Fenomena Mural dan Warna di Kampung dan Wilayah Kota untuk Undang Wisatawan
Selain dianggap memperindah tampilan kota, keberadaan gambar-gambar dan warna ini juga mendatangkan wisatawan yang untuk sekadar mengagumi
Meski keberadaan mural di sepanjang wilayah kota sering dianggap tidak sesuai dengan wajah suatu daerah, namun menurut Ketua Komunitas Surakarya, Ruddy Setiawan, mural bukan hanya sebagai gambar corat-coret tak bermakna.
"Memang beberapa orang masih punya pemikiran kalau corat-coret di tembok itu bikin kotor atau menganggu," ujar Ruddy.
Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini 7 Cara Tetap Sehat Selama Musim Pesta Sepanjang Desember
Menurut Ruddy, dilihat dari sudut pandang lain, keberadaan mural justru dapat menampilkan ciri khas kota.
Namun untuk menampilkan ciri atau wajah suatu daerah, keberadaan mural harus fungsional dengan mengangkat budaya setempat.
" Mural dengan tema-tema yang mengangkat kearifan lokal, keresahan-keresahan terhadap kota itu sendiri" ucap Ruddy.

Salah satu contohnya adalah mural yang berada di sepanjang Jalan Gatot Subroto di Kota Surakarta.
Menurut Ruddy, keberadaan mural di tempat ini justru didukung penuh oleh Dinas Pariwisata kota tersebut.
Gambar-gambar mural di sepanjang jalan ini merupakan hasil karya anggota Komunitas Surakarya. Dinding bangunan di sepanjang jalan ini dihias dengan gambar-gambar pahlawan nasional dan tokoh dunia.
Baca: Ini Alasan Nirina Zubir Enggan Main Film Horror Lagi Selama 14 Tahun
Adapula rupa Presiden Joko Widodo yang digambar apik berdampingan dengan gambar-gambar abstrak lainnya.
Ruddy menambahkan, mural juga bisa digunakan sebagai media menyampaikan pesan dan aspirasi masyarakat, serta mengangkat keresahan-keresahan dan isu sosial di kota tersebut.
"Karena mural biasanya selalu ada pesan yang ingin disampaikan," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mural dan Warna Kota, Hilangnya Kejujuran dan Kecerdasan Warganya"