Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat

MTPJ 25 – 31 Maret 2018 Minggu Sengsara VI: Hidup ada Dalam Rancangan Allah

Kehidupan masa kini diwarnai dengan persaingan yang dapat berakibat saling menyalahkan sehingga terjadi gesekan dan konflik;

Editor: Aswin_Lumintang
Netralnews.com
Alkitab 

TEMA BULANAN : “Penatalayan yang Memiliki Kapabilitas, Integritas dan Komitmen”

TEMA MINGGUAN : “Hidup ada Dalam Rancangan Allah”
Bacaan Alkitab : Matius 26 : 47 – 56
ALASAN PEMILIHAN TEMA

Kehidupan masa kini diwarnai dengan persaingan yang dapat berakibat saling menyalahkan sehingga terjadi gesekan dan konflik; Ingin menang sendiri dan mengabaikan pendapat yang lain. Bahkan faktanya, cara-cara kekerasan dilegitimasi sehingga mengakibatkan kerugian bagi seseorang atau kelompok lain.

Ada orang suka dengan persekongkolan yang jahat sehingga berdampak pada persekutuan yang tidak harmonis lagi. Hubungan antar sesama manusia telah melewati batas-batas privasi seseorang.

Berteman dalam perseku-tuan satu jemaat, di kantor, dipekerjaan bahkan melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, ternyata tidak cukup untuk membangun persahabatan yang baik dengan teman malahan media sosial dijadikan ajang untuk saling memfitnah dan mencaci maki.

Hubungan yang akrap menjadi rusak, ketentraman menjadi hilang. Manusia berpikir dia mampu membuat hidupnya menjadi baik lewat upayanya sendiri. Padahal hidup menjadi baik terletak pada anuge-rah Tuhan yang telah berkarya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa melalui penderitaan dan salib serta kebangkitan Kristus.

Apa yang kita pikirkan dan rencanakan semua itu ada dalam kuasa Tuhan untuk meraih keberhasilan. Untuk itu tema minggu ini adalah Hidup ada dalam Rancangan Tuhan.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Injil Matius menceritakan Yesus Kristus sebagai Anak Manusia, Mesias, untuk membangun Israel Baru, suatu kerajaan yang melampaui batas-batas premodialisme sehingga tidak ada lagi orang Yahudi dan non Yahudi.

Sikap Yesus yang terbuka dengan orang-orang lain menyebabkan penolakan dari pihak Yahudi terutama para imam, ahli Taurat dan orang Farisi. Di taman Getsemani, Yesus sudah mengetahui apa yang harus Ia jalani sekalipun dalam kemanusiaan-Nya, hati-Nya sangat sedih. Ia berdoa “Ya Bapa-Ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.

Tapi apa yang terjadi tidaklah demikian malahan Yesus ditangkap karena penghianatan Yudas seorang murid Yesus. Yudas datang menemui Yesus dengan membawa rombongan yang besar dengan alat pedang dan pentung untuk menunjukkan kekuataan manusia, padahal tanpa alat ini pun, mereka dapat menangkap Yesus karena mereka banyak.

Yudas memanfaatkan ketidaksukaan pemimpin-pemimpin Yahudi untuk memperoleh keuntungan de-ngan menjual Yesus seharga tiga puluh keping perak. Yudas menjadi murid yang tidak tulus mengikut Yesus ia hanya memikirkan nafsu jahatnya. Anehnya lagi imam-imam dan tua-tua bangsa Yahudi yang mengerti tentang “kebenaran Firman”, justru melihat Yesus sebagai musuh yang harus dihilangkan.

Supaya tidak mencurigakan dan salah tangkap maka Yudas memakai bahasa tubuh (ciumam) untuk menunjukan sasaran penangkapan “orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkap Dia “Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Salam Rabi,” lalu mencium Dia. Ayat 48,49). Hal ini mempelihatkan bahwa betapa liciknya Yudas dengan mencium Yesus sehingga memperlihatkan seakan-akan dia adalah “Pahla-wan” dalam penangkapan Yesus.

Untuk mencium Yesus, Yudas minta permisi dengan berkata “Salam Rabi” sebagai istilah seorang guru Yahudi yang disegani pada pada waktu itu. Bentuk pengakuan Yudas bahwa Yesus sebagai Rabi ternyata tidak sesuai dengan tindakannya.

Ciuman Yudas ini adalah suatu pengkhiatan yang sangat berbahaya, musuh dalam selimut. Yesus tidak mengadakan perlawanan, bahkan Ia menyapa Yudas, “Hai teman, untuk itukah engkau datang? Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. (ayat 50). Suatu sapaan penyerahan diri Yesus kepada orang banyak. “Yesus menyapa Yudas “Hai teman” sebenarnya mengingatkan kembali hubungan awal antara Yesus dengan murid-murid-Nya termasuk Yudas.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved