Longsor Tambang Bakan
Cerita Keluarga Korban Tambang Bakan, Julfikran Sudah Membeli Pakaian untuk Kekasihnya
Terakhir almarhum Jul bersuara sudah memiliki kekasih dan sempat membelikan pakaian buat kekasihnya.
Penulis: Maickel Karundeng | Editor: maximus conterius
Laporan Wartawan Tribun Manado Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK - Bencana longsor di pertambangan emas tanpa izin (PETI) Super Busa di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Selasa (26/2/2019) pekan lalu masih meninggalkan kesedihan tersendiri bagi para keluarga korban.
Kejadian yang memilukan itu mengakibatkan puluhan orang pekerja tambang tertimbun dan meninggal dunia.
Mereka adalah para pejuang atau pencari nafkah atau tulang punggung keluarga di rumah.
Wipid Makainda, orang tua Almarhum Julfikran Makainda yang jadi korban, telah mengikhlaskan kepergian anak tercintanya.
"Memang terasa berat kami orang tua melepas kepergian Jul, tapi apa mau dikata kini ia telah pergi selamanya," katanya, Kamis (14/03/2019).
Nursia Mamonto, ibu Julfikran, masih tampak sedih kala mengenang almarhum.
Sesekali wajahnya terlihat sedih saat bercerita tentang almarhum Jul. Muka dan matanya memerah dan berkaca-kaca. Air matanya membasahi pipi.
"Sebagai seorang ibu tentunya sangat mengasihi dan menyayangi anak sama seperti ibu pada umumnya. Tapi kami keluarga telah ikhlas dan yakin anak kami diterima di sisi Yang Maha Kuasa," ungkapnya.
Baca: Jems Tuuk Dongkol Istilah PETI, Tambang Tradisional Bisa Hasilkan PAD Rp 600 Miliar
Baca: DATA FINAL Inilah Nama-nama Korban Tambang Bakan, 4 Orang Masih Hilang
Baca: Pencarian Korban Longsor Tambang Bakan Dihentikan, Ini Penjelasan Basarnas
Ia menambahkan, Almarhum Jul memang sudah menambang sejak lama dan pekerjaan itu sudah digelutinya demi kebutuhan hidup keluarga.
Terakhir almarhum Jul bersuara sudah memiliki kekasih dan sempat membelikan pakaian buat kekasihnya.
Bahkan, adik perempuan Almarhum Jul sempat meminta dibelikan pakaian, tapi sayang sudah tidak ada lagi.
Terpisah, Maekel Moonik, anggota keluarga korban almarhum Waldi Tiwang asal Desa Pangian, Kecamatan Passi Timur, mengungkapkan bahwa keluarga sudah ikhlas dengan kejadian yang menimpa keluarga.
"Almarhum Waldi sangat dekat sekali dengan saya secara pribadi. Sehingga saya angat merasa kehilangan termasuk seluruh keluarga besar," kenangnya.
Moonik mengingat masa Almarhum Waldi yang suka sekali bercanda.
"Ia suka sekali bercanda dengan semua orang dan kami keluarga selalu merindukannya," kenangnya. (*)
Baca: Ini Doktrin Isu Kiamat yang Termakan 52 Warga Ponorogo Hingga Pindah ke Malang
Baca: ISIS Mendukung Prabowo-Sandiaga, Priyo: Itu Berita Keliru dan 100 Persen Hoaks
Baca: 15 Maret 2019, Badai Matahari Diprediksi Menyambar Bumi, Begini Dampak yang Ditimbulkan
TONTON JUGA: