Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Paskibraka

Kisah Alim Arsad, Paskibraka Nasional Sering Di-Bully, Ayah: Sering Dibilang Banci, Dia Buktikan!

Alim Arsad (16), siswa asal Desa Tolondadu Satu, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) yang menjadi Paskibraka Nasional

Penulis: Nielton Durado | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO/NIELTON DURADO
Alim Arsad (16), siswa asal Desa Tolondadu Satu 

TRIBUNMANADO.CO.ID  - Alim Arsad (16) siswa asal Desa Tolondadu Satu, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) yang menjadi Paskibraka Nasional ternyata punya kisah pilu.

Alim rupanya pernah di-bully oleh teman-temannya dengan sebutan seorang banci.

Hal itu dibeberkan oleh ayahnya, Nani Arsad ketika ditemui Tribun Manado, Selasa (6/8/2019).

Menurut Nani, salah satu alasan kenapa Alim ikut Paskibraka adalah karena bully-an tersebut.

"Karena sering dibilang banci, dia (Alim) sempat marah dan bilang akan buktikan dengan ikut Paskibraka," ujar sang ayah.

Ketika sang anak mengeluh atas bulian yang didapat selama di sekolah.

Nani hanya meminta Alim untuk selalu bersabar.

"Saya bilang sabar dan fokus ke sekolah saja," ucapnya.

Baca: PROFESI Ahok Sekarang Terbongkar, Diluar Dugaan!

Baca: Beredar Kabar Akan Ada Gempa Berkekuatan 9,0 SR Setelah Gempa di Banten, BMKG Beri Penjelasan Ini

Baca: Pintu Jokowi Tertutup, Sosok Ini Bisa jadi Utusan PDIP di Pilpres 2024, Ahok?

Namun, semenjak Alim lolos ke Paskibraka Nasional. Bully-an itu justru berganti menjadi pujian.

"Dia bilang sudah banyak yang tidak buli lagi. Bahkan para guru juga memberikan apresiasi," aku dia.

Alim juga mengaku bangga pada ayahnya karena melalui Paskibraka, sudah tak ada lagi yang mem-bully dirinya.

"Sekarang Alim sudah ke Jakarta dan nantinya saya akan nyusul," tegas sang ayah. 

Baca: Daftar 16 Ponsel dengan Tingkat Radiasi Paling Tinggi, HP Kamu Masuk Urutan Berapa?

Baca: Mafia Properti Raup Rp 214 Miliar dalam 4 Bulan, Hasilnya untuk Beli Jam Tangan hingga Mobil Mewah

Baca: BMKG Minta Warga di Malut Waspada

Baca: Terlilit Utang, Suami Jual Istrinya Lewat Prositusi Online, Sasar Usia 25-35 Tahun

Baca: Coba Tips Ini Agar Roti Tawar Bisa Tahan Lebih Lama

Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini Selasa 6 Agustus 2019: Aquarius Banyak Peluang, Pisces Jangan Keras Kepala

Pesan Ingat Salat Saat di Jakarta

Kebahagiaan nampak tersirat dari wajah Nani Arsad (44) dan Rita Diyunu (40).

Keduanya adalah warga Desa Tolondadu Satu, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolsel.

Nani dan Rita adalah orang tua dari Alim Arsad, siswa asal Bolsel yang terpilih menjadi Paskribraka Nasional pada 17 Agustus 2019 di Jakarta nanti.

Ketika disambangi Tribun Manado, Senin (5/8/2019) di rumah keduanya.

Sang ayah Nani, hanya menggunakan baju biru dengan penuh noda, dan celana hitam yang hanya sebatas lutut.

Sementara Ibunya Rita, hanya memakai daser berwarna kuning dengan bercak putih yang dibeli sejak 4 tahun lalu.

Nani nampak binggung ketika ditanyakan mengenai pekerjaan sehari-hari dan penghasilannya.

Pria 44 tahun itu mengatakan jika penghasilannya tak dihitung per bulan.

"Pendapatannya dalam tiga bulan sekali dari hasil kebun. Itupun hanya cukup buat makan sehari-hari," ujarnya.

Nani mengaku sebagai orang tua yang hanya tamatan SD, ia hanya bisa bekerja di kebun dan buruh bangunan.

"Buruh bangunan bisa, tapi akhir-akhir ini belum ada yang ajak," ungkapnya.

Untuk bertahan hidup, kesehariannya Nani hanya bekerja sebagai pengolah rotan di hutan.

"Kadang-kadang ke hutan olah rotan, terkadang juga ke kebun lihat tanaman lain seperti cengkih dan coklat. Yang penting bisa dapat duit," aku dia.

Ketika ditanyakan tentang keberhasilan sang anak pertamanya Nani tersenyum bangga.

Ia mengaku tak pernah menyangka jika putra pertamanya akan lolos ke ibukota.

"Jangankan lolos ke Jakarta, uang komitenya saja kami masih nunggak 4 bulan," aku dia.

Pertama kali mendengar jika sang anak lolos ke Jakarta, Nani mengaku langsung sujud syukur.

"Saya ajak istri untuk salat dan mendoakan anak kami senantiasa diberikan kesehatan," ungkap dia.

Sementara itu, Rita Diyunu sang ibu mengaku sedih karena tak bisa ke Jakarta melihat anaknya.

"Saya sedang sakit, jadi tak bisa jalan jauh," ujar Rita.

Rita bersyukur bahwa Allah memberikan anak yang sangat perhatian dalam keluarganya.

"Alim itu anaknya tahu susah. Pulang sekolah sering cari uang dengan jadi buruh batu dan pasir.

Kadang dia juga memangkas rumput di kebun orang," ungkapnya.

Biaya untuk memangkas rumput dan buruh batu adalah Rp 100.000 per hari.

"Sebagian uangnya ia tabung, tapi sering juga kami pinjam untuk beli lauk," ucap Rita.

Ia membeberkan jika Alim pengen masuk Akademi Polisi (Akpol).

"Tapi Alim tahu kondisi kami seperti apa. Saya hanya selalu pesan jika ada keinginan Allah pasti berikan jalan," ujar sang ibu.

Kedepannya Rita berharap sang anak bisa mencapai cita-citanya menjadi seorang polisi dan membanggakan Bolsel.

"Kami doakan dia bisa jadi polisi dan sekolahkan adiknya. Karena secara biaya kami sudah tidak mampu lagi," aku dirinya.

Rita juga menitipkan pesan agar ketika Alim berada di Jakarta bisa menjaga salat dan kesehatan.

"Minta terus bimbingan pada Allah. Insya Allah akan selalu ada jalan," tandasnya. (Nie)

Channel Youtube Tribun Manado :

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved