Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat

MTPJ 25 – 31 Maret 2018 Minggu Sengsara VI: Hidup ada Dalam Rancangan Allah

Kehidupan masa kini diwarnai dengan persaingan yang dapat berakibat saling menyalahkan sehingga terjadi gesekan dan konflik;

Editor: Aswin_Lumintang
Netralnews.com
Alkitab 

Suasana penangkapan Yesus makin tidak kondusif oleh karena ada seorang dari mereka yang menyertai Yesus dengan serta merta mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkan-nya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya (Ayat 51). Sebagai murid, mereka merasa bertanggungjawab untuk membela Yesus. Bagi Yesus sangat berbahaya mengunakan kekerasan untuk membela diri sehingga Yesus berkata:

Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barang siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang Ayat 52. Memasukan kembali pedang ke sarung mau menunjukkan bahwa Yesus menghendaki orang per-caya tidak mengunakan kekuatannya untuk membela dirinya tetapi menyerahkan hidupnya kepada Allah. Yesus memperingatkan bahwa siapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang, siapa yang merangcang kejahatan akan dimakan oleh kejahatan.

Yesus bukan berarti tidak dapat berbuat apa-apa seperti yang Ia telah lakukan dengan mengadakan banyak tanda mujizat sebelummnya tetapi Dia harus tunduk pada rancangan Allah sebagaimana dinubuatkan kitab suci. Yesus menyinggung sikap segerombolan orang yang hendak menangkap-Nya mengambarkan sikap manusia yang sering menggangap sebagai penjahat/musuh.

Yesus menjelas-kan bahwa tiap-tiap hari Ia duduk mengajar di Bait Allah tapi mereka takut menangkap Yesus. Sekalipun hal ini sudah ada dalam rancangan Tuhan Allah tetapi tidak seharusnya para murid Yesus meninggalkan-Nya apapun resikonya. Orang yang tidak memahami rancangan Tuhan cenderung lari dari tanggungjawab.

Makna dan Implikasi Firman

Hidup dalam rancangan Allah adalah merupakan pernyataan iman bahwa Tuhan yang berkuasa atas manusia. Kita dapat saja merancang sesuatu yang benar dimata Allah dan memberi nilai hidup bagi banyak orang. Tapi jika sebaliknya hal tersebut menjadi suatu kejahatan dan tidak menjadi berkat.

Ada orang sudah lama berteman namun karena kepentingan berbeda sehingga saling menjatuhkan. Hal ini terdapat juga dikalangan orang Kristen yang sebenarnya telah merima keselamatan melalui Kasih karunia Allah namun masih suka saling “baku cungkel” dalam satu pesekutuan apapun. Bahkan kejahatan tidak saja dilakukan oleh seseorang tapi melalui persekongkolan orang banyak.

Pemerintah dan Gereja harus bekerja keras untuk memberantas penyakit masyarakat seperti kekerasan dalam rumah tangga, pencurian, korupsi, peselingkuhan, merusak lingkungan sehingga banyak yang mengalami kerugian.

Belum juga intoleran dan radikalisme dengan paham yang bertentangan dengan nilai kristiani dan Pancasila telah merusakan sebagian tatanan hidup di Negara Indonesia. Rasa iri, dengki dan kebencian masih ada orang yang suka mempraktekkannya termasuk dengan cara-cara kekerasan. Apalagi dalam dunia politik sering terdengar “musuh dalam selimut” karena terjadi persaingan yang tidak sehat untuk memperebutkan jabatan atau kedudukan. Termasuk dalam pelayanan gereja.

Rancangan Allah adalah untuk keselamatan dan menerima hidup yang kekal, akan tetapi manusia sering berpikir bahwa baik atau buruk tergantung pada dirinya. Untuk mewujudkan keinginan manusia dapat saja menghalalkan segala cara. Manusia sering lupa bahwa ia diciptakan untuk menghadirkan syalom “damai sejahtera”. Bahkan Yesuspun harus datang untuk menyelamatkan manusia.

Sayangnya karena tidak sejalan dengan pikiran dan keinginan manusia, Dia dikhianati dan disalibkan. Inilah kegagalan manusia yang nyata dalam kepribadian Yudas.

Tiga puluh keping perak bukanlah jawaban atas keinginannya yang oleh karenanya berakibat pada gantung diri. Kepentingan pribadi sangat mengganggu kepen-tingan bersama sebagai satu tubuh Kristus di GMIM.

Hal ini terlihat di media sosial yang dijadikan ajang untuk ujaran kebencian, padahal kita dapat mengunakannya untuk saling menguatkan dan memba-ngun keutuhan bersama. Dapat saja ada anggota jemaat yang sudah lama bersahabat, ketika bertemu tidak saja bersalaman, tetapi mencium pipi kiri dan kanan.

Inipun tidak membuat persahabatan semakin erat karena terjadi konflik kepentingan sehingga persaha-batan yang telah lama dibangun hancur seketika. Sebagai warga gereja dan Pelayan Khusus dapat saja seperti penyamun dalam gereja, yang artinya prorgam gereja sudah disepakati dalam sidang-sidang gereja tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Bahkan lebih berbahaya lagi ketika ada “kekerasan” dalam jemaat mengunakan pedang dan pentung yang menjelma dalam bentuk saling mencaci maki. Kita diajarkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan sama seperti Yesus tidak melawan untuk ditang-kap, diadili, disalibkan mati dan bangkit pada hari ketiga dan naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan mencurahkan Roh Kudus kepada umat dan Gereja.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved