Kecelakaan Tragis - Mami 18 Tahun Melayani sebagai Pelsus
"Almarhumah adalah sosok yang harus jadi pola anutan. Suka bergaul, supel, dan aktif melayani,"
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Aldi Ponge
Laporan Wartawan Tribun Manado Ryo Noor
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Desterina Bawataa (54) berpulang ke haribaan-Nya.
Ibu dua anak ini akrab dipanggil Mami.
Mami tutup usia, setelah mengalami kecelakaan lalu lintas tragis di ruas Jalan Hasanudin pada Rabu (22/11/2017).
Ternyata semasa hidupnya, Mami sebagai seorang guru.
Selama 35 tahun Mami menjadi pendidik, terakhir menjabat sebagai Kepala SD GMIM III Tuminting.
Baca: Kepsek GMIM 3 Tuminting Meninggal Dunia - Begini Suasana di Pemulasaran Jenasah Prof Kandou
Baca: Peluk Peti Jenazah, Anak Korban Kecelakaan Tragis Terus Panggil Nama Ibunya

Selain itu, Mami aktif sebagai pelayan khusus di Jemaat GMIM Nazaret Tuminting.
Selama 18 tahun Mami menjabat pelsus dan dipercaya sebagai syamas selama 4 periode berturut.
Semestinya Mami akan melayani tahun depan sebagai Penatua di Kolom XIV.
Jemaat masih mempercayai Mami untuk melayani. Namun, Tuhan punya rencana lain.
Joy Mananeke merupakan rekan pelayan khusus Mami Desterina di Kolom XIV. Johanes merupakan Penatua Kolom, sedangkan Syamas dipegang Desterina.
Baca: Kecelakaan Tragis - Sopir Kontainer Mengaku tak Tahu Korban Terlindas Kendaraannya
Baca: Ibu Kepala Sekolah SD GMIM 3 yang Jadi Korban Lakalantas Tragis Dikenal Orang Baik

Mereka melayani Kolom XIV terdiri dari 29 Kepala Keluarga dengan 92 jiwa
18 Tahun bukan waktu yang singkat, bahkan kata Penatua Joy, Desterina sudah melayani bersama ayahnya dulu.
"Almarhumah sudah empat periode melayani sebagai pelsus, tahun depan harusnya memulai pelayanan periode ke lima, tapi Tuhan punya rencana lain," kata Joy.
Korban dekat dengan semua kalangan di jemaatnya dan dipanggil Mami.

Mami erat dengan sosok ibu. Mungkin, kata Joy, karena sosok keibuannya, maka Syamas Desterina dipanggil Mami.
"Kami panggil Mami, karena mereka (warga) suka panggil begitu. Ia figur ibu yang dikagumi," ujarnya.
"Almarhumah adalah sosok yang harus jadi pola anutan. Suka bergaul, supel dan aktif melayani," kata mantan lurah ini.
Sebelum peristiwa tragis itu, rencananya Mami dari Kantor Dinas Pendidikan akan mengikuti latihan paduan suara. Tapi ternyata maut lebih dulu menjemput.
Joy mengaku syok ketika menyaksikan tubuh tak bernyawa rekan pelayanannya itu terkapar di jalan.
Ia buru-buru datang ketika dikabari musibah di Jalan Hasanudin itu.
"Saya kurang sehat ketika ditelepon teman dari Badan Pekerja. Kabar ini mengejutkan. Saya ingin cari tahu kebenarannya. Saya langsung naik motor untuk mengecek ke lokasi kejadian," ujarnya.
Saat menyingkap kertas yang menutupi tubuh korban, Joy mengaku syok.

Corry Tendean, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Manado pun ikut merasa kehilangan.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado melayat ke rumah duka di Kelurahan Tuminting, Rabu (22/11/2017) malam.
Ia mengaku syok pertama kali mendengar kabar tragedi ini.
"Tidak sangka dengan kejadian ini, saya sedang rapat ketika mendengar kabar ini," ujar dia.
Baca: Kecelakaan Tragis! Terlindas Mobil Kontainer, Nyawa Kepala Sekolah SD GMIM 3 tak Bisa Diselamatkan
Sebagai Mantan Kepala Dinas Pendidikan, ia mengenal dekat dengan almarhumah
"Saya sudah makan asam garam dengan almarhumah di dunia pendidikan ," ujar Corry.
"Dedikasi Mami dalam tugas tak diragukan lagi, orangnya tegas sesuai aturan, namun hatinya baik. Kita kenal dekat karena satu lingkungan di dunia pendidikan," ujarnya
Menurut Corry, almarhumah patut dijadikan contoh. "Ia mampu menempatkan diri sebagai seorang pendidik dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah," tuturnya.