Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat
MTPJ 29 April s/d 5 Mei 2018: Pemimpin yang Bijaksana Mendengar Setiap Aspirasi
Realitas hidup sering mempertontonkan kepada kita rangkaian kisah dan peristiwa memilukan; ada juga yang mengenaskan
TEMA BULANAN : “Memperkokoh Sinergisme Demi Keutuhan dan Kesinambungan Pelayanan”
TEMA MINGGUAN : “Pemimpin yang Bijaksana Mendengar Setiap Aspirasi”
Bacaan Alkitab : 1 Raja-Raja 12:16-24
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Realitas hidup sering mempertontonkan kepada kita rangkaian kisah dan peristiwa memilukan; ada juga yang mengenaskan, tentang para pemimpin yang tersandung kasus-kasus hukum aki-bat penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan.

Memilukan, karena ujung perjalanan bukan pada kesenangan dan kehor-matan, melainkan penderitaan dan kesukaran. Mengenaskan, sebab hukum sering dijadikan alat untuk dapat membenarkan tindakan-tindakan jahat.
Hilangnya kepekaan atas penderitaan orang lain, lemahnya ko-mitmen terhadap kepentingan bersama dan pengelolaan jabatan/ kekuasaan untuk keuntungan diri tidak hanya menghambat pen-capaian tujuan bersama, tetapi dapat menjadi pemicu timbulnya gejolak sosial yang kemudian mewujud dalam sikap penyang-kalan dan ketidak patuhan.
Bahkan dapat menjadi ancaman bagi keutuhan suatu komunitas. Dalam realitas hidup seperti ini, hadirnya pemimpin-pemimpin yang bijaksana, yang mendengar aspirasi masyarakat dan peka terhadap penderitaan sesama, sangatlah diperlukan. Karena itu maka Tema: “Pemimpin Yang Bijaksana Mendengar Setiap Aspirasi” dipilih sebagai tema pemberitaan sepanjang minggu ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
1 Raja-Raja 12 : 16 – 24 merupakan bagian dari kisah tentang pecahnya kerajaan Israel setelah berakhirnya pemerintahan Raja Salomo. Semasa pemerintahan Raja Salomo, ada pemberlakuan kerja paksa dan pemungutan pajak tinggi yang disinyalir untuk membiayai kemewahan hidup sang raja (Bandingkan. 2 Ta-warikh. 10).
Beban kerja paksa membuat masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, apalagi ditambah dengan beban pajak yang tinggi. Akibatnya, ada yang harus menjual harta mereka guna membiayai kebutuhan hidup dan untuk membayar pajak.
Kondisi ini telah mendorong Yerobeam, Putera Nabat, seorang pegawai Salomo yang tangkas dan rajin (1Raja-Raja. 11 : 28), menggerakkan pemberontakan namun gagal dan akhirnya ia melarikan diri ke Mesir, menghindar dari hadangan tentara Salomo (bandingkan 1Raja-Raja 11 : 40).
Peralihan kekuasaan dari Salomo kepada anaknya Rehabeam, telah mendorong Yerobeam kembali ke Israel guna melanjutkan gerakannya. Bersama rakyat ia menghadap Rehabeam, meminta keringanan atas beban kerja dan pajak yang berlaku semasa pemerintahan Salomo.
Namun respons sang raja tak sesuai dengan harapan sebahagian besar rakyat. Nasihat para tua-tua agar sang raja memenuhi aspirasi rakyat yang disuarakan Yerobeam dikesampingkan oleh sang raja, yang lebih memilih, mendengar dan mengambil keputusan sesuai nasihat orang-orang muda yang haus akan kekuasaan. Beban yang harus ditanggung oleh rakyat bertambah (1Raja-Raja. 12 : 10 &14).
Rakyat bereaksi keras terhadap keputusan raja. Reaksi itu, mencapai klimaks pada peristiwa pembunuhan Adoram, kepala kerja rodi, yang diutus raja, dan pengalaman Rehabeam yang hampir tak dapat menyelematkan diri seperti dikisahkan dalam ayat 18.
Sikap arogan dan otoriter, serta kebijakan raja yang tidak berpihak pada kepentingan rakyatmemicu terjadinya pemberontakan yang berujung pada perpecahan, dimana 10 suku di bagian utara memisahkan diri membentuk kerajaan sendiri dengan mengang-kat Yerobeam sebagai raja.