RENUNGAN MINGGU: Waspada agar Tak Kehilangan Arah
MASA ADVEN menjadi persiapan mendalami makna perayaan tahunan kelahiran sang Penyelamat pada hari Natal.
Mari kita lihat bagaimana Lukas menggarap perumpamaan yang kedua. Diceritakan oleh Lukas, seorang tuan rumah bepergian ke jamuan nikah pada malam hari dan akan pulang malam itu juga.
Ia berharap, bila sampai di rumah, akan didapatinya hamba-hambanya belum tidur. Hamba-hamba yang didapati berjaga ketika tuannya pulang disebut “berbahagia” dalam Luk 12:37.
Tuan itu akan meminta mereka duduk dan ia sendiri akan melayani mereka. Ia akan menghidangkan oleh-oleh dan “berkah” yang dibawanya pulang dari pesta tadi. Jelas sang tuan tadi memikirkan hamba-hambanya. Bagi orang zaman itu, dan boleh juga zaman kita sekarang, keramahan dan sikap tuan rumah tadi mengherankan. Mana ada majikan yang melayani! Memang tak jarang kita pulang larut malam membawa sesuatu bagi mereka yang bekerja kepada kita, tetapi melayani mereka makan…?
Pembaca ayat Lukas itu akan bertanya-tanya demikian. Tetapi ini cara Lukas mengatakan bahwa sang tuan rumah kini tidak lagi menganggap mereka hamba.
Perlakuannya mengundang mereka duduk dan menghidangkan makanan itu perlakuan kepada anggota keluarga sendiri.
Jadi dalam perumpamaan itu hendak dikatakan bahwa mereka yang didapati berjaga-jaga dan membukakan pintu bagi tuan rumah itu kini menjadi anggota keluarga!
Dalam tafsiran Lukas di atas, nasihat berjaga-jaga agar tidak ketiduran dalam Mrk 13:35 tampil sebagai warta gembira. Ujung pangkalnya ialah kebaikan tuan rumah yang kini memperlakukan hamba-hamba sebagai anggota keluarga sendiri.
Adakah yang lebih besar yang dapat diinginkan seorang hamba? Adakah hal lebih membuat orang menyesal bila kesempatan ini berlalu begitu saja karena ketiduran?
Dan warta ini tidak hanya ditujukan kepada para murid, tetapi juga seperti disebut dalam ay. 37, diajarkan Yesus kepada semua orang. (www.mirifica.net/Romo Agustinus Gianto SJ)