Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pdt Sompe Minta Jemaat Tak Reaktif, Habib Bahar: Saya Punya Banyak Teman Pendeta

Kontroversi yang berujung aksi penolakan ormas adat Minahasa terhadap dua pentolan gerakan 212, Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribun manado
ANGDAM XIII/Merdeka Mayjen TNI Tiopan Aritonang dan Wakapolda Sulut Brigjen Pol Johny Asadomah terjun langsung ke jalan Martadinata, Selasa (16/10/2018). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kontroversi yang berujung aksi penolakan ormas adat Minahasa terhadap dua pentolan gerakan 212, Habib Muhammad Bahar bin Ali bin Smith dan Habib Muhammad Hanif bin Abdurrahman Al-athor jadi ujian bagi toleransi di Kota Manado bahkan, Sulawesi Utara.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Sulut, KH Abdul Wahab Abdul Gofur, menyerukan agar masyarakat terus menjaga kerukunan dan toleransi yang selama ini terjalin.

Ia mengatakan, kejadian di Manado, Senin (15/10/2018) hanya soal isu. Isu yang ditanggapi perlu mengecek kebenaran. Harusnya jika mendatangkan tokoh, gelar pertemuan dulu.

Baca: Dua Habib Tokoh Gerakan 212 Pagi Tadi Tinggalkan Manado

"Tokoh ini mau datang, tanggapannya gimana. Apakah ceramahnya bisa memersatukan umat atau malah memecah belah.

Memang pihak penyelenggara tidak konsultasi dengan MUI. Makanya saya tak tahu," ucapnya, Selasa (16/10/2018).
Kata Gofur, jika mendatangkan penceramah di Sulut, jangan yang intoleran. Jangan yang bisa memecah belah, (ujaran) yang mengandung SARA. Warga Sulut tak menerima penceramah intoleran.

"Jika datangkan penceramah dari luar, harus tahu materi apa yang disajikan. Yang mengandung persatuan dan kesatuan, NKRI harga mati. Dan yang pasti yang mendekatkan diri pada Allah," ujarnya.

Ia pun menyebut pendakwah harus sesuai dengan ajaran agama Islam. Semua agama, jangan ada politik dalam dakwah, meski politik dan agama tak bisa dipisahkan. "Kalau kampanye ada undang-undang yang berlaku," ujarnya.
Karena peristiwa kemarin terlanjur terjadi, Gofur mengimbau semua masyarakat untuk mengeratkan kembali (hubungan kekeluargaan).

Pendeta Anthonius Dan Sompe
Pendeta Anthonius Dan Sompe (ISTIMEWA)

Saling memaafkan, merajut kembali persatuan dan kesatuan. "Indahnya hidup rukun dan damai," tutupnya.
Jangan nila setitik merusak susu sebelanga, demikian katanya Selasa (16/10). Jangan perbuatan segelintir orang memancing sikap intoleransi. Masyarakat harus bersikap dengan kepala dingin.

"Kalau dengan kepala dingin, semua bisa dibicarakan. Kalau mengundang tokoh-tokoh agama, bicarakan dulu sama MUI, NU. Apakah isu yang beredar soal tokoh itu benar atau tidak," ujarnya.

Wakil Ketua Bidang Ajaran Pembinaan dan Pengembalaan Sinode GMIM, Pdt Anthonius Dan Sompe mengatakan, salut kepada warga Sulut di dalamnya GMIM secara historis teruji tidak mudah terprovokasi baik yang muncul dari dalam maupun diluar. Isu hoaks yang bisa mengakibatkan pertentangan satu sama lain, masih ada kedewasaan untuk menghargai keberbagaian itu.

"Diharapkan ada peran pemerintah dan peran agama di dalamnya gereja. Pemerintah terus menguatkan sendi pelayanan pemerintahan teristimewa memfasilitasi terjadinya pertemuan antaragama melalui FKUB BKSUA," kata Sompe.

Lanjutnya, tentu warga gereja diajak untuk tidak bersikap ekslusif yang bisa mendatangkan fanatisme sempit tapi harus bersikap inklusif karena itu alkitabiah dengam berbagai latar belakang termasuk ras agama suku dan lainnya. "Gereja hadir menjadi garam dan terang tanpa kehilangan jati diri apalagi dipengaruhi berbagai isu yang bisa memecah belah," ujar dia.

"Memang melihat rupanya ada perilaku yang reaktif tentu diharapkan tidak seperti itu. Yang terpenting perilaku yang menciptakan dialog, tentu saja kalau misalnya ada alasan menolak seperti itu tentu mungkin cukup beralasan apalagi yang ditolak adalah berkaitan dengan hoaks atau isu tidak benar karena bertentangan kearifan lokal," jelasnya.

Dia berharap adanya dialog antarelemen termasuk pihak yang ditolak perlu dibangun komunikasi, yang datang itu tidak boleh melakukan perilaku yang mengakibatkan perpecahan.

Acara keluarga Habib Bahar di Kelurahan Karame berlangsung lancar. Jemaah begitu gembira menyambut kedatangannya. Habib Bahar yang didaulat menyampaikan sambutan keluarga dalam acara haul ke-7 Habib Ali bin Abdurrahman bin Smith, mengaku pulang kampung untuk hadiri peringatan kematian abanya. Kata dia, Islam itu lembut. "Saya punya banyak teman. Juga teman-teman pendeta," katanya.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulawesi Utara (Sulut) Brigjen Drs Johni Asadoma
Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Sulawesi Utara (Sulut) Brigjen Drs Johni Asadoma (TRIBUNMANADO/HANDHIKA DAWANGI)
Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved