Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

EDITORIAL

Gayus Kecil

HAMPIR pasti semua orang di Indonesia tahu siapa itu Gayus Halomoan Tambunan. Namanya begitu populer karena kemampuannya menjalankan

Editor: Andrew_Pattymahu
HAMPIR pasti semua orang di Indonesia tahu siapa itu Gayus Halomoan Tambunan. Namanya begitu populer karena kemampuannya menjalankan praktek mafia pajak. Kehebatan lain, dengan uangnya Gayus bisa membeli apa saja yang diinginaknnya, termasuk keluar dari  Lapas Brimob Jakarta yang selama ini dikenal sangat ketat.

Gayus sebagai tahanan titipan bisa leluasa pergi ke Bali menyaksikan turnamen tenis. Lebih hebat lagi, dengan uangnya Gayus bisa memiliki paspor dan melawat hingga ke Singapura. Pihak imigrasi di Bandara Soekarno Hatta, dengan mudah dilalui untuk keluar masuk Indonesia.

Agak sulit membayangkan bagaimana Gayus bisa leluasa sehingga sangat mungkin Gayus menggunakan uangnya untuk membayar orang penting yang bisa membungkam pihak imigrasi di bandara tutup mata. Batas negara ini begitu mudah dilalui Gayus sehingga DPR RI merasa perlu membentuk  panitia kerja (panja) Bernama Panja Pemberantasan Mafia Perpajakan.

Namun, baru berumur sehari, pembentukan panja mulai layu. Pasalnya kasus mafia pajak beralih ke ranah politik setelah Gayus mengaku mendapat imbalan dari tiga perusahaan Group Bakrie.  Tak pelak, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie sering dikaitkan dengan kasu itu meski berulang-ulang memberi bantahan.    

Gayus memang membuat Indonesia gunjang-ganjing. Padahal Gayus hanyalah pemain baru yang seperti ketiban rezeki nomplok yang sangat royal mengeluarkan uang. Jika dibandingkan dengan tersangka korupsi bernilai triliunan yang kabur ke luar negeri, Gayus dapat dikatakan hanya kelas teri.

Jadi, alangkan baiknya jika hilangnya para koruptor kakap ke luar negeri menggunakan gaya yang mirip Gayus. Membayar aparat untuk tutup mata saat mereka melintasi batas hukum Indonesia. Dan bukan tidak mungkin mereka masih bebas keluar masuk Indonesia dengan wajah baru. Sepak terjang Gayus juga membuktikan kalau hukum di Indonesia belum berhasil ditegakkan. Uang masih menjadi penguasa yang bisa membayar siapa saja.

Dan sangat yakin, Gayus -gayus  lain begitu  banyak di Indonesia. Tidak hanya Gayus kelas nasional, tetapi juga Gayus  kelas provinsi, kota, kabupaten, dan bahkan kelurahan. Gayus bisa mengatur orang yang di penjara secara rutin pulang untuk menemui istri mereka, untuk sekadar istirahat di hotel, menghadiri acara tertentu dan sebagainya.

Gayus-gayus kecil pun sangat mungkin begitu banyak untuk mensiasati agar pajak tidak membengkak. Mengalihkan pajak ke kantong  pejabat dengan prinsip sama-sama untung. 

Lalu apa ini? Semua pengawasan sudah ada, tetapi titik lemah di Indonesia  itu justru di pengawasan. Artinya perlu pengawasan terhadap pengawas.(*)



Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved