NEWS
Sejarah Cap Tikus, Miras Asli Minahasa yang Dikaitkan dengan Kebakaran Kompleks Pasar Ikan Manado
Cap Tikus dibuat dari sadapan air nira atau disebut dalam bahasa lokal dengan nama saguer yang kemudian disuling hingga menghasilkan...
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Indry Panigoro
Minuman itu dimasukkan ke botol-botol yang diberi lebel bergambar seekor tikus.
Cap tikus dalam kemasan botol ini lalu dipasarkan di tempat-tempat umum.
Harga jual per botol 25 hingga 50 sen.
Berita populer:
Baca: Kisah ONeill Bocah yang Beruntung Bisa Bermain Sepak Bola dengan Lionel Messi saat Liburan
Baca: DAFTAR 11 Jenderal Polri yang Naik Pangkat, Nomor Sebelas Putra Asli Manado Lulusan SMA Negeri 7
Baca: PROFIL LENGKAP Brigjen Polisi Roycke Harry Langie, Jenderal Asli Manado yang 4 Kali Jabat Kapolres
Baca: Seorang PNS Diberhentikan Gara-gara tak Masuk Kantor Selama 58 Hari
Tradisi Eropa
Denni menjelaskan, kebiasan menengak miras oleh orang Minahasa sudah ada sejak abad 19.
Menular dari kebiasaan orang barat di masa kolonial Belanda.
Perdagangan miras semisal whisky dan Brandi di Eropa, ikut tembus ke daerah kolonial.
Belakangan, teknologi penyulingan ikut diperkenalkan, hingga ke pelosok.
Denni mengatakan, menurut sejarawan Minahasa, Jessy Wenas, teknik penyulingan cap tikus ini diperoleh orang Minahasa yang jadi tentara kolonial ketika ditugaskan ke Jawa.
Sejak zaman kolonial, di beberapa daerah sudah muncul beragam nama minuman tradisional.
Di Ambon disebut sopi, kemudian disebut arak di daerah jawa.
Saguer sebutan orang Minahasa
Saguer fermentasi ini kemudian disuling
"Kalau perkirakan akhir abad 19 orang minahasa membuat cuka saguer kemudian dimasak jadi captikus," kata dia Denni.