Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rubrik Opini

Ulasan Pileg DPR RI dan DPRD Provinsi Dapil Sulut

penulis hanya mau mengulas hasil pileg 2019, khususnya untuk DPR RI dapil Sulut dan DPRD Sulut dapil Manado yang dianggap sebagai dapil paling keras

Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO/FINNEKE WOLAJAN
Pertigaan Warembungan 'bertabur' baliho caleg. 

Tinjauan atas Hasil Pileg 2019 di Sulut

17 April 2019 adalah hari bersejarah bagi kita, karena pada tanggal itu diselenggarakan pemilu secara serentak, yaitu pemilihan Presiden/Wakil Presiden (pilpres), pemilihan anggota legislatif (pileg), baik di pusat (DPR RI) maupun di daerah (DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota), dan pemilihan anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Hasilnya pun sudah kita ketahui.

Dari hasil pilpres dan pileg 2019 itu, penulis hanya mau mengulas hasil pileg 2019, khususnya untuk DPR RI dapil Sulut dan DPRD Sulut dapil Manado yang dianggap sebagai dapil “paling keras”. Artinya, para caleg yang bertarung di dapil ini memang harus bekerja dan berjuang keras, bahkan sangat keras. Karena kalau tidak, sulit untuk memperoleh kursi yang diidam-idamkan..

Perang Baliho

Dengan dimulainya masa kampanye pada 23 September 2018, bermunculanlah alat peraga kampanye (APK), yaitu baliho, stiker, kalender, pin, dll. APK itu dipasang di tempat-tempat strategis, di tempat-tempat yang dapat dilihat banyak orang dengan jelas, di pangkalan-pangkalan ojek, di warung-warung kopi dan di mana saja. Kota Manado menjadi semarak dengan banyaknya APK itu. Kota Manado menjadi sedikit berubah. Biasanya baliho iklan yang banyak, tetapi di masa kampanye pemilu serentak ini dipenuhi baliho bergambar wajjah para caleg, baik untuk tingkat pusat, provinsi, maupun kota Manado.

Pada masa awal kampanye, baliho milik Arthur Kotambunan caleg PDIP untuk DPRD Sulut tampak sangat mendominasi di Manado. Wajahnya selalu tampak di kaca-kaca bagian belakang angkot di Manado dari berbagai jurusan. Karena angkot itu sering bolak-balik sehingga para caleg yang memanfaatkannya, selalu terlihat wajahnya. Lama-kelamaan media kaca belakang angkot ini dimanfaatkan caleg-caleg lainnya. Caleg-caleg PDIP lainnya mulai bergerak seperti Andre Angouw, dan Richard Sualang. Meskipun demikian, masih belum gaspol. Yang justru terlihat mulai marak balihonya adalah srikandi PDIP, Wulan T. Zesty Sambul. Namun, masih “jauh” dari Arthur Kotambunan. Dari berita-berita yang beredar, justru pertarungan yang sebenarnya baru akan terjadii pada Januari 2019.

Berita Populer

Baca: 8 Artis Ini Ditinggal Mati Pasangannya, Ada yang Baru Dua Tahun Menikah

Baca: Oknum Guru Lakukan Tindak Tak Senonoh ke Murid Gadisnya, Durasi 2 Tahun, Berpenetrasi ke Bagian Ini

Baca: VIDEO VIRAL Detik-detik Balita Nyaris Terjatuh dari Gedung Gara-gara Sang Ibu Asyik Main HP

Untuk DPR RI, baliho milik caleg Adriana Dondokambey dari PDIP sejak masa awal kampanye sudah mendominasi. Manado. Yang turut mengimbanginya adalah Herson Mayulu, juga dari PDIP, Jerry Sambuaga dari Partai Golkar serta Felly Estelita Runtuwenedari dari partai Nasdem.

Mainstream dan Online

Ternyata kampanye tidak hanya dilakukan lewat APK, tetapi juga lewat media mainstream seperti surat-surat kabar cetak dan media-media online sehingga “perang” pun kian ramai. Pada awal masa kampanye hingga Desember 2018, Arthur Kotambunan memang sangat memanfaatkan media-media cetak dan online. Caleg-caleg lainnya, baru sekadar muncul. Mungkin mereka berprinsip, yang penting kelihatan dulu. Nanti perang habis-habisan akan dilakukan pada awal tahun baru 2019 hingga 13 April 2019.

Akhirnya, perang pun kian ramai ketika memasuki bulan Januari 2019. Baliho Arthur Kotambunan yang sebelumnya sangat mendominasi, mulai mendapat perlawanan keras dari dua caleg PDIP lainnya, yaitu Andre Angouw dan Richard Sualang. Bahkan dengan kian bertambahnya hari yang dimasuki di tahun baru 2019, kian bertambah pula jumlah baliho yang ada.

Pendatang baru dari partai Demokrat, yaitu Kristo Ivan Lumentut, juga turut meramaikan perang baliho. Demikian pula dengan Yongkie Limen dari partai Golkaar. Namun, keduanya masih kalah jauh dari trio PDIP itu.

Dari jumlah baliho yang kian marak, dapat disebut Andre Angouw mulai mengalahkan Arthur Kotambunan. Richard Sualang pun dapat disebut bersaing ketat dengan Arthur Kotambunan.

Pasang Baliho pada Januari 2019

Sementara itu, pada Januari 2019 baliho para caleg DPR RI dapil Sulut mulai bertambah banyak. Salah satunya yang baru muncul dengan baliho yang cukup banyak adalah Hillary Brigita Lasut dari parta Nasdem. Demikian juga dengan Adrian Jopie Paruntu dari partai Golkar. Meskipun yang disebut terakhir ini tidak menampilkan banyak baliho, karena mungkin lebih fokus di kabupaten Minahasa Selatan, yang penting terlihat oleh banyak warga Manado bahwa dia salah satu caleg untuk DPR RI.

Dari seluruh baliho yang ada, baliho Adriana Dondokambey ternyata tetap mendominasi. Caleg-caleg lainnya tidak dapat mengalahkan Adriana Dondokambey dalam hal banyaknya baliho di seluruh kabupaten/kota di Sulut. Namun, yang mencoba menyusul mendekatinya adalah Herson Mayulu dan Hillary Brigita Lasut. Meskipun demikian, perang baliho di antara ketiga caleg untuk DPR RI ini tidak sesengit perang yang terjadi antarsesama caleg PDIP untuk DPRD Sulut pada dapil Manado. Kesengitan itu bisa jadi muncul karena Ketua DPD PDIP Sulut, Olly Dondokambey, menjjanjikan bahwa caleg PDIP untuk dapil Manado yang merebut suara terbanyak, dialah yang akan menjadi calon Walikota Manado yang akan diusung PDIP dalam Pilkada serentak 2020.

Pasang Baliho pada Februari 2019

Anehnya, ada caleg yang baru memasang balihonya pada awal Februaru 2019 seperti Deasy Roring, caleg partai Demokrat untuk DPRD Sulut. Sedangkan Jantje Wowiling Sajow (JWS), caleg DPR RI dari PDIP baru memasang APK miliknya di Manado pada pertengahan hingga menjelang akhir Februari. Baliho yang dimuncculkannya berbentuk kecil. Artinya lebih kecil dari baliho milik caleg-caleg lain,

Entah mengapa pemasangannya tidak dilakukan pada awal Januari yang merupakan awal tahun 2019.. Kalau dibilang strategi, agaknya kurang tepat karena waktunya (masa kampanye) sudah tidak lama lagi akan berakhir.

Untuk JWS, ada yang berpendapat bahwa dia setengah hati mengikuti pileg 2019 ini. Bahkan ada yang menduga JWS bersikap demikian karena telah dua kali dikecewakan. Tentu bisa muncul berbagai interpretasi untuk istilah “dikecewakan” sebanyak dua kali ini.

Bila diamati, baliho para petahana di DPR RI seperti EE Mangindaan (Demokrat), Wenny Warouw (Gerindra), Djendri Keintjem (PDIP), dan Vanda Sarundajang (PDIP) sangat sedikit. Karena cuma sedikit itu, bisa jadi ada warga Manado yang mengatakan bahwa mereka tidak pasang baliho selama masa kampanye. Dengan jumlah baliho yang sangat sedikit ini, dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

Rekapitulasi Suara dan Penetapan Pemenang

Akhirnya, setelah melakukan rekapitlasi suara, KPU pun menetapkan nama-nama yang memperoleh kursi untuk DPR RI dan DPRD Sulut dari dapil Manado.

Untuk DPR RI: Dari PDIP: (1) Adriana Dondokambey (213.224 suara), (2) Herson Mayulu (105.533 suara), (3) Vanda Sarundajang; (81.659 suara); Dari partai Nasdem: (1) Felly Estelita Runtuwene (76.577 suara), (2) Hillary Brigitta Lasut (70.435 suara); Dari partai Golkar: Adrian Jopie Paruntu (70.621 suara);

Untuk DPRD Sulut Dapil Manado: Dari PDIP: (1) Andrei Angouw, (2) Richard Sualang, (3) Arthur Kotambunan; Dari parta Nasdem: (1) Kristo Ivan Lumentut, (2) Victor Mailangkay;
Dari Partai Golkar: Yongkie Limen; Dari PAN: Ayub Ali; Dari PKS: Amir Liputo;

Dari uraian di atas serta menghubungkannya dengan nama-nama caleg yang memperoleh kursi di DPR RI dan DPRD Sulut, dapat disimpulkan bahwa pemasangan baliho itu sangat penting. Dengan memasangnya, banyak orang yang mengetahui bahwa si A atau si B adalah caleg dari partai Anu. Dia mencalonkan diri untuk DPR RI atau DPRD Sulut. Bila hanya sedikit baliho yang dipasang, berarti jumlah suara yang diperoleh pun sedikit. Bila pasang banyak, banyak pula suara yang diraih. Begitulah logikanya.

Jadi, tidaklah mengherankan bila EE Mangindaan, Wenny Warouw dan Djendri Keintjem tidak memperoleh suara yang banyak karena memang baliho yang dipasang sangat sedikit. Padahal mereka bertiga adalah petahana di DPR RI yang mewakili Sulut yang jabatannya akan berakhir pada Oktober 2019 ini. Bahkan EE Mangindaan pun bukan hanya anggota DPR RI periode 2014-2019 tetapi juga pada periode 2004-2009 dan pernah menjadi Menteri pada periode kedua SBY sebagai Presiden.

Vanda Sarundajang dan JWS

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Vanda Sarundajang meskipun balihonya sedikit tetapi ia tetap terpilih? Mungkin boleh ditambahkan pula, ayahnya, SH Sarundajang, juga sudah tidak menjabat sebagai Gubernur Sulut, berarti pengaruh ayahnya sudah tidak ada lagi. Namun, mengapa ia terpilih dan mengalahkan JWS yang sejatinya lebih kuat dari Vanda Sarundajang? Jawabannya sederhana, Vanda pasti punya “kelebihan” sendiri yang tidak kita ketahui dan ayahnya pun meski sudah tidak berkuasa lagi tetap ada pengaruh walaupun tidak sebesar saat dia berkuasa.

Pertanyaan berikutnya, mengapa JWS tidak terpilih? Bukankah JWS masih memiliki banyak “pendukung” yang akan mebalas dendam sebagai rasa kecewa atas tidak dipilihnya JWS sebagai petahana Bupati Minahasa menjadi calon Bupati Minahasa dari PDIP untuk periode kedua? Penulis yakin, bila JWS yang jumlah suaranya hampir mendekati 70.000 secara intens memanfaatkan masa kampanye serta memasang banyak baliho lebih awal dari bulan Frbruari 2019, pasti JWS dapat meraih 1 kursi di DPR RI. Karena JWS menduduki posisi ke-4, berarti dia tinggal menunggu kalau ada yang kena PAW.

Tentu semua yang sudah terjadi menjadi pelajaran yang berharga bagi siapa saja, termasuk bagi mereka yang akan mencalonkan diri lagi atau pendatang baru yang mau mencoba terjun ke dunia politik.

Penulis adalah pemerhati masalah sosial-kemasyarakatan dan politik.

Oleh : Richard Tuwoliu Mangangue

Baca: Siswi SMA Ini Dijual Orangtuanya ke Kakek-kakek, Jadi Pemuas Nafsu Selama 4 Tahun hingga Hamil

Baca: Ratu Tisha Pastikan Timnas U-23 Indonesia Uji Coba Dengan Timnas Iran U-23

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved