Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

3 Kesalahan Mallaby dalam Pertempuran Surabaya yang Menyebabkannya Terbunuh

isah terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby dalam Pertempuran Surabaya, 30 Oktober 1945

Editor: Aldi Ponge
dan Sekutu Kalah 

Jangan yang tua!

Kesaksian serupa juga dikisahkan oleh Mohammad. Menurut dia, para perwira Inggris tersebut bukan saja ditodong, tetapi juga dirampas senjata pistolnya. Usaha para anggota Kontak Biro untuk menengahi, bahkan dituduh sebagai membantu musuh.

Tulis Kapten Smith selanjutnya: "Akhirnya massa pemuda itu menuntut agar pasukan Inggris di Gedung Internatio meletakkan senjata dan berbaris ke luar. Mereka berjanji, para prajurit dan perwira Inggris akan diberi jaminan bebas kembali ke lapangan udara.

Mallaby yang tak percaya atas jaminan itu menolak mentah-mentah tuntutan itu. Kapten Shaw yang telah dikenal oleh beberapa orang Indonesia (karena tugasnya sebagai Perwira Keamanan Lapangan) dan telah mengalami sejumlah peristiwa sebelumnya, menyetujui tuntutan tersebut sebagai tanggung jawab pribadi.

Namun, persetujuan langsung dibatalkan oleh Mallaby.

Pada pertimbangan selanjutnya, Mallaby kemudian menyadari buruknya kondisi pasukan Inggris, di gedung yang akan hancur dalam pertempuran berikutnya, sehingga akhirnya ia bisa menyetujui pendapat Shaw. Kapten Shaw kemudian dikirim ke gedung untuk memberikan perintah yang perlu."

Mohammad melengkapi kesaksian Smith sebagai berikut: Semula sebenarnya Mallaby sendirilah yang akan masuk ke gedung untuk menyampaikan perintah pada anak buahnya.

Tetapi para pemuda yang mencurigainya spontan berteriak dan menuding: "Jangan yang tua, Pak! Itu saja yang muda disuruh masuk!"

Mereka kemudian yang menuding Mohammad, agar dia menjadi saksi menyertai perwira Inggris tersebut. Kemudian diputuskan agar Kundan sebagai penerjemah yeng menyertai kepergian Shaw dan Mohammad. Pemuda memberi batas waktu sepuluh menit.

Versi lama semula masih mempersoalkan, pihak siapa sesungguhnya yang mengawali pertempuran di Gedung Internatio, setelah terjadi gencatan senjata sementara.

Pengakuan Mayor K. Venu Gopal yang termuat pada suratnya tertanggal 8 Agustus 1974 kepada Parrott rmemperjelas persoalan. Menurutnya, sesungguhnya pihak Inggrislah yang memulai menembak.

Tulis Gopal: "... Sementara itu tentara Indonesia berkerumun di beranda gedung dan saya terpaksa berbicara terus terang pada mereka bahwa saya akan menembak, jika mereka mulai mendesak masuk gedung. Pada saat itu saya tak dapat melihat Mallaby dan perwira pengawalnya. Baru kemudian saya melihat Kapten Shaw dan Kundan mencoba masuk ke gedung, tetapi dialang-alangi mereka."

"Kundan kemudian berteriak kepada kerumunan orang tersebut bahwa ia akan meminta kepada kami untuk menyerah. Ia bersama Kapten Shaw kemudian diperkenankan masuk ke gedung, jika ia disertai oleh seorang perwira Indonesia (Mohammad)."

"Saya mengizinkan ketiga orang tersebut masuk, dengan harapan mengulur waktu. Setelah beberapa waktu, Kundan keluar dari Gedung, meninggalkan Kapten Shaw dan perwira Indonesia tadi ...."

"Sementara itu orang-orang - bersenjata mulai mendesak masuk ke gedung, saya tidak punya pilihan lain, kecuali membuka serangan. Keputusan ini benar-benar saya buat sendiri."

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved