Pelecehan
Mahasiswi Fisip Dilecehkan Oknum Dosen USU Viral di Kampus, Berikut Wawancara Lengkap dengan Korban
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) USU, Iqbal Harefa, mengaku sudah mendapat kabar adanya oknum dosen Fisip yang diduga melakukan pelecehan seksual
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah kabar adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oknum dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) USU berinisial HS terhadap mahasiswi, sudah menyebar di kalangan mahasiswa “Kampus Hijau” tersebut.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) USU, Iqbal Harefa, mengaku sudah mendapat kabar adanya oknum dosen Fisip yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswi di kampus itu.
“Saya memang baru tahu tentang hal ini, dan kasus ini baru viral. Saya sudah validasi ke teman-teman di Fisip, katanya kasusnya sudah lama dan sudah banyak mahasiswi yang diduga menjadi korban,” kata Iqbal Harefa kepada Tribun, Jumat (17/5/2019).
Adapun peristiwa dugaan pelecehan seksual ini dibenarkan oleh Dekan Fisip USU, Muryanto Amin, saat ditemui tribunmedan.com, Jumat. Muryanto menyebut peristiwa tersebut terjadi medio Februari 2018. Muryanto juga mengaku sudah memberikan surat peringatan terhadap oknum dosen HS.
Ketua BEM USU Iqbal menuturkan, saat ini pihaknya masih terus menelusuri kebenaran peristiwa dugaan pelecehan seksual mahasiswi tersebut.
Baca: Pemuda Cabuli 20 Anak Perempuan di Bawah Umur, Gunakan Modus Ritual Hilangkan Kesialan
Baca: Dukun Gadungan Cabuli Siswa SMA, Mengaku Bisa Keluarkan Emas dari Wanita Perawan

Upaya penelusuran dengan meminta keterangan korban, sejumlah saksi hingga pihak dekan. BEM pun mengecam keras tindakan itu jika benar terjadi. “Apa pun ceritanya, yang namanya pelecehan seksual terhadap mahasiswi ini sangat dikecam,” ujar Iqbal.
“Misalnya ternyata dosen tersebut terbukti melakukan pelanggaran maka BEM USU meminta agar dosen tersebut dipecat atau menerima sanksi yang setimpal. Jika perlu masuk ke jalur hukum,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, sejauh ini BEM USU memang belum mengambil sikap karena informasi itu mencuat lewat pemberitaan dari salah satu media online nasional.
“Kita akan mencoba memvalidasi dan saat ini juga sedang tahap klarifikasi dan saya juga sudah menghubungi Gubernur Fisip, dan beliau juga heran kenapa berita ini naik ke permukaan,” ungkapnya.
Terpisah, www.tribun-medan.com sudah mewawancarai Dekan FISIP USU Muryanto Amin. Ia tak menampik kabar tersebut.
Muryanto menjelaskan peristiwa tersebut terjadi pada Februari 2018. Pihaknya juga sudah melakukan investigasi, yang berujung surat peringatan terhadap dosen HS.
"Sebenarnya ini tahun lalu, Februari 2018. Karena hasil investigasi masih tergolong ringan, prodi (pihak jurusan) memberikan pernyataan keras," ucap Muryanto.
Berikut isi surat dari Dekan untuk HS;
Berdasarkan surat Ketua Program Studi Sosiologi, disebutkan bahwa ada upaya saudara melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswa.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disampaikan kepada saudara Peringatan Tertulis agar tidak mengulangi perbuatan sebagaimana laporan tersebut di atas
Surat ini disampaikan sebagai bentuk pengarahan kepada saudara agar menjaga etika dan perilaku dosen serta menunjukan sikap yang patut dijadikan panutan bagi mahasiswa
25 Mei 2018
Ditandatangani Dekan FISIP USU Muryanto Amin
Baca: Pria 26 Tahun Ini Sudah Cabuli 20 ABG, Awal Kenalan Lewat Facebook
Baca: Seorang Ayah Cabuli Anaknya Hingga Kuliah
Baca: Dukun Gadungan Cabuli Siswa SMA, Mengaku Bisa Keluarkan Emas dari Wanita Perawan
Sanksi Teguran
Muryanto menuturkan, kasus ini mencuat setelah adanya laporan dari mahasiswi yang menjadi korban terduga oknum dosen HS.
Namun, menurut dia, mahasiswa tersebut tidak memberikan laporan secara tertulis kepada pihak fakultas. Laporan hanya dilayangkan secara lisan ke departemen (jurusan). Kendati demikian, Muryanto tetap menindaklanjuti laporan tersebut.
Menurut dia, oknum dosen HS mengakui perbuatannya. Berdasarkan pengakuan HS, kata Muryanto, oknum dosen tersebut belum sempat melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswi.
"Mengakui, tapi upaya. Menurut pengakuannya (HS) upaya pelecehan seksual," tuturnya.
Muryanto menceritakan, kejadian ini berawal saat mahasiswi diajak HS untuk melakukan suatu kerja kelompok. Kegiatan ini, kata Muryanto, dengan iming-iming dapat memperbaiki nilai mata kuliah yang diasuh HS. "Saat itulah terjadi," kata pimpinan fakultas ini.
Terpisah, mahasiswi yang melaporkan oknum dosen HS, blak-blakan kepada tribunmedan.com pada Jumat (17/5/2019) siang. Mawar (bukan nama sebenarnya) mengakui telah melaporkan oknum dosen HS atas tuduhan pelecehan seksual.
Mahasiswi ini pun membeberkan kronologi peristiwa yang dialaminya. Berikut wawancara tribunmedan.com dengan Mawar:
Tribun: Bisa dijelaskan terkait kronologi pelecehan yang menimpa Anda?
Mawar: Kejadian berawal tanggal 18 Juli 1017 pukul 07.26 WIB. Pak HS menghubungiku via inbox Facebook. Awalnya percakapan dimulai dari menanyakan “Apakah sedang di Barbara?” maksudnya Batubara. Sebelumnya temanku sudah menghubungiku dan menyampaikan bahwa si bapak akan mengajakku ikut proyek penelitian.
Tribun: Setelah mendengar ajakan tersebut apa yang Anda lakukan?
Mawar: Kebetulan rumahku dekat dengan lokasi penelitian. Setelah HS menjelaskan maksudnya, aku setuju bergabung ke proyek penelitiannya. Aku langsung minta izin kepada orangtua. Sekitar jam 12.00 di hari yang sama aku diantar kedua orangtuaku menemuinya di salah satu rumah makan di Lima Puluh.
Tribun: Apa yang menjadi objek penelitian dan berapa lama penelitian dilakukan?
Mawar: Pada penelitian pertama ini hanya sehari semalam. Kami melakukan bertiga, aku dengan rekanku TS, dan Pak HS. Sebenarnya penelitian ini masih tahap survey lokasi ke daerah Batubara dan Mandoge. Penelitian ini tentang kelapa sawit milik PIR dan BUMN. Selama proses survey berlangsung tidak ada kejanggalan yang kurasakan dan besok aku sudah diantar pulang ke Lima Puluh.
Tribun: Benefit apa yang Anda terima setelah penelitian itu?
Mawar: Karena sudah ikut membantu survey proyek tersebut aku diberi Rp 250 ribu sebagai uang capek dan ongkos. Menurutku itu sudah menjadi hakku atas kerjaku sehingga kuterima.
Tribun: Kemudian apa lagi yang terjadi?
Mawar: Seminggu setelahnya, si HS kembali menghubungi aku. Pada hari Selasa tanggal 25 Juli 2017, HS mengajakku bergabung proyek penelitiannya di Serdang Bedagai. Penelitian kali ini tentang BKKBN. Sebelumnya kami berkomunikasi via chat WhatsApp, dia menjelaskan bahwa akan ada tim dan aku mengenal baik orang-orang yang disebutkannya.
Tribun: Apakah kali kedua mengikuti penelitian anda langsung turut serta bersama sang dosen?
Mawar: Aku kembali diizinkan orangtua yang membuatku tertarik untuk kembali ikut karena sebelumnya dia menawarkan untuk mengajariku SSPS. Wajar saja aku tertarik karena memang dalam waktu dekat aku akan skripsian dan aku tahu butuh pengetahuan untuk itu.
Tribun: Kemudian apa yang terjadi?
Mawar: Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 11 pagi. Kami bertemu di RM Cindelaras Serdang Bedagai. Aku juga membawa peralatan mandi dan pakaian di dalam tas punggungku. Pada saat itu aku memakai baju lengan panjang dilapisi jaket dan celana jeans. Setelah kami bertemu sekitar pukul 1 siang, dia bilang untuk makan siang di RM Cindelaras. Saat kutanyakan di mana tim yang lain, dia bilang nanti nyusul. Kemudian kami bergerak ke hotel di seberang RM Cindelaras.
Tribun: Apakah Anda ingat persis lokasi hotel tersebut?
Mawar: Lokasi hotelnya agak melewati RM. Dia mengatakan “kita check in aja dulu biar gak ribet, sore baru bergerak ke masyarakat”. Aku pun menyetujuinya. Pada saat mau check in aku merasa aneh. Ia memesan kamar dengan dua bed dengan alasan lebih murah tapi kutentang dengan alasan tidak nyaman dan pandangan buruk terhadap kami.
Tribun: Bagaimana penolakan yang Anda lakukan?
Mawar: Aku mengira pasti sudah ada dana untuk penelitian, jadi bagaimanapun tidak ada alasan murah. Akhirnya dia setuju check in beda kamar. Setelah melihat kamarnya, dia beralih ke kamarku. Dia minta izin masuk dengan alasan mau diskusi sebentar dan aku diminta membaca kuesioner yang dia buat. Bagiku karena HS yang membuat kurasa tidak ada kesalahan.
Tribun: Kemudian apa yang terjadi?
Mawar: Perasaanku tidak enak karena kami hanya berdua di dalam kamar. Pintu kamar ditutup dengan alasan supaya AC tidak keluar ruangan kamar. Dia memulai obrolan dengan mengaku tidak bisa tidur karena minum kopi. Aku masih tetap merespons obrolan sesuai batasan dosen dan mahasiswi. Aku masih sibuk main HPku. Aku chat dengan pacarku saat itu dan mengadu mengenai situasi dan perasaanku saaat itu.
Tribun: Apa yang Anda rasakan saat itu?
Mawar: Aku minta tolong. Aku ingin kabur. Pacarku mendorongku untuk keluar dari kamar secepatnya. Pacarku tetap menemaniku dari WhatsApp. Tiba-tiba HS mengambil powerbank dari atas pahaku dan meminta HP-ku agar dicharger saja. Permintaan itu karena takut HP mati dan tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun.
Tribun: Kemudian apa yang terjadi selanjutnya?
Mawar: Tiba-tiba dia mendekatiku dan alat kelaminnya mengenai pahaku. Aku panik dan melompat dari tempat tidur bergegas ke arah pintu, keluar dan berlari ke lantai bawah.
Tribun: Lantas siapa yang pertama Anda temui?
Mawar: Aku sempat tanya ke resepsionis apakah teriakan dari kamar atas akan terdengar ke bawah, dan mereka bilang tidak akan dengar. Terus aku menelepon mamaku dan bilang akan pulang. Aku takut. Mamaku pun menyuruhku untuk segera pulang. Tak lama setelah itu HS meneleponku menanyakan aku di mana.
Tribun: Lalu apa yang Anda lakukan?
Mawar: Kubilang aku harus pulang karena ada keluarga meninggal. Alasanku diragukan tapi aku tak peduli. Dia mau mengantar sampai ke pinggir jalan raya untuk mengambil bus sembari menyodorkan uang Rp 100 ribu sebagai ganti ongkos.
Tribun: Uang itu Anda terima?
Mawar: Iya, karena dia tidak memperbolehkan aku pulang sebelum menerima uang itu.
Tribun: Apakah hanya Anda yang menerima perlakuan serupa dari pelaku?
Mawar: Tidak, kami ada tiga orang yang diduga menerima perlakuan yang sama, modusnya juga penelitian.
Tribun: Apakah Anda melaporkan kepada otoritas fakultas?
Mawar: Kampus ingin berita ini tidak keluar, kami diminta menjaga nama baik kampus. Kami diberikan ultimatum, saya diminta untuk tidak dendam dengan siapa pun.
Tribun: Lalu, kenapa Anda berani ungkap masalah ini ke media?
Mawar: Awalnya aku menunggu skripsiku kelar agar kasus ini tidak mengganggu skripsiku. Aku berani ngomong ini karena telah kutahan beberapa lama.
Tribun: Bagaimana respons orang-orang terdekat Anda?
Mawar: Banyak yang menilai aku berlebihan. Tapi, menurutku sikap ini perlu dibuka agar korban lain mau berbicara. Karena ini merugikan mental, psikologis kami kaum perempuan.(pra/tribun-medan.com)
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Isu Mahasiswi Dilecehkan Oknum Dosen USU Viral di Kampus, BEM Akan Telusuri ke Dekan,
Tonton:
Follow Instagrm Tribun Manado: