Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

MTPJ 8 – 14 September 2019

Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat - “Rumah Sorgawi Bagi yang Setia”

Allah menghendaki kehidupan kita yang mau setia kepada-Nya untuk menjawab persoalan ataupun pergumulan yang dialami.

Editor: Aswin_Lumintang
ilustrasi 

TEMA BULANAN : “Peran Gereja dalam Menghadirkan Tanda-tanda Kerajaan Allah”
TEMA MINGGUAN : “Rumah Sorgawi Bagi yang Setia”
Bacaan Alkitab: Wahyu 21:9-27

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Allah menghendaki kehidupan kita yang mau setia kepada-Nya untuk menjawab persoalan ataupun pergumulan yang dialami.  Arti kata ”setia” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berpegang teguh pada janji, pendirian patuh atau taat.

Ilustrasi Holy Bible
Ilustrasi Holy Bible (NET)

Dalam Perjanjian Lama kata setia atau kesetiaan menggunakan kata emunah yang artinya kokoh, tidak tergoyahkan, tidak berubah. Sedangkan, dalam Perjanjian Baru menggunakan kata pistos yang berarti dapat dipercaya. Jadi setia/kesetiaan menunjuk pada karakter yang ditunjukan lewat perbuatan.

Di tengah zaman yang semakin berubah, dalam berbagai pergumulan ekonomi, sosial, politik, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, ketidakadilan terhadap sesama, gaya hidup yang mengesampingkan kepentingan bersama, saling menghakimi dan mempersalahkan termasuk  dalam lingkup pelayanan gereja.  Hal seperti itu  membuat hubungan dengan sesama menjadi renggang dan relasi dengan Tuhan dapat terganggu.

Degradasi (kemerosotan) moral inilah yang menjadi pergumulan iman orang percaya, maka kita dipanggil untuk menggumuli bersama dan berperan aktif dalam memberi solusi melalui kesetiaan kita kepada Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan adalah wujud nyata dari iman kita kepada-Nya yang terlihat dari apa yang kita lakukan. Tema minggu ini “Rumah Sorgawi Bagi Yang Setia” adalah perenungan yang akan mengantar kita dalam memahami janji Tuhan kepada orang yang setia.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kata “Wahyu” dalam pasal 1:1 adalah terjemahan dari kata Yunani “apokalypsis” yang artinya penyingkapan. Layaknya sastra apokaliptik pada umumnya, kitab Wahyu memiliki ciri khas di mana Allah berdaulat untuk menyatakan kehendak-Nya di dunia. Tulisan dalam kitab ini mengemukakan maksud menyingkapkan kepastian kemenangan dari Allah.

Alkitab
Alkitab (Netralnews.com)

Gereja perdana mengalami penderitaan dan kesulitan di masa kekuasaan bangsa Roma. Pemerintahan Kaisar Nero (55 M), merupakan periode pertama yang membawa penderitaan bagi orang percaya. Periode berikutnya terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (95 M), kaisar yang  terkenal karena kejahatan dan ambisinya menjadi sang dominus et Deus, penguasa dan Tuhan. Dengan penderitaan yang semakin berat dan berbagai ancaman dari pemerintah Romawi, iman orang percaya mengalami kemerosotan.

Wahyu 21:9-27 menceritakan tentang Allah membaharui segala sesuatu. Yohanes memberi gambaran akan penglihatannya mengenai kedaulatan Allah, yang akan membaharui keadaan orang-orang percaya yang sedang berada dalam penindasan pemerintah Romawi.

Dalam kitab Wahyu, angka 3,7 dan 12 adalah simbol yang mempunyai makna kesempurnaan. Ke-tiga pintu gerbang menunjuk pada terbukanya kesempatan bagi setiap orang untuk masuk dalam Yerusalem baru. Ke-tujuh jemaat yang ada di Asia kecil dan tujuh malaikat dengan tujuh cawan malapetaka adalah gambaran mengenai murka Allah yang akan dinyatakan untuk dunia yang jahat (15:7) dan angka 12 menunjuk pada 12 malaikat, 12 batu dasar, 12 pintu gerbang, 12 mutiara, 12 suku Israel dan 12 rasul.

Yohanes diberi penglihatan mengenai Yerusalem yang baru, tembok-temboknya besar dan penuh dengan kemewahan. Pada zaman Perjanjian Lama karakteristik kota terlihat dari tampilan tembok-temboknya. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa tembok-tembok yang besar dengan segala kemewahannya melambangkan pemeliharaan Allah dan kemuliaan-Nya yang berlaku atas kota suci itu. Ungkapan-ungkapan simbolis ini merupakan suatu jaminan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya di tengah-tengah penindasan dan keserakahan pemerintah Romawi.

Batu-batu permata seperti yaspis, nilam, mira, zamrud, unam, sardis, ratna cempaka, beril, krisolit, krisopras, lazuardi dan batu kecubung adalah gambaran mengenai segala kekayaan yang di miliki oleh Yerusalem baru. Kemuliaan kekayaan Allah ini akan menggantikan situasi penderitaan umat dengan situasi kedamaian di kota kudus, Yerusalem yang turun dari sorga. Esensi dari kota ini adalah kota suci yang dipersiapkan Allah dengan segala kemuliaan-Nya untuk kehidupan orang-orang yang kudus yang memperoleh kemenangan, melebihi kemewahan dan kekayaan yang ada di dunia.

Bait Suci yang merupakan tanda kehadiran Allah di zaman Perjanjian Lama, juga terlihat pada penglihatan Yohanes, yang menggambarkan relasi kudus dan mulia antara Allah dan Kristus Yesus yang adalah Anak Domba“… sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya”. 

Allah hadir bukan lagi dengan tanda Bait Suci yang berbentuk, tapi Allah sendiri berdiam bersama dengan manusia. Bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahaya-Nya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan kepada-Nya. Tetapi sesuatu yang najis, orang yang melakukan kekejian atau dusta tidak akan masuk ke dalamnya, selain yang namanya tercatat dalam kitab kehidupan.

Kitab kehidupan adalah sebuah kitab dalam kepercayaan Yudaisme dan Kristen di mana Allah mencatat nama setiap orang yang ditentukan untuk menjadi warga Kerajaan Allah (Yerusalem yang baru). Kitab Kehidupan adalah juga jaminan dari kemahakuasaan Allah terhadap orang-orang percaya. Suatu janji Tuhan kepada orang-orang percaya yang tetap setia dalam menghadapi penderitaan dan tekanan-tekanan dari pemerintah Romawi. Kesetiaan kepada Tuhan akan membawa mereka ke dalam kenyamanan hidup di rumah sorgawi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved