Aktivis Lingkungan Tolak Reklamasi Manado Utara, Walhi Khawatir Banjir Kian Meluas
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memperkirakan banjir akan meluas di Manado bila kawasan pantai di utara kota jadi direklamasi.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memperkirakan banjir akan meluas di Manado bila kawasan pantai di utara kota jadi direklamasi.
"Kami baru membuat peta bencana. Kemudian dikaitkan dengan reklamasi Pantai Manado Utara seluas 200 hektare, maka daerah rawan banjir akan makin meluas."
Demikian Theo Runtuwene, aktivis Walhi, utarakan kepada tribunmanado.co.id, Rabu (7/3/2018).
Kondisi saat ini saja, lanjut dia, Kota Manado sudah rawan banjir. Apalagi, jika ada reklamasi, maka tak ada lagi daya dukung lingkungan.
Pendangkalan di Danau Tondano di Kabupaten Minahasa, kata dia, membawa dampak bagi Manado. Saat hujan lebat, daya tampung air tak memungkinkan lagi, sehingga meluber.
Apalagi, air tak terserp maksimal. Alhasil, air pun meluncur ke Kota Manado
"Air tidak bisa lagi mulus terus ke laut, karena ada penimbunan. Apalagi saat kondisi air pasang," kata dia.
Menurut Theo, dalam membangun seharusnya dipikirkan dampak jauh di masa depan.
"Proses alam harus dikaji 50 sampai 100 tahun ke depan, bukan cuma 10 sampai 15 tahun," kata dia.
Kebijakan reklamasi akan berdampak pada warga Kota Manado. Pemerintah seharusnya berkaca pada kondisi masyarakat ketika banjir bandang 2014 silam.
Jika reklamasi tetap dilakukan masyarakat sendiri nantinya yang akan merasakan dampaknya.
Belum lagi masalah sosial. Theo mengatakan, akan ada kontradiktif dalam masyarakat, ada yang pro dan kontra.
"Nanti pasti ada pertentangan ada masyarakat setuju dan ada yang menolak.
"Reklamasi sebenarnya merupakan dosa terburuk Manado, namun ada upaya untuk melakukan dosa yang sama,” kata dia.
Jull Takaliuang, satu di antara aktivis lingkungan, juga menolak reklamasi. Ia menilai reklamasi Teluk Manado Utara justru mengancam keberadaan ikon Kota Pantai. Daerah.