TAJUK TAMU: Purgatorium dalam Teologi Gereja Katolik
Istilah “Purgatorium” merupakan nama lain dari “Api Penyucian”.
Penulis: | Editor:
Karena setiap umat beriman tidak sempurna maka pemurnian juga berlaku bagi kita semua. Kata “pemurnian” menunjuk pada orang beriman yang telah meninggal.
Paus yang sama juga (17 September 2002) menekankan pentingnya berdoa bagi jiwa-jiwa di api penyucian. “Bentuk belas kasih kepada sesama yang pertama dan terutama adalah kerinduan yang besar akan keselamatan kekal mereka dan cinta kasihlah yang memungkinkan kita untuk mengasihi mereka yang meninggal. Oleh karena itu maka bukan hanya keyakinan akan adanya api penyucian, melainkan mengenai kewajiban rohani untuk berdoa bagi mereka.
Kebiasaan umat Katolik adalah berdoa bagi mereka yang telah meninggal dunia baik dalam Misa ataupun ibadah-ibadah bahkan Misa di pekuburan (peringatan arwah semua orang beriman). Inilah jawaban atas pertanyaan purgatorium sebagai “tempat” pemurnian.
Berdoa bagi mereka adalah untuk keselamatan jiwa orang yang telah meninggal untuk bersatu dalam kebahagiaan di Surga (KGK. 1032). Itulah tugas kita yang masih hidup di dunia ini. Karena kesempurnaan kekal hanya dimiliki oleh Tuhan, maka manusia yang beriman pun harus dimurnikan lagi untuk masuk dalam kekudusan bersama Allah di Surga. Bukan “tempat”nya yang penting melainkan maknanya sebagai “pemurnian dan penyucian”.
Dalam kacamata teologis, Gereja sebagai satu persekutuan umat Allah terbagi dalam tiga kelompok yakni Gereja yang berziarah (masih hidup), Gereja yang dimurnikan (purgatorium), dan Gereja yang Berjaya (Surga).
Dalam kaitannya dengan purgatorium, satu aspek penting terakhir yang selalu ditunjukkan oleh tradisi Gereja dan perlu disadari saat ini ialah dimensi komunio.
Kenyataannya mereka yang berada dalam keadaan dimurnikan itu disatukan dengan mereka yang telah terberkati dan menikmati kepenuhan kebahagiaan kekal, dan juga disatukan dengan kita semua yang masih di dunia ini dalam peziarahan kita menuju rumah Bapa (KGK. 1032).
Sama seperti ketika hidup di dunia ini para orang beriman itu disatukan dalam satu Tubuh Mistik Yesus Kristus, demikian pula setelah kematian, mereka yang berada dalam keadaan pemurnian mengalami solidaritas ekklesial yang sama yang bekerja melalui doa-doa, doa silih dan cinta kasih bagi saudara-saudari dalam iman.
Purifikasi itu dijalani dalam kesatuan hakiki yang terjadi atau terjalin di antara mereka yang hidup di dunia ini dan mereka yang telah mengalami kebahagiaan abadi.
Cinta kasih Allah menjadi landasan akan peristiwa ini. Dalam sebuah kesempatan, Mother Angelica berkata dengan bijak, “Although you do not believe it, dear, it does not mean that it does not exist” (Meskipun kamu tidak percaya, itu tidak berarti Api Penyucian tidak ada). Inilah Purgatorium: antara pengertian dan penghayatan.