Jenderal Soedirman, Panglima Besar yang Nekat Pimpin Perang saat Sakit Parah
Kisah Inspiratif dari Panglima Besar Jenderal Soedirman Nekat Pimpin Perang saat Sakit Parah
Meski garang di hadapan musuh, Soedirman mengakui kelemahannya di hadapan Yang Maha Kuasa. Dirman tak pernah absen menjalankan perintah Tuhan meski dalam keadaan darurat sekalipun.
Saat waktu salat di hutan, ia biasa mencari embun yang menempel di dedaunan sebagai media untuk menyucikan diri. Dirman lantas mengkhusyukkan diri menghadap Tuhan dengan posisi duduk karena tak kuasa berdiri.
"Jangan bangga jika anda perang dengan senjata lengkap dan panglima yang bugar. Panglima kami sakit parah, senjata kami kurang, tapi kami pantang mundur lawan penjajah," katanya.
Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin terus melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, Presiden Soekarno melarangnya. Penyakit TBC yang diidapnya kambuh; ia pensiun dan pindah ke Magelang.
Soedirman wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.