. Adapun pistol sebutan yang biasa terdengar. Pistol adalah jenis senjata laras pendek antara lain glock yang terbartas dipakai satuan khusus, sedangkan senjata reguler polri revolver.

Anto menyebut setelah mendengar letusan senjata api, ia segera mematikan televisi dan langsung keluar rumah. Ketika itu, dua anak Pariadi yakni Ical dan Selvi, menangis menjerit memanggil-manggil kakeknya.

Baca: Elite Sedang Berhitung Biaya Politik 2024: Wacanakan Pengembalian GBHN

"Ical lari ke rumah kakeknya. Jerit-jerit bilang kakek-kakek cepat... lihat bapak... lihat mamak, cepat. Gitu lah dibilangnya sambil nangis,"kata Anto.

Dua anaknya, Ical, anak penengah dan Chantika si bungsu, sudah tertidur. Adapun anak sulung sedang berada di luar rumah. Karena kaget oleh letusan senjata, kedua anak itu terbangun.

Jarak rumah Pariadi dengan orangtuanya hanya berjarak 50 meter. Begitu dikabari Ical, sang kakek, yaitu Paelan, ayah Pariadi, langsung lihat ke dalam rumah. 

"Ya saat itu bapaknya (Paelan) hanya bisa bilang astagfirullahhalazim. Baru lah kemudian ramai datang orang. Ya enggak sangka juga kita bisa seperti ini. Setahu kami, harmonisnya rumah tangga mereka. Enggak ada kita dengar ribut-ribut. Istriku pun bilang gitu, enggak pernah dengar mereka ribut,"kata Anto yang rumahnya hanya berjarak 5 meter dari kediaman Aiptu Pariadi.

Paelan menemukan Fitri, putrinya tergeletak, tewas seketika, di ruang TV.  Sementara Pariadi tewas di depan pintu kamar. Jarak keduanya hanya berkisar 3 meter. Saat ditemukan, Fitri dan Aiptu Pariadi mengalami luka pada bagian tubuh  yang sama, kepala.  

"Aku sebenarnya tadi sudah tidur. Anaknya (Ical, Red) datang ke rumah tadi. Dibilangnya kek lihat bapak... Kek lihat mamak di rumah itu, cepat. Di dalam rumah ada dua anaknya, yang satu lagi sedang di luar rumah," ucap Paelan kepada polisi yang menemuinya.

Tiga Peluru

Mahmud, tetangga lain korban, sempat masuk ke rumah korban untuk membantu polisi mengevakuasi jenazah mengatakan kondisi kepala keduanya mengalami luka parah. Ia tidak menyangka pasangan suami istri yang dikenal cukup baik di lingkungan bisa meninggal tragis.

"Bagian kepala keduanya itu berlumur darah semua. Jasad sstrinya di depan TV, suaminya dekat ruang tamu. Jarak sekitar 3 meter saja,"kata Mahmud.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved