Kapal Tenggelam di Sitaro
Nelayan Bitung Selamat dari Serangan Cumi Raksasa
Dua belas anak buah kapal (ABK) KM Baku Sayang hilang di perairan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Dua belas anak buah kapal (ABK) KM Baku Sayang hilang di perairan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara sejak Minggu (20/8) pukul 01.00 Wita.
Kapal milik PT Sari Malalugis, perusahaan ikan asal Kota Bitung ini tenggelam setelah dihantam ombak di posisi 02.8,08. LU -125. 8,84 BT.
Informasi Basarnas Manado, kapal itu memuat 22 ABK dan nakhoda. Sebelas ABK dipastikan selamat. Sepuluh di antaranya diselamatkan kapal tengker KM Qowyy yang melintas di perairan Sitaro, Senin pukul 09.00.
Kejadian memunculkan banyak cerita. Herry Sikome, seorang ABK menuturkan, pengalamannya digigit binatang laut buas.
Dikatakan Herry, ia tengah berpegangan di gabus palka ketika kakinya serasa dililit sesuatu. "Lantas kaki saya rasanya seperti dipatuk- patuk," kata dia saat kepada Tribun Manado via ponsel.
Tak sampai di situ, binatang laut yang menyerupai cumi raksasa itu hendak menyeretnya ke dalam air.
Saat itu Herry berpegangan sekuat mungkin. Tenaganya yang sempat hilang entah bagaimana seperti kembali lagi, bahkan lebih kuat. "Mungkin karena doa keluarga di rumah," kata dia.
Sempat terjadi tarik-menarik antara Herry dan binatang itu. Kemudian lilitan melemah. Herry selamat. Serangan suntung raksasa itu membuat kaki Herry berlumuran darah. Untung dia segera dievakuasi.
"Saya melihat ada kapal yang jaraknya kurang lebih 2 mil, dengan menggunakan kaca saya memberikan kode SOS (morse) ke arah kapal itu," kata dia.
Herry menceritakan kisah karamnya kapal itu.
"Kapal kami dihantam oleh gelombang laut yang besar, kemudian papan dari badan kapal terangkat sehingga air mulai masuk. Kami mencoba menggunakan alkon untuk mengeluarkam air yang masuk, namun tidak mampu karena air begitu cepat masuk kedalam kapal." kata Herry.

"Karena air sudah mulai memenuhi kapal, ABK semua melompat dan yang lain naik rakit serta life raft," kata dia.
Ronald Mokalu seorang petugas SAR yang ikut kapal penyelamat dari Basarnas mengatakan, dua ABK mengalami luka parah pada bagian betis.
"Luka berwarna merah campur coklat," kata dia.
Dikatakannya, kedua ABK yang terluka tidak bisa memastikan binatang apa yang mengigit mereka.
Dari ciri luka diduga para korban digigit ikan hiu atau cumi. "Bisa hiu atau cumi," kata dia.
Menurut dia, kedua ABK itu digigit saat tengah berpegangan di rakit. Kala digigit awalnya terasa geli. "Kemudian sakit tak terkira," kata dia.
Sebut dia, kedua ABK itu tengah mendapat perawatan. Perawat membersihkan luka dan mereka berteriak kesakitan. ABK lainnya hanya kelelahan.
Ada juga cerita lain. Adalah Meidy Kuemba. Dari pulau Buhias, Meidy menelepon pihak perusahaan perihal kecelakaan itu.
Tibanya Meidy di pulau itu meninggalkan sebuah cerita. Meidy berenang dari lokasi kapal karam hingga ke pulau itu. Hal itu dituturkannya dalam percakapan lewat ponsel dengan pihak perusahaan.
Menurut Meidy, ia melompat ke laut begitu kapal tenggelam. Di tengah gemuruh ombak yang riuh, ia sempat mendengar teriakan seorang ABK. "Baku dapa ulang torang".
Teriakan itu datang dari sebuah rakit. Rakit itu melepaskan diri dari dua rakit lainnya. Naasnya rakit tersebut adalah yang hilang sampai kini.
Meidy sempat mengetahui kisah tentang penyelamatan pada ABK melalui rakit. Sebutnya ada tiga rakit di kapal itu.
Para nelayan menyelamatkan diri melalui tiga rakit itu. Ketiga rakit itu disatukan. Namun sebuah rakit memutuskan melepaskan diri.

Meidy yang lemas sempat dirawat di Puskesmas serta rumah sakit setempat.
Humas Basarnas Manado Ferry Arianto mengatakan, dua ABK digigit hiu dan cumi. "Keduanya beroleh luka namun tidak parah, kini sementara menjalani perawatan," kata dia.
Menurut Ferry, kondisi keduanya masih terlalu lemah. Keduanya terus berbaring di tempat tidur.
Wakil nakhoda, Heri Sikemang menjadi korban gigitan ikan hiu. Heri adalah satu di antara sepuluh ABK yang dinyatakan selamat.