Gempa Sulteng
Kisah Wartawan Selamatkan Diri dari Gempa Tsunami Palu, Hanya Ada 2 Pilihan: Jalan Kiri Atau Kanan
Salah seorang wartawan Harian Surya (grup Tribunnews.com) bernama Alfred Lande menjadi korban amukan gempa dan tsunami yang terjadi di Palu
Buktinya, pada Sabtu pagi, ditemukan ratusan jenasah sepanjang pinggir pantai dari Swissbel Hotel hingga Pantai Talise," tutur Albert lebih lanjut.
Melihat dan mengalami sendiri musibah gempa dan tsunami di Palu yang hampir menrenggut nyawanya, Alfred mengaku trauma jika harus kembali mengenang dan membayangkannya lagi.
Bahkan ia mengaku tak bisa melihat tayangan televisi yang memperlihatkan kantong jenazah.
Lebih lanjut, Alfred juga menjelaskan bahwa saat larikan diri untuk menyelamatkan diri, semua barang-barangnya tertinggal di hotel.
Ia sudah tak peduli dengan harta benda yang dibawanya ke Palu.
Yang terpenting adalah nyawa dan keselamatan hidupnya.
Bahkan ketika bergegas berlari mencari tempat yang aman dari terjangan tsunami, Alfred dan teman-temannya ini tak mengenakan alas kaki.
"Dalam pelarian menyelamatkan diri tersebut, semua barang-barang dan perlengkapan lainnya tertinggal di hotel. Saya dan pak Raimon lari dengan telanjang kaki dengan pakaian di badan.
“Kami tidak sempat lagi memakai sendal atau sepatu," tuturnya.
Derita belum berakhir. Saat pelarian tersebut, Alfred dan teman-temannya harus rela menginjak duri dan batuan-batuan tajam yang sudah berserakan di tanah.
"Jalan yang dilalui di tengah kegelapan malam itu penuh duri dan batu-batu tajam. Di sana sini kami harus melompat karena tanah terbelah akibat gempa," lanjutnya.
Ditambah dengan suasana gelap gulita yang mencekam karena semua aliran listrik terputus.
Alfred mengaku, kejadiannya itu begitu cepat dan mengerikan.
"Kejadiannya begitu cepat dan mengerikan. Rasanya hotel sudah mau ambruk detik itu. Apalagi begitu gempa terjadi, lampu listrik di hotel langsung padam," cerita Alfred.
Perjalanan untuk menyelamatkan diri ke tempat yang aman ini membutuhkan waktu 20 menit.