Pakai Mobil Mewah: Begini Cara Densus 88 Tangkap Teroris Jaringan Internasional
Densus 88 Antiteror Polri melakukan serangkaian penangkapan terhadap lima terduga teroris di wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
PW alias Abang sedang mengembangkan kekuatan organisasinya, kelompok Jemaah Islamiyah (JI), jarinag teroris global Al Qaeda, termasuk dari segi ekonomi. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan kelompok tersebut memiliki perkebunan sawit sebagai sumber dana.
"Ini sedang dikembangkan, tahapan pembangunan kekuatan ini tentunya harus didukung oleh kemampuan ekonomi. Mereka sedang mengembangkan basic ekonomi mereka itu dengan beberapa usaha yang mereka bangun yaitu usaha kebun," kata Dedi.
Baca: Mitra Kukar Yakin Menang di Klabat, Rafael: Semua Pemain Sulut United Berbahaya
Untuk membiayai kebutuhan operasional organisasi, dana tersebut dialokasikan sebagai gaji kepada petingginya. "Masih didalami bahwa pejabat-pejabat di dalam struktur organisasi JI. Ini juga digaji, gaji besarannya Rp 10 juta-Rp 15 juta (per bulan)," kata Dedi.
Kelompok tersebut juga diketahui membiayai para rekrutan untuk mengikuti latihan militer di negara seperti Suriah. Dedi mengatakan mereka telah mengirim rekrutan ke Suriah dalam enam gelombang. Namun, polisi masih mendalami jumlah orang yang dikirim.
Aksi 22 Mei
Dalam rentang dua bulan terakhir, Densus 88/Antiteris Polri menangkap puluhan terduga teroris. Polri menduga, gerakan jaringan teroris diduga ingin mengganggu proses demokrasi, Pemilu dan Pilpres 2019. Mereka berniat mengacauakan situasi pengumuman hasil rekapitulasi pemilu, dalam aksi 21-22 Mei 2019, yang berakhir ricuh.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen M Iqbal mengatakan, kelompok perusak situasi demokrasi ini diduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Dalam satu rekaman video, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan akan menyerang kerumunan massa saat 22 Mei. DY alias Jundi juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut.
"Nama saya DY alias Jundi alias Bondan, saya memimpin beberapa ikhwan untuk melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang sudah saya rangkai dan menggunakan remote control," ungkap DY seperti dikutip dari video yang ditayangkan Divisi Humas Mabes Polri saat konferensi pers, Jumat (17/5/2019).
Polri melakukan upaya penangkapan atau preventive strike terhadap terduga pelaku terorisme. Sepanjang 2019, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menangkap 68 terduga pelaku terorisme jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). "Kami melakukan upaya paksa penangkapan terhadap 68 tersangka," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
Dengan bertambahkan lima terduga teroris yang ditangkap dalam kurun waktu dua hari belakangan, jumlah terduga teroris yang diringkus berjumlah 73 orang.
Mei 2019, terdapat 29 terduga anggota jaringan teroris. Dari 29 tersangka yang ditangkap selama Mei 2019, sebanyak 18 tersangka ditangkap di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung. Sementara itu, 11 tersangka lain ditangkap di Jakarta, Grobogan, Sukoharjo, Sragen, Kudus, Jepara, Semarang, dan Madiun.
Dari 11 tersangka, 9 terduga teroris merupakan anggota aktif JAD. Mereka telah mengikuti pelatihan di dalam negeri dan selanjutnya berangkat ke Suriah sebagai foreign terrorist fighter (FTF). Adapun dua orang lainnya merupakan deportan.
"Keterlibatan dua tersangka yaitu deportan. Mereka ini deportan, hijrah ke Suriah dan mereka belajar membuat bom asap di Camp Aleppo," kata Iqbal.
Menurut keterangan polisi, salah satu peran terduga teroris tersebut ialah berencana memanfaatkan momen hasil pengumuman rekapitulasi resmi Pemilu 2019 oleh KPU pada 22 Mei 2019.
Prosedur Penanganan Kasus Exstra Ordinary