Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

3 Kesalahan Mallaby dalam Pertempuran Surabaya yang Menyebabkannya Terbunuh

isah terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby dalam Pertempuran Surabaya, 30 Oktober 1945

Editor: Aldi Ponge
dan Sekutu Kalah 

Pernyataan Gopal itu mengandung arti bahwa bukan Mallabylah yang memerintahkan menembak. Bila pesan Mallaby melalui Shaw untuk menyerah telah disampaikan, berarti diabaikan oleh Gopal.

Serangan pembuka Inggris itu merenggut sejumlah korban pemuda dan memancing kembali kemarahan pemuda untuk menyerang.

Ditembak dari dekat

Begitu pecah pertempuran lagi, anggota Kontak Biro Indonesia lari berlindung ke dalam Kali Mas, sedang Mallaby, Smith dan Laughland berlindung merunduk di dalam mobil.

Waktu itu mereka sudah tidak bersenjata lagi. Satu-satunya senjata yang masih ada hanyalah sebuah granat tangan, yang disembunyikan Laughland di dalam mobil. Di mobil, Mallaby berada di sisi dekat dengan Kali Mas, Laughland di tengah dan Smith di sisi dekat Gedung Internatio.

Menurut kesaksian Smith, tak lama setelah pertempuran berkobar, datang seorang Indonesia bersenjata mendekati mobil mereka dari sisi kiri (sisinya Mallaby) dan menembak empat kali ke arah mereka.

Tembakan meleset, tetapi mereka berpura-pura mati. Mengira musuhnya telah tewas, orang tersebut segera pergi. Pertempuran berlangsung sekitar 2,5 jam dan berakhir sekitar pukul 20.30 ketika hari telah gelap gulita.

Waktu tembakan mereda terdengar aba aba pihak Indonesia untuk berkumpul.

Sesudah itu menurut kesaksian Smith, datang dua pemuda Indonesia ke mobil Mallaby. Mereka berusaha menjalankan mobil, tetapi tidak berhasil. Seorang di antaranya kemudian membuka pintu belakang pada sisi Mallaby. Mallaby bereaksi bergerak, dengan demikian pemuda itu tahu bahwa Mallaby masih hidup.

Kemudian terjadilah percakapan, Mallaby meminta kepada pemuda itu agar dipanggilkan salah seorang pemimpin Indonesia dari Kontak Biro. Kedua pemuda itu kemudian pergi untuk membicarakan hal tersebut.

Salah seorang di antaranya datang kembali ke pintu depan pada sisi Mallaby. Pemuda itu tampak masih remaja, berusia kira-kira 16-17 tahun. Mallabyberbicara lagi kepadanya dan ia menjawab.

Mendadak pemuda tersebut mengulurkan tangannya lewat jendela depan dan menembak Mallaby dengan pistol automatis. Tak sampai setengah menit kemudian Mallaby mengembuskan napasnya yang terakhir.

Penembaknya ikut gugur

Tembakan tultis (jarak dekat) itu tak diragukan lagi telah menewaskan Mallaby. Segera setelah menembak pemuda itu merundukkan diri di samping mobil, menanti sampai Mallaby tewas.

Melihat kejadian ltu Kapten Smith mencabut pasak granat yang diterimanya dari Kapten Laughland dan siap melemparkannya.

Pemuda itu mendadak bangkit lagi dan menembak kedua perwira Inggris itu, tembakannya menyerempet bahu Laughland. Smith segera melemparkan granatnya melampaui tubuh Mallaby lewat pintu yang terbuka.

Setelah granat meledak, Smith dan Laughland cepat-cepat lari terjun ke Kali Mas.

Akibat ledakan granat, tempat duduk belakang mobil terbakar dan diduga pemuda itu tewas kena ledakan tersebut.

Setelah lima jam di Kali Mas kedua perwira Inggris itu berhasil bergabung kembali dengan pasukan mereka di daerah Dock.

Kesaksian Smith itu tak bertentangan dengan kesaksian Doel Arnowo, yang baru diungkapkan pertama kali pada tahun 1973. Menurut Doel Arnowo, ketika pertempuran berkobar dan dia berlindung di Kali Mas, ada seorang pemuda yang mendekatinya dan terjadi dialog demikian:

"Sudah beres Cak!"

"Apanya yang beres?"

"Jenderal dan mobilnya terbakar."

"Siapa yang membakar?"

"Tidak tahu, tetapi dari kita ada yang menembak ke dalam mobil itu."

"Sudah diam saja. Jangan ceritakan hal itu kepada orang lain!"

Demi kepentingan politik luar negeri RI, kesaksian Doel Arnowo itu dirahasiakan selama hampir 28 tahun. Ketika pada tanggal 2 November 1945 Doel Arnowo atas nama Kontak Biro pertama kali membuat pernyataan resmi di pers tentang insiden Gedung Internatio tersebut, ia sama sekali tidak mengungkapkan laporan pemuda di Kali Mas tersebut.

Siapakah sesungguhnya remaja penembak Mallaby tersebut? Kalau mengingat bahwa dia  mampu berbicara dalam bahasa Inggris, maka bisa dipastikan dia adalah seorang pemuda pelajar. Mungkin ia tergabung dalam kesatuan BKR Pelajar (embrio TRIP).

Di kemudian hari memang ada seorang tokoh TRIP (yang kini masih hidup di Jakarta) yang mengaku bahwa dialah yang menembak Mallaby. Namun, untuk membuktikan kebenaran pengakuan tersebut, kini telah sulit untuk mencari saksi-saksinya.

Bukan hanya salah Mallaby

Dalam ulasan di akhir makalahnya, Parrott berkesimpulan bahwa Mallabysendirilah akhirnya yang bertanggung jawab atas situasi yang menyebabkan kematiannya.

Menurut Parrott, dalam situasi kritis di Surabaya itu, Mallaby ternyata tidak bisa menempatkan diri sebagai seorang perwira senior.

Peranan seorang komandan senior seharusnya adalah memberikan kepemimpinan yang dingin dan penuh nalar, bukannya tergesa-gesa dan melibatkan diri langsung dengan gerombolan bersenjata.

Pada saat itu, jelas Mallaby adalah seorang pribadi yang sedang terguncang integritasnya. la harus bertanggung jawab atas berantaknya brigadenya dan menghadapi kemungkinan diajukan ke hadapan pengadilan penyelidikan dan pengadilan militer.

Ada tiga kesalahan dasar yang dibuat Mallaby di Surabaya:

* Dia menyebarkan pasukannya di seluruh kota, tanpa menjamin dan menyelamatkan jalur komunikasinya.

* Dia benar-benar meremehkan kepemimpinan, kekuatan dan semangat juang orang Indonesia.

* Dia terlalu lamban menilai potensi bahaya yang mengancam pasukannya, yang tersebar dan tidak membawa persediaan amunisi.

Meskipun demikian, tidaklah adil untuk menimpakan seluruh kesalahan itu hanya di pundak Mallaby. Staf Divisi 23 di Jakarta, yang memerintahkan menyebarkan surat selebaran tanpa setahu Mallaby, jelas ikut bersalah mempersulit posisi Brigade Mallaby di Surabaya.

Markas Besar Tentara Sekutu di Singapura yang dinas intelijennya tidak aktif, punya andil pula atas terperosoknya Brigjen Mallaby dalam kerusuhan di Surabaya.

Mallaby yang dalam meniti karier militernya hingga PD II dinilai cemerlang, sehingga dipromosikan menjadi brigjen dalam usia muda (42), semula diramalkan akan bisa mencapai jabatan dan pangkat tertinggi dalam profesinya.

Namun, nasib telah membawa Mallaby ke kancah revolusi di Surabaya dan tewas tragis di tangan seorang remaja yang tak dikenal.

la tewas dalam usia relatif muda (45) dan jenazahnya kini terbaring damai di Makam Militer Menteng Pulo, Jakarta.

(Ditulis oleh Moehkardi: Mantan dosen sejarah di AKABRI Magelang. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi November 1988)

TONTON JUGA: 

TAUTAN AWAL: http://intisari.grid.id/read/03961201/ini-3-kesalahan-jenderal-mallaby-dalam-pertempuran-surabaya-yang-menyebabkannya-terbunuh-dan-sekutu-kalah?page=all

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved