Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Game PUBG

Ketagihan, Remaja Ini Rela Tempuh 2 Jam Perjalanan Untuk Bisa Dapat Akses Internet Demi PUBG

Tak semua desa di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) sudah merasakan akses internet.

Penulis: Nielton Durado | Editor: Rizali Posumah
TRIBUN MANADO/NIELTON DURADO
Kisah Bagas Maspeke, Bocah 8 Tahun yang Ikut Turnamen PUPG di Bolsel 

"Bisa tambah teman, dan sering sharing di komunitas kalau ada waktu senggang," tegasnya. (Tribun Manado/Nielton Durado)

Baca: Baca Surat untuk Jokowi: Begini Ekspresi Nuril

Baca: Pimpinan DPR Divonis 6 Tahun: Ini Sanksi Politik buat Taufik Kurniawan

Baca: VIDEO Insiden Kecelakaan di F1 GP Inggris, Sebastian Vettel Tabrak Marx Verstappen Lalu Minta Maaf

Bahaya Terlalu Banyak Main PUBG

Komunitas PUBG
Komunitas PUBG (TRIBUN MANADO/FERDINAND RANTI)

Nama gim Player Unknown's Battlegrounds atau disebut PUBG Mobile kini tengah mencuat seusai peristiwa penembakan di Kota Christchurch, Selandia Baru.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat rencananya akan mengkaji dampak gim online PUBG Mobile dan mempertimbangkan fatwa haram pada gim tersebut.

Sekretaris Komunitas Psikiater Jawa Barat, Meutia Laksminingru, menilai bahwa secara teori psikologis apabila permainan itu dimainkan secara terus menurus bisa menyebabkan adiksi.

"Jadi sama seperti merokok, itu bisa menyebabkan perubahan prilaku seseorang. Dilakukan terus menerus, rutin bisa menyebabkan kecanduan."

"Sehingga misalkan tidak melakukan itu jadi ada perubahan prilaku," ujar Meutia, saat dihubungi Tribun Jabar, melalui ponselnya, di Kota Bandung, Minggu (24/3/2019).

Meutia mengatakan bahwa kecanduan permainan itu bisa menimpa semua kategori jenis usia.

"Pada anak-anak mereka cenderung meniru. Kalau tidak ada sikap dan pemahaman dari orang tua, bisa menyebabkan gangguan mental pada anak."

"Lebih mudah atau rentan merubah perilaku. Orang dewasa tak serentan anak-anak," katanya.

Ia merekomendasikan agar orangtua mengawasi anaknya ketika memainkan PUBG Mobile dan membatasi waktu bermain.

"Penggunaannya, pemahaman manfaat itu apa. Komunikasi antar orangtua dan anak menyampaikan game yang kekerasaan virtual. Takutnya menyerap sisi kekerasan itu diperkenankan," ujarnya. (Tribun Jabar)

Baca: Timnas Indonesia U18 Bakal Jalani 3 Laga Ujicoba Sebelum Berangkat ke Vietnam

Baca: Ternyata Olahan Lemon Bisa Kembalikan Kilau Alami Wajah, Berikut Cara Pengolahannya

Baca: Atlet Voli Sulut Masuk Tim Nasional, Jordan Susanto Siap Tanding di ASEAN School Games

Baca: Terima Sistem Rudal S-400 dari Rusia, Turki Abaikan Peringatan AS

Baca: Kontainer Ini Lepas karena Tersangkut di Pohon, Remaja di Belakang Truk Langsung Melakukan Hal Ini

Baca: Komnas HAM Belum Akan Ungkap Hasil Investigasi Kerusuhan 22 Mei

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved