Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Fenomena Mural dan Warna di Kampung dan Wilayah Kota untuk Undang Wisatawan

Selain dianggap memperindah tampilan kota, keberadaan gambar-gambar dan warna ini juga mendatangkan wisatawan yang untuk sekadar mengagumi

Editor:
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Wisatawan ramai mengunjungi Kampung Warna-warni, Malang, Jawa Timur, Minggu (05/11/2017). Ratusan rumah di tepi Sungai Brantas itu dicat gambar warna-warni untuk menarik wisatawan berkunjung. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mural dan warna menjadi sarana bersolek bagi berbagai kampung dan wilayah kota.

Sebut saja Kampung Jodipan di Malang, dan Kampung Akuarium di Jakarta. Serta tak lupa berbagai mural yang menghias pusat-pusat kota di Yogyakarta, Solo dan kota-kota lain di Indonesia.

Baca: Gaet Pelanggan, Pertarungan Sengit Bisnis E-Payment dengan Beragam Promo

Selain dianggap memperindah tampilan kota, keberadaan gambar-gambar dan warna ini juga mendatangkan wisatawan yang untuk sekadar mengagumi atau berswafoto di sekitar gambar-gambar tersebut.

Namun, menurut Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ahmad Djuhara, tampilan kota seharusnya jujur dan cerdas.

"Kalau cerdas warganya, ya harus tahu apa perlu warna-warni atau bisa ada banyak cara lain," ujar Ahmad Djuhara kepada Kompas.com, Selasa (27/11/2018).

Sejumlah wisatawan saat melintas di jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna - warni dan Kampung Tridi di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (10/10/2017)
Sejumlah wisatawan saat melintas di jembatan kaca yang menghubungkan Kampung Warna - warni dan Kampung Tridi di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (10/10/2017) (KOMPAS.com / Andi Hartik)

Menurut Djuhara, kota seharusnya melayani warganya dengan fungsi-fungsi yang lebih diperlukan. Hal-hal itu yang akan membentuk wajah kota, dan bukan hanya warna-warni yang menghiasi.

"Komposisi fungsi-fungsi yang nyaman dan menyenangkan warganya lebih penting daripada hanya mural atau warna-warni," ucap Djuhara.

Djuhara menambahkan, cara untuk mewarnai kampung atau kota dengan mural atau warna memang bisa menjadi salah satu pilihan.

Baca: (VIDEO) Dul Jaelani Butuh Waktu Panggil Irwan Mussry dengan Sebutan Daddy

Namun, cara ini merupakan yang paling dasar atau paling rendah. Menurutnya, masih banyak pilihan cara yang lain yang lebih cerdas.

"Akan lebih menarik kalau fungsi kotanya dulu yang dibereskan, baru ditetapkan dan dipilih mana caranya yang paling cerdas," ucap dia.

Seorang anak bermain di tepian Danau Sunter di wilayah Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (25/3/2018). Pemprov DKI Jakarta melakukan program pengecatan kampung warna-warni di kawasan Danau Sunter untuk memperindah lingkungan sekaligus guna mengubah kesan kumuh kawasan tersebut.
Seorang anak bermain di tepian Danau Sunter di wilayah Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (25/3/2018). Pemprov DKI Jakarta melakukan program pengecatan kampung warna-warni di kawasan Danau Sunter untuk memperindah lingkungan sekaligus guna mengubah kesan kumuh kawasan tersebut. (KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

"Bisa jadi salah satu pilihan ini yang dipilih (warna-warni). Tapi saya yakin ada banyak pilihan cara yang lain," imbuh dia.

Selain mural, pemerintah kota setempat dapat menyesuaikan penempatan ruang kota. Bisa juga dengan membuat atau keberadaan sebuah tengara atau menara.

Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini 7 Cara Tetap Sehat Selama Musim Pesta Sepanjang Desember

Meski begitu, keberadaan kampung atau daerah yang dicat dengan warna dan beragam mural tak lantas membuat ciri khas sebuah kota hilang.

"Yang memberi warna pada kota itu bukan cat, tapi manusianya," sebut Djuhara.

Wisatawan mengunjungi Kampung Warna-warni, Malang, Jawa Timur, Minggu (05/11/2017). Ratusan rumah di tepi Sungai Brantas itu dicat gambar warna-warni untuk menarik wisatawan berkunjung.
Wisatawan mengunjungi Kampung Warna-warni, Malang, Jawa Timur, Minggu (05/11/2017). Ratusan rumah di tepi Sungai Brantas itu dicat gambar warna-warni untuk menarik wisatawan berkunjung. (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)

Tak sekadar corat-coret

Meski keberadaan mural di sepanjang wilayah kota sering dianggap tidak sesuai dengan wajah suatu daerah, namun menurut Ketua Komunitas Surakarya, Ruddy Setiawan, mural bukan hanya sebagai gambar corat-coret tak bermakna.

"Memang beberapa orang masih punya pemikiran kalau corat-coret di tembok itu bikin kotor atau menganggu," ujar Ruddy.

Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru, Ini 7 Cara Tetap Sehat Selama Musim Pesta Sepanjang Desember

Menurut Ruddy, dilihat dari sudut pandang lain, keberadaan mural justru dapat menampilkan ciri khas kota.

Namun untuk menampilkan ciri atau wajah suatu daerah, keberadaan mural harus fungsional dengan mengangkat budaya setempat.

" Mural dengan tema-tema yang mengangkat kearifan lokal, keresahan-keresahan terhadap kota itu sendiri" ucap Ruddy. 

Mural di Jalan Gatot Subroto, Solo, karya anggota Komunitas Surakarya
Mural di Jalan Gatot Subroto, Solo, karya anggota Komunitas Surakarya (Kompas.com/AKBAR BHAYU TAMTOMO)

Salah satu contohnya adalah mural yang berada di sepanjang Jalan Gatot Subroto di Kota Surakarta.

Menurut Ruddy, keberadaan mural di tempat ini justru didukung penuh oleh Dinas Pariwisata kota tersebut.

Gambar-gambar mural di sepanjang jalan ini merupakan hasil karya anggota Komunitas Surakarya. Dinding bangunan di sepanjang jalan ini dihias dengan gambar-gambar pahlawan nasional dan tokoh dunia.

Baca: Ini Alasan Nirina Zubir Enggan Main Film Horror Lagi Selama 14 Tahun

Adapula rupa Presiden Joko Widodo yang digambar apik berdampingan dengan gambar-gambar abstrak lainnya.

Ruddy menambahkan, mural juga bisa digunakan sebagai media menyampaikan pesan dan aspirasi masyarakat, serta mengangkat keresahan-keresahan dan isu sosial di kota tersebut.

"Karena mural biasanya selalu ada pesan yang ingin disampaikan," pungkas dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mural dan Warna Kota, Hilangnya Kejujuran dan Kecerdasan Warganya"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved