Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

93 Turis Tiongkok Sempat Terjebak Ombak di Lihaga: Maruis Cs Tidur di Kantor Syahbandar

Gelombang laut yang mencapai ketinggian 4 meter melumpuhkan aktivitas pelayaran di Sulawesi Utara.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO/ARTHUR ROMPIS
Suasana di Kawasan Megamas pasca gelombang tinggi, Kamis (27/0/12/2018) malam 

"Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini membuat para nelayan serta jasa angkutan laut tetap menjalankan pekerjaan. Kami minta agar berhati-hati karena tingginya gelombang laut yang mencapai 2,5 meter sampai 4 meter disertai angin kencang dan hujan lebat," kata Danlantamal VIII Manado Laksamana Pertama TNI Gig Jonias Mozes Sipasulta, Jumat (28/12/2018).

Menurutnya, ketidakwaspadaan terhadap kondisi itu dapat membahayakan jiwa dan keselamatan nelayan serta pengguna jasa angkutan laut.

Danlantamal juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh Danlanal di wilayah Sulut serta jajarannya agar berkoordinasi menyampaikan informasi kepada Pos AL dan masyarakat nelayan bila ingin melaut jangan terlalu jauh jaraknya.

"Kalau pun mau pergi melaut baiknya berkelompok, membawa peralatan keamanan dan alat komunikasi. Supaya jika terjadi sesuatu di laut dapat segara meminta bantuan, bila tidak memungkinkan untuk melaut agar tetap di darat melakukan aktivitas seperti perbaiki jaring dan lainnya," ujar Danlantamal.

Hantaman ombak menyebabkan jembatan di dermaga penyeberangan pariwisata di Kalimas putus. Amatan tribunmanado.co.id, Jumat (28/12), nampak lubang menganga sekira setengah meter pada jalan masuk jembatan.

Puing-puing yang ambles ada di sekeliling lubang tersebut. Kerusakan tak hanya itu. Paving di sejumlah titik dermaga juga terangkat. Dermaga itu terus bergoyang. Tak ada satu pun perahu pariwisata yang parkir.
Maikel menyatakan, petugas Dishub Manado Jumat siang datang dan memeriksa kerusakan di dermaga. "Ada yang putus, beberapa bagian juga retak," kata dia.

Menurutnya, pelayaran turis dari dermaga tersebut tak dibolehkan untuk sementara. Dikatakannya, ada saja perahu yang coba bawa turis. "Saya selalu tahan, karena cuaca sangat buruk, " kata dia.

Catatan Geologi 1837 di Sulut
Tsunami 20 Meter Pernah Libas Manado

Tsunami atau gelombang laut raksasa, akibat aktivitas vulkanis bukan asing lagi di Sulawesi Utara.
Sejarah pernah mencatat tsunami beberapa kali terjadi di pesisir pantai Nyiur Melambai.

"Dalam sejarah pernah terjadi beberapa kali tsunami akibat aktivitas vulkanisme di Sulut," kata Farid dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Tomohon kepada tribunmanado.co.id, Jumat (28/12/2018).

Mengenai kemungkinan letusan Gunung Karangetang menyebabkan tsunami, ia mengatakan, bisa ya bisa tidak.
Menurut dia, pihaknya tidak mengetahui kondisi morfologi di bawah permukaan gunung itu. "Secara visual kami juga tidak bisa pantau di bawah permukaan," kata dia.

Disebutnya, pendapat sejumlah ahli, tsunami bisa saja terjadi akibat material letusan yang dihempaskan dalam jumlah besar.

"Akibat adanya awan panas yang bersentuhan dengan air, terjadi perubahan temperatur secara signigikan, adanya awan panas yang berjalan di atas air, kesemuanya itu akan mengakibatkan gelombang yang besar yang menyebabkan tsunami, begitu juga terjadi longsoran yang besar itu juga akan menyebabkan tsunami," kata dia.

Ketua Pos Pemantau Karangetang Yudia P Titipang mengatakan, gunung tersebut sudah menyandang status
siaga sejak 20 Desember 2018 PKL 18.00.

Sejauh amatannya, belum ada potensi tsunami.
Berada di tiga lempeng yakni Pacific, Eurasia dan Hindia membuat Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) rawan bencana gempa dan tsunami.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved