Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu

Kebijakan Menstabilkan Rupiah

Melonjaknya nilai mata uang Dollar bukan hanya berdampak pada nilai tukar rupiah tapi hampir ke seluruh nilai mata uang Dunia.

Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
ISTIMEWA
Semuel Linggi Topayung 

Tajuk Tamu oleh:
Semuel Linggi Topayung
Direktur Pemantau Kajian Kebijakan Publik

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Melonjaknya nilai mata uang Dollar bukan hanya berdampak pada nilai tukar rupiah tapi hampir ke seluruh nilai mata uang Dunia.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar untuk beberapa bulan terakhir ini mengalami pelemahan sehingga sebagian pelaku Ekonomi dan pelaku dunia usaha merasa khawatir akan penguatan nilai mata uang Dollar tersebut.

Untuk nilai tukar dollar terhadap Rupiah per tanggal 8 agustus 2018 sudah bergerak pada kisaran level Rp 14.440 per dollar AS, sedikit melunak dari satu hari sebelumnya yaitu tembus di angka Rp 15 ribu per dollar.

Hal ini banyak dimungkinkan akibat keputusan Presiden super power Amerika Serikat Donald Trump pada pengambilan keputusan melalui sektor ekonomi yang sangat mempengaruhi keuangan pasar global, yang mana kebijakan sang Presiden itu berdampak pada naiknya nilai tukar Dollar Amerika Serikat.

Secara global Kebijakan yang menyebabkan nilai tukar dollar Amerika Serikat ini berdampak pada dinaikkannya tarif impor bagi produk alat berat dari cina seperti aluminum dan baja yang dengan sendirinya Negara yang bermitra ekonomi bersama cina nilai tukar mata uanya akan melemah, salah satunya Indonesia.

Akibat dari dikenakannya tarif ekspor impor yang naik maka akan berpengaruh pada ekpor Indonesia yang di kwatirkan ternganggu seperti batu bara yang mana batu bara sebagai sumber energy utama dalam pembuatan logam negri tirai bambu itu, tapi pengaruhnya kecil bagi Ekspor batu bara ke negri tersebut sebab umumnya hanya dipakai sebagai Pembangkit Listrik.

Namun dampak bagi perdagangan Amerika Serikat dan Indonesia di perkirakan akan kecil di sebabkan neraca perdagangan Negara adikuasa tersebut dengan Indonesia selalu surplus.

Dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat mengenjot acuan suku bunganya membuat nilai tukar dollar Amerika Serikat menguat yang berpengaruh pada psikologi pasar terganggu.

Sekitaran bulan tiga yang lalu, Bank Sentral Amerika Serikat mengalami kenaikan suku bunganya sekitar 0,25 persen menjadi 1,75 persen.

Keputusan menaikkan suku bunga acuan dollar AS berdampak pada meningkatnya obligasi Pemerintah Amerika Serikat, sehingga mendorong kembalinya portofolio balik modal pada posisi yang nyaman pada pasar keuangan Amerika Serikat.

Kenaikan suku bunga sendiri di Indonesia menyebabkan arus keluar dana asing secara eksternal selama kuartal Pertama Tahun 2018 sekitar empat milar dolar Amerika Serikat, sehingga memicu menurunnya nilai tukar rupiah.

Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat seperti ini masuk dalam kondisi mata uang yang sangat kurang bagus.

Situasi pergerakan perekonomian Indonesia saat sekarang ini masih tergolong stabil yang mana transaksi pasar masih terjaga sehingga kinerja rupiah masih cukup baik jika di bandingkan dengan mata uang Negara lain seperti Filipina dan India pada perbandingan rasio persentase, yang mana indikator ini pelaku pasar uang masih sangat percaya terhadap rupiah yang masih pada posisi kuat.

Dengan Kinerja rupiah yang relative masih lebih baik mengindikasikan bahwa rupiah berpeluang kembali ke posisi awal seperti habitatnya semula.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved