ILC TV ONE
Rocky Gerung: Sejarah Baik Bukan Menghafal Nama Pahlawan Melainkan Nama Penghianat
Pengamat politik Rocky Gerung, menjadi salah satu narasumber dalam Program Indonesia lawyers Club
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung, menjadi salah satu narasumber dalam Program Indonesia lawyers Club (ILC) TVOne pada Selasa (2/7/2019).
Dalam pemaparannya. Rocky Gerung menegaskan bahwa rekonsialiasi antara kubu 01 dan 02 sulit terwujud.
"Gak pelu ada rekonsiliasi. Gak mungkin ada rekonsiliasi antara air dan minyak," kata mantan dosen filsafat UI ini.
Rocky menganggap, Jokowi dimenangkan secara legal, tetapi legitimasi ada pada Prabowo,.
"Bagaimana mendamaikan, dua problem satu di kutub utara, satu di kutub selatan," paparnya.
Rocky menyebut meski banyak elite parpol melalukan kesepakatan di bawah meja dengan pemenang, namun itu bukan berarti rekonsiliasi bakal terwujud.
Baca: Pernikahan Sedarah, Pria Ini Nikahi Adik Kandungnya, si Istri Kaget Setelah Lihat Video Ini
Baca: 4 Fitur WhatsApp Ini Jarang Digunakan Tapi Penting Banget, Bisa Sembunyikan Chat dari Pasangan
Baca: Pria Ini Bangkit dari Kematian saat Akan Dikubur
Menurut Rocky Gerung, harus ada badai baru untuk bisa menghasilkan rekonsiliasi dua kubu tersebut.
"Harus ada badai baru mendamaikan untuk menghasilkan rekonsiliasi, itu yang kita cari, jadi kita harus menciptakan badai baru sebetulnya," ujar Rocky Gerung
"Supaya kita bisa berselancar di situ dan menikmati tantangan di depan gelombang. Bukan sekedar Pak Karni yang berselancar, seluruh negeri ini."
"Problemnya adalah siapa yang lebih berpengalaman berselancar di tengah badai. yanga da berselancar di tengah ombak kedunguan itu. Itu yang kita hadapi," sambungnya.
Rocky hanya meminta semua pihak untuk menjadikan hal ini sebagai pelajaran.
"Terima itu sebaga fakta pelajaran demokrasi".
"Karena sejarah tak selalu menulis pemenang, sejarah yang baik adalah yang menuliskan kecurangan
Sejarah baik bukan menghapal nama-nama pahlawan tapi sejarah yang baik adalah nama-nama penghinat," tegasnya di penghujung pemaparannya.
Kritik MK
