Resensi Buku
Kisah di Balik tewasnya Tan Malaka
Namun, ia mengemukakan, jilid kelima yang menceritakan perkembangan pemikiran dan pengikut Tan Malaka pascatertembak, belum diterbitkan.
Pada tahun itu, dia menemukan bahwa Tan Malaka di tembak oleh Soekotjo di Desa Selopanggung, di Lereng Gunung Wilis, Kediri, Jawa Timur, pada 21 Februari 1949.
"Sesudah Tan Malaka ditembak, ada perjanjian antara Soekotjo dan Brigade Surachmad untuk merahasiakan kematian Tan Malaka karena takut pengikut Murba dendam," ujar Harry.
Meskipun Harry berhasil mengungkapkan penembak Tan Malaka, namun dirinya belum mengidentifikasi kapan Tan Malaka dikuburkan.
Di buku jilid keempat itu, ia menambahkan pembahasan khusus mengenai proses pencarian makam Tan Malaka di Selopanggung.
Dalam pembahasan itu dijelaskan mengenai penggalian dan penelitian asam inti gen (deoksiribonukleat/DNA) jenazahnya untuk memastikan bahwa di dalam makam tersebut telah terkubur seorang Tan Malaka.
Kepastian DNA
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan, tim forensik yang memeriksa DNA Tan Malaka belum juga menemukan kepastian setelah menggali makam di Selopanggung pada 12 November 2009.
"Yang jadi masalah, dokter Djaja Surya Atmadja tidak mengakui kalau gagal mendapatkan DNA Tan Malaka karena menghilang," ujarnya.
Asvi mengatakan, bukti sejarah berdasarkan penelitian Harry Poeze yang menyebutkan makam Tan Malaka di Selopanggung merupakan kualifikasi 90 persen untuk bisa memindahkan jenazah Tan Malaka ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
Dan, dikatakannya, kesimpullan forensik dapat diberi nilai 10 persen.
"Nilai 10 persen itu sudah cukup untuk memindahkan makamnya ke Kalibata, dan lokasi di Kediri bisa dibangun monumen yang menandakan bahwa Tan Malaka pernah disemayamkan di sana," katanya.
Asvi menyatakan, pemindahan makam Tan Malaka ke TMP Kalibata merupakan pengakuan pemerintah yang "menghilangkan" nama Tan Malaka dari sejarah Indonesia selama 32 tahun.
Pemerintah Orde Baru (Orba), dinilainya, telah menghilangkan nama Tan Malaka dalam daftar pahlawan yang diajarkan di sekolah.
Oleh karena itu pula, Pemimpin Redaksi Historia Bonnie Triyana berpendapat bahwa semangat dari nilai-nilai perjuangan Tan Malaka harus diajarkan kepada pelajar di sekolah untuk memahami sosok pahlawan asal Sumatera Barat itu dalam melawan kolonialisme.
"Tan Malaka seorang komunis, namun jika dibandingkan dengan koruptor, maka lebih jahat mana?," katanya.