Renungan Minggu
Renungan Minggu - Bertopeng : Kebaikan atau Kejahatan? (Menghayati Masa Sengsara Tuhan Yesus)
Buka topengmu ! Bila kalimat ini disampaikan kepada saudara-saudara apakah yang akan saudara lakukan? Maukah saudara membuka topengmu?
Penulis: Andrew_Pattymahu | Editor: David_Kusuma
Pdt Sugiyanti Pangemanan Supit Sth MPdk
* Dosen IAKN Manado
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Buka topengmu ! Bila kalimat ini disampaikan kepada saudara-saudara apakah yang akan saudara lakukan? Maukah saudara membuka topengmu? Salah satu syair lagu dari Ariel Perterpan mengatakan : buka dulu topengmu, biar kulihat warnamu”. Sebagian syair lagu ini dapat diartikan “bukalah topeng kepalsuan dirimu biar dilihat keaslianmu”.
Bertopeng sama artinya dengan bermuka dua. Pikiran dan perkataan bertolak belakang. Apa yang diucapkan berbeda dengan perbuatannya. Konsep ini tergolong sikap orang yang munafik. Munafik berasal dari kata hupokrithes artinya, seorang pemain drama atau sandiwara. Para pemain drama atau sadiwara akan melakonkan prilaku hidup yang berbeda dengan realita yang dialami.
Saudara-saudara kekasih dalam Tuhan Yesus,
Pembacaan alkitab Matius 26:20-25 menceritakan tentang pertemuan Yesus dengan murid-muridNya pada perayaan Perjamuan Paskah, sebelum Ia disalibkan. Ketika Yesus makan bersama murid-muridNya, Ia berkata : “...sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Perkataan Yesus yang halus dan lembut itu sebenarnya mau membuka topeng kejahatan yang dilakukan muridNya.
Yesus mengharapkan kesadaran yang sungguh dari muridNya untuk membuka topeng kejahatan. Apa yang diharapkan Yesus saat itu belum menjadi kenyataan karena semua muridNya mengatakan “bukan aku, ya Tuhan”.
Bahkan Yudas, seorang murid Yesus yang sementara ada dalam proses kejahatan pada Yesus mengatakan:
“bukan aku, ya Rabi”. Padahal saat itu Yudas telah menerima uang 30 keping perak untuk menyerahkan Yesus. Yesus sebenarnya sudah mengetahui apa yang dipikirkan dan akan dilakukan Yudas tersebut.
Baca: Renungan Minggu - Hidup Adalah Anugerah (Matius 16:21)
Baca: Renungan Minggu - Roh Yang Mempersatukan
Baca: Renungan Minggu: Mengandalkan Tuhan
Ketika mendengar jawaban Yudas, Ia berkata : “engkau telah mengatakannya”. Perkataan Yesus sebenarnya mau menegur dan memperingatkan Yudas bahwa apa yang telah dan akan dilakukannya adalah suatu kejahatan besar. Bila Yudas peka dengan perkataan Yesus maka ia akan menyadari kejahatan yang sudah dan akan dilakukannya.
Namun, Yudas tetap bertopeng dua. Gaya kemunafikan ditunjukkannya saat itu, dengan berkata “bukan aku, ya Rabi”. Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Yesus memiliki teman atau murid yang selalu bersama-sama dengan Dia seperti; makan, minum, tidur, berjalan, namun secara diam-diam berlaku jahat kepadaNya.
Di depan Yesus, Yudas berlaku seperti orang yang baik, mendengar dan menuruti perintah Yesus. Ia menunjukkan kebaikan pada Yesus dengan mengikuti setiap pelayanan Yesus. Tak lama sesudah itu, di taman Getsemani Yudas menyerahkan Yesus kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi.
Tanda penyerahan dilakukan dengan ciuman. Lagi-lagi Yudas bertopeng kemunafikan. Kejahatan yang terus bertumbuh dari jawabannya atas perkataan Yesus, “bukan aku, ya Rabi”.
Saudara – saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ada ungkapan yang mengatakan kejahatan memiliki banyak topeng dan topeng yang paling berbahaya adalah kebaikan. Orang sering terkecoh oleh penampilan-penampilan yang kelihatan baik. Orang dinilai baik bila penampilannya baik. Padahal dibalik penampilan baik tersebut ada kejahatan yang dibuat dan siap menerkam orang baik di dekatnya.
Saudaraku, media massa banyak kali mewartakan bahwa kejahatan sering dilakukan oleh orang – orang terdekat baik keluarga sendiri (suami, istri, anak) maupun tetangga atau orang di dekat kita. Contoh: dalam Liputan 6.com pembunuhan istri terhadap suami (wanita di Sumsel Nekat habisi suami demi hidup bersama kekasih gelapnya); menurut berita Tribun Manado, karena istri selingkuh dengan tetangga maka dihukum Adat dan diusir dari desa.
Jalan kejahatan pertama yang ditempuh untuk mencapai keinginan adalah kebaikan.
Topeng kebaikan sering kali sangat menonjol dan terasa sangat manis. Yang pasti taburan kebaikan tersebut mempunyai maksud jahat. Seperti istilah Take and give.
Di pihak lain istilah ini berdampak negatif karena mengandung arti pemberian yang menuntut balas. Seseorang memberikan sesuatu karena ia menuntut balas jasa bahkan lebih dari jumlah pemberian.
Saudara-saudaraku
Dunia banyak menawarkan kebaikan namun waspadalah dengan berbagai bentuk kebaikan. Kebaikan jangan terlau cepat ditolak. Dimana ada kebaikan, disitu ada kebenaran. Untuk menguji kebaikan sejati atau kejahatan bertopeng kebaikan, caranya melalui proses dan hasilnya. Jika proses dan hasilnya ternyata baik dan benar maka itulah kebaikan sejati.
Baca: Renungan Minggu : Orang Beriman Selalu Hidup Bersyukur
Baca: RENUNGAN MINGGU : Berita Palsu dan Jurnalisme Perdamaian
Di masa minggu-minggu sengsara ini mari kita belajar dari Yesus Tuhan. Bahwa Ia terus melakukan kebaikan sekalipun Ia ditolak. Bukti nyata kebaikan sejati yang dilakukanNya adalah peristiwa salib. Melalui salib, Yesus menderita, disiksa dan ditikam sehingga Ia mengalami kematian.
Suatu proses penderitaan yang teramat berat ditanggungnya. Supaya manusia yang tadinya berada dalam ketidakbaikan oleh karena dosa-dosanya, diubahkan memiliki hidup damai sejahtera dengan Allah Bapa di Sorga. Peristiwa salib merubah hidup manusia dari tidak baik menjadi baik.
Marilah kita menebarkan kebaikan sejati. Kebaikan sejati telah dicontohkan dan disempurnakan oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Lakukanlah semua kebaikan dengan hati yang tulus dan murni. Biarlah landasan kebaikan yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan Tuhan bukan kesombongan diri atau kepentingan-kepentingan duniawi. Bila kita ada dalam ketidakbaikan karena perbuatan jahat maka segeralah bertobat memohon ampun kepada Tuhan.
Ingat, pengampunan dosa itu sulit dan mahal sekali, mengapa ? Pertama, karena Bapa di Sorga memberikan AnakNya yang Tunggal Yesus Kristus untuk disalibkan, mati dan dikuburkan. Suatu pekerjaan yang luar biasa Agung dan Mulia, yang tidak dapat dikerjakan oleh siapapun manusia di dunia ini.
Kedua, manusia sering mengatakan “bukan aku ya Tuhan”, artinya manusia sering tidak mau mengakui dengan jujur kejahatan yang dilakukan. Selain itu, sekalipun manusia mengatakan, bahwa ia telah berbuat jahat namun tetap melakukan kesalahan yang sama bahkan kesalahan lebih besar dari sebelumnya. Hal ini karena manusia menganggap remeh dan tidak berharga pengampunan yang dikerjakan Yesus di kayu salib.
Akhirnya, menghayati masa sengsara Tuhan Yesus, marilah kita tersungkur di bawah kaki salibnya dan dengan sungguh mengakui dosa dan kesalahan yang kita lakukan. Hendaknya kita berharap dan berserah pada Tuhan, karena kita adalah orang-orang yang layak menerima hukuman-Nya atas perbuatan salah dan dosa.
Bila kita telah menyesali kesalahan dan dosa kita maka Tuhan siap mengampuni kita karena itu, hiduplah dalam pembaharuan yang benar. Singkirkan semua kejahatan dan dosa dihati kita agar kita layak duduk sehidangan dengan Tuhan dalam perjamuan kudusnya.
Selamat merayakan masa-masa sengsara Tuhan Yesus. (*)