Refleksi Perjalanan Ziarah GMIM: Antara Yakobus, Yohanes dan Wenas
Ziarah sekaligus dapat digunakan sebagai upaya kita memohon pertolongan Tuhan untuk masalah-masalah yang sedang kita alami
Penulis Pdt Lucky Irwan Rumopa STh, Ketua jemaat GMIM Baitel Batusaiki Wilayah Manado Utara IV
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bagi umat Kristiani, ziarah dapat dipandang sebagai upaya untuk mencari dan mendekatkan diri dengan Tuhan atau dapat dikatakan juga sebagai upaya untuk terciptanya kesatuan diri kita dengan Sang Pencipta.
Ziarah sekaligus dapat digunakan sebagai upaya kita memohon pertolongan Tuhan untuk masalah-masalah yang sedang kita alami dengan datang dan berdoa di tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah yang suci.
Diceritakan dalam bacaan injil menurut Markus 7:24-30, bahwa seorang perempuan Siro fenisia harus menanggung beban permasalahan putranya yang kerasukan roh jahat.
Perempuan tersebut kemudian pergi menempuh perjalanan dan menemui Tuhan Yesus untuk memohon pertolongan-Nya.
Ziarah juga bisa dijadikan sebagai salah satu cara refreshing untuk sejenak melepaskan diri dari beban masalah dalam hidup ini.
Beban masalah tidak dilihat besar kecilnya saja tapi seberapa lama kita menanggung beban masalah yang dihadapi.
Kalau kita harus menanggung beban permasalahan secara terus menerus tanpa pernah meletakkannya, kita akan cepat menderita sakit. Beban itu rasanya akan meningkat beratnya.
Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan beban tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi.
Oleh karena itu kita kadang-kadang kita perlu melepaskan diri dari beban permasalahan meskipun hanya sebentar. Ada beberapa cara untuk sejenak melupakan permasalahan yang sedang kita hadapi yaitu antara lain dengan berziarah.
Untuk dapat berziarah juga harus ada tantangan yang dilewati, bahkan harus ada usaha-usaha yang dilakukan untuk dapat melakukan ziarah tersebut.
Ketika berziarah kita meninggalkan pekerjaan, jabatan dan rutinitas sehari-hari kemudian berjalan menuju tempat ziarah.
Perjalanan fisik ini mengingatkan kita bahwa kita semua sedang berjalan menuju tanah air surgawi.
Gerak perjalanan kita adalah maju menuju kepenuhan Kerajaan Allah pada akhir zaman.
Dalam Alkitab, waktu tidak dilihat seperti roda kehidupan atau perputaran nasib.