Single Focus Reporting
(CONTENT) Revina 2 Jam Menunggu Angkot, Aksi Mogok Bikin Terlambat ke Kampus
Demo massal angkutan kota (angkot), taksi dan Angkutan Kota Dalam Provinsi, Kamis (23/3), melumpuhkan aktivitas dan sebagian perekonomian di Manado.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Demo massal angkutan kota (angkot), taksi dan Angkutan Kota Dalam Provinsi, Kamis (23/3), melumpuhkan aktivitas dan sebagian perekonomian di Kota Manado.
Pasalnya, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anak sekolah dan mahasiswa kesulitan memperoleh angkutan.
Cicilia Clara Egeten, mahasiswa satu perguruan tinggi di Manado mengaku, dia kesulitan ke tempat kuliah pada pukul 09.30 wita, kemarin.
''Saya biasa dari Teling naik angkot (Mikro) ke pusat kota (Pasar 45), kemudian naik Mikro trayek Kampus. Tapi, saat mau ke Kampus ke kemarin, ternyata semua pada mogok. Terpaksa minta tolong tetangga yang punya sepeda motor untuk antar ke Kampus, meski pun sudah terlambat, '' ujar Cicilia, Kamis.
Hal sama dialami beberapa siswa Kelas XII SMA Pertiwi Manado yang dua jam menunggu Mikro, namun tak memperoleh angkutan.''Memang so dengar-dengar para sopir Mikro ada demo.
Cuma torang tetap coba terus menunggu, '' ujar Bunga Revina Palit.
Hendrik juga mengaku berharap bisa pulang cepat ke rumah untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional.
''Tapi ini sudah berjam-jam belum dapat angkutan. Padahal lagi mau persiapan ujian di rumah, '' ujar Hendrik.
Terpantau, kemarin, 19 trayek Mikro di Manado, Taksi dan AKDP sepakat tak beroperasi hingga sore.
"Kami tidak mencari sebagai protes atas beroperasinya Go‑Jek, Go‑Car dan Taksi Gelap di Manado," ujar Jefry Surentu, Wakil Ketua Basis 45-Kairagi yang ditemui saat sedang menjelankan aksi mogok.
Jefry mengatakan, kehadiran angkutan yang diakses via online itu sangat mengurangi pendapatan.
Sebelum jasa angkutan itu hadir setiap hari sopir mikro bisa meraup penghasilan Rp 400 ribu lebih dan mendapat gaji Rp 100 ribu lebih, kini penghasilan menurun drastis.
"Pendapatan Rp 250 ribu dengan gaji hanya Rp 50 ribu. Pokoknya penghasilan menurun drastis, dan ini sangat menyulitkan kami," keluhnya.
Para sopir angkot, AKDP dan taksi mulai berkumpul di kompleks KONI Sario pukul 09.00 wita.
Setelah itu para sopir ini menuju ke Kantor Gubernur dengan tujuan menyampaikan aspirasi mereka ke Gubernur Sulut, Olly Dondokambey.