Gempa Sulteng
Kisah Wartawan Selamatkan Diri dari Gempa Tsunami Palu, Hanya Ada 2 Pilihan: Jalan Kiri Atau Kanan
Salah seorang wartawan Harian Surya (grup Tribunnews.com) bernama Alfred Lande menjadi korban amukan gempa dan tsunami yang terjadi di Palu
"Setelah sekitar 20 menit berjalan di sela rerumputan, kami tiba di jalan raya yang menuju ke gunung. Ratusan bahkan ribuan penduduk yang berusaha menyelamatkan diri berlari ke arah gunung Donggala Kodi," paparnya.
Sepanjang perjalanan, banyak warga yang terus menerus berseru menyebut nama Tuhan takut meminta agar Tuhan menyelamatkan mereka.
"Sambil berlari menyelamatkan diri, suara tangisan dan pengharapan kepada Sang Pencipta terus terdengar.
Ucapan “Allahu Akbar, Tuhan Yesus tolong kami, dan kata-kata penyerahan diri lainnya terus bergema sambil berlari,
Semuanya seperti tersadar begitu kecilnya keberadaan manusia dalam kondisi dan kekalutan seperti itu. Semakin malam, suasana semakin mencekam," tutur Alfred.
Usai dipastikan selamat, Alfred pun melihat banyak warga yang bernasib sama seperti dirinya.
Mereka juga hanya mengenakan pakaian seadanya tanpa alas kaki, yang penting bisa selamat.
Bahkan sebagian karyawan Swissbel Hotel terlihat masih dalam pakaian seragam resmi.
Meski begitu, menurut Alfred, sebagian besar pengungsi di perbukitan Donggala Kodi tanpa keluarga yang lengkap.
Rata-rata terpencar mencari keselamatan.
Begitu ada di ketinggian dan dinyatakan selamat, baru sadar bahwa anggota keluarganya ada yang tertinggal di bibir pantai.
Alfred pun langsung pergi ke Parigi, daerah perbatasan dengan Palu untuk lebih menyelamatkan diri takut kalau ada gempa susulan.
Tak hanya itu, tujuan Alfred ke Parigi ini adalah untuk mencari jaringan internet dan sinyal telepon agar ia bisa berkomunikasi dengan keluarga yang berada di Surabaya.
Pihak keluarga Alfred baru bisa mengetahui kabar Alfred yang selamat usai 3 hari pasca gempa, yakni pada Senin (1/10/2018).
"Saya kini berada di Parigi, daerah yang berbatasan dengan kota Palu.
Selain untuk mencari jaringan internet, juga untuk bisa berkomunikasi dengan anak-istri saya di Surabaya, keluarga serta kawan-kawan saya di berbagai penjuru.
Keluarga saya baru tahu kalau saya masih hidup setelah tiga hari peristiwa gempa.
Kami baru bisa berkomunikasi melalui saluran telepon setelah saya berada di Parigi," cerita Alfred.
"Catatan ini saya baru bisa buat setelah keluar dari kota Palu. Suasana dalam kota sangat menakutkan dan mencekam. Sejak gempa terjadi, listrik dalam kota Palu mati total. Hubungan komunikasi melalui telepon seluler (handphone) juga terputus. Selain itu gempa susulan masih terus terjadi. Perampokan dan penjarahan terjadi siang malam. Sungguh mengerikan."
"Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Cerita Wartawan Berjuang Lolos dari Gempa Tsunami Palu, Hanya Ada 2 Pilihan: Jalan Kiri Atau Kanan"