Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jenderal Soedirman, Panglima Besar yang Nekat Pimpin Perang saat Sakit Parah

Kisah Inspiratif dari Panglima Besar Jenderal Soedirman Nekat Pimpin Perang saat Sakit Parah

Editor:
tribunjateng
Jenderal Sudirman 

Lepas dari kendaraan bermesin, Soedirman ditandu oleh beberapa warga yang setia menemaninya gerilya. Sementara pengawal mengiringi penandu dengan menenteng senjata.

Tandu berbahan bambu itu telah dipersiapkan penduduk desa untuk kendaraan alternatif Dirman selama bergerilya. Jika tandu itu rusak, penduduk desa lain telah menyiapkan penggantinya dengan tandu baru.

"Tandunya bukan hanya satu. Jika rusak sudah ada rakyat yang menyediakan lagi," katanya.

Perjalanan pasukan gerilya untuk sampai ke Kediri begitu berat. Selain menghadapi musuh yang setiap saat mengintai, mereka harus berjuang melawan lapar.

Dirman dan pasukannya tidak membawa bekal apapun, kecuali senjata dan pakaian yang melekat di tubuh. Seluruh perlengkapan telah dibakar di Bintaran untuk menghapus jejak.

Apalagi rute gerilya yang dipilih sangat menyusahkan. Jalur selatan melewati Gunung Kidul terkenal tandus. Penduduk yang menghuni wilayah itu sering dilanda kekurangan pangan.

Padahal untuk bertahan hidup, para pasukan ini bergantung dari bantuan rakyat yang mengirim bekal makanan untuk mereka.

Di tengah kondisi penduduk yang kurang pangan, Soedirman dan pasukannya lebih menderita karena sering tak makan hingga berhari-hari.

Jika ada buah-buahan atau binatang yang ditemui di hutan, mereka menyantapya demi bertahan hidup.

"Tentu ada mukjizat dari Allah sehingga kami bisa tetap bertahan hidup dan kuat melawan musuh," katanya.

Panglima Soedirman tetap tegar meski harus melawan cuaca ekstrem yang tak baik bagi kesehatannya. Tantangan lain adalah kondisi hutan yang tak nyaman ditinggali.

Tubuh panglima yang seharusnya diberi asupan gizi khusus, justru harus menahan lapar berkepanjangan. Kondisi kesehatan Soedirman pun terus menurun.

Yang membuat Abu heran, dalam keadaan demikian, Jenderal Soedirman justru menawari anak buahnya untuk pulang ke Yogyakarta jika tidak lagi kuat menanggung ujian.

"Jelas tidak ada yang mengambil tawaran itu untuk kembali ke kota. Kami tetap setia pada panglima sampai mati," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved