Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Resensi Buku

Ignasius Jonan Menata Kereta Api Mulai dari Toilet

Buku setebal 336 halaman yang diterbitkan PT Mediasuara Shakti - BUMN Track itu menceritakan keberhasilan PT KAI menata

Editor:
zoom-inlihat foto Ignasius Jonan Menata Kereta Api Mulai dari Toilet
istimewa
Ignasius Jonan.

TRIBUNMANADO.CO.ID - Mengubah atau memperbaiki sesuatu yang sudah mendarah daging benar-benar tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi kalau urusannya sudah berhubungan dengan uang.

Namun, dengan kesungguhan dan ketegasan, sesuatu yang semula dikira tidak akan bisa dilakukan, ternyata bisa. Sekali sebuah awal bisa dilakukan, dengan modal perasaan "ternyata bisa", maka semuanya akan benar-benar bisa dilakukan, bahkan lebih baik lagi.

Menata PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan perasaan "ternyata bisa" itu diungkapkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam prolog buku berjudul "Jonan & Evolusi Kereta Api Indonesia" yang ditulis Hadi M Djuraid.

Dalam prolog tersebut, Dahlan memuji keberhasilan PT KAI di bawah Direktur Utama Ignasius Jonan yang berhasil mempertahankan keberhasilan menyelenggarakan angkutan Lebaran pada 2013, bahkan lebih baik daripada 2012.

Hal itu menunjukkan perbaikan pelayanan di kereta api bukan usaha musiman tapi usaha yang tersistem. Sistem yang ditetapkan tahun lalu ternyata valid dan solid. (halaman 20)

Buku setebal 336 halaman yang diterbitkan PT Mediasuara Shakti - BUMN Track itu menceritakan keberhasilan PT KAI menata dan memperbaiki diri di bawah kepemimpinan Ignasius Jonan.

Ignasius Jonan, figur luar PT KAI yang lebih banyak memiliki pengalaman di perbankan. Sebelum di PT KAI, dia sukses di Citibank. Dia juga sempat dipercaya memimpin PT Bahana Pembinaan Usaha, sebuah BUMN di bidang jasa keuangan yang saat itu sedang bermasalah, setelah akhirnya kembali ke Citibank.

Adalah Menteri BUMN Sofyan A Djalil yang pada 2009 yang secara khusus memintanya membenahi perkeretaapian Indonesia. "Kalau Anda tidak bisa, tidak ada orang di Indonesia yang bisa," begitu kata Sofyan menantang, sekaligus meletakkan tanggung jawab besar di pundak Jonan. (halaman 28)

Maka, jadilah Jonan dilantik sebagai Dirut PT KAI pada 25 Februari 2009, menggantikan Roni Wahyudi yang menjabat sejak September 2005.

Bukan bidangnya

Sebagai orang luar PT KAI, Jonan merasa perkeretaapian bukanlah bidangnya. Namun, dia tidak menolak saat diminta memimpin PT KAI yang saat itu kondisinya sedang kacau dan terus membukukan kerugian.

Pada 2005 dan 2006 PT KAI masih bisa membukukan laba bersih sebesar Rp6,9 miliar dan Rp14,2 miliar. Namun, tahun berikutnya kinerja keuangan terjun bebas hingga membukukan rugi Rp38,6 miliar dan melonjak 100 persen menjadi Rp82,6 miliar pada 2008. (halaman 28)

Berbekal kegemarannya naik kereta api ketika berada di luar negeri, dia mencatat dan mencermati bagaimana pelayanan terhadap penumpang, kondisi stasiun, manajemen dan profesionalisme petugas.

Dengan bekal pengalaman menggunakan kereta api di luar negeri, Jonan melakukan sejumlah langkah cepat untuk menyelamatkan dan mencegah kondisi keuangan semakin parah.

Hasilnya ternyata tak mengecewakan, dari rugi Rp82,6 miliar pada 2008, PT KAI meraup laba bersih Rp155 miliar pada 2009. Bila pada 2007 dan 2008 kondisi kesehatan perusahaan adalah BBB alias kurang sehat, sejak 2008 PT KAI sudah masuk kategori BUMN sehat dengan peringkat A. (halaman 31)

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved