Uskup Manado Mgr Rolly Untu MSC: Tentang Penanganan Bencana Palu dan Sekitarnya
28 September 2018 terjadi Gempa bumi, Tsunami dan Likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Tulisan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu, MSC saat Mengunjungi Korban Bencana di Sulawesi Tengah
TRIBUNMANADO.CO.ID - 28 September 2018 terjadi Gempa bumi, Tsunami dan Likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Bencana ini sungguh membuat ribuan orang meninggal dunia, puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan puluhan ribu rumah dan gedung hancur.
Meskipun tempat ini ada di Provinsi Sulawesi Tengah, tetapi menjadi bagian dari Keuskupan Manado. Karena itu perhatian dan penanganan kami lakukan bekerja sama dengan pelbagai pihak.
Baca: Pimpin Misa Rally Rosario, Uskup Manado Cerita 2 OMK Jadi Pahlawan di Gempa Palu
Sebagai uskup saya berkunjung ke Palu tanggal 11 dan 12 Oktober. Dalam perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain tampak di mana-mana terjadi kerusakan.
Mulanya saya berkunjung ke Gereja Katolik St. Paulus. Ada dapur umum. Gereja baru yang sedang dalam tahap penyelesaian masih berdiri kokoh walau ada kerusakan kecil. Gereja digunakan sebagai tempat berlindung, tidur, dan berdoa.
Pastoran masih bisa dipakai walaupun ada retak di bagian kamar. Kemudian kami mengunjungi umat stasi Sidera dan Jonooge – Kabupaten Sigi. Umat terkumpul di halaman Rumah Ketua Stasi Sidera.
Di situ diserahkan bantuan lanjutan. Gereja Sidera yang sedang dibangun terkena musibah jatuhnya dinding atas bagian depan dan belakang.
Kemudian kami membagikan makanan kepada masyarakat Jonooge yang tinggal di tenda-tenda.
Baca: Uskup Manado: Ricardo Sengkeh Pahlawan dan Martir
Dalam perjalanan ke desa Jonooge terlihat tenda-tenda di tanah kosong maupun di halaman gedung atau rumah. Jonooge ada salah tempat yang paling parah kerusakannya: jalan terbelah, hilang; rumah dan bangunan hancur, patah, miring, retak; persawahan berubah menjadi perkebunan jagung (terjadi pergeseran oleh likuifaksi).
Dari Jonooge kami menuju Petobo: perumahan tenggelam ditutup oleh lumpur (diperkirakan 700an rumah), jalan turun 2 meter. Kami meneruskan perjalanan ke Pantai Talise di mana terkena dampak Tsunami. Hancur di mana-mana. Akhirnya kami tiba di Pos Pelayanan, Paroki Santa Maria.
Di Kompleks Gereja dan Pastoran Sta Maria nampak banyak orang: para pastor, suster, frater, dewan pastoral, relawan baik dari dalam maupun dari luar. Saya melihat Aula tempat penampungan dan distribusi bantuan.
Baca: Uskup Manado Nyatakan Belasungkawa Terhadap Korban Gempa Palu dan Donggala
Bagian depan aula lobang akibat dinding atas roboh, demikian juga plafond di atas panggung jatuh. Gereja yang raksasa itu masih berdiri kokoh meski ada kancingan-kancingan kawat di bawah atap terlepas.
Salib besar di dinding altar masih tergantung pada tempatnya meski marmer-marmer di sekitarnya banyak yang berjatuhan merusak kursi di panti imam.
Tampak solidaritas dan semangat di antara umat: membuka dapur umum (juga bagi masyarakat lainnya), berdoa rosario dan merayakan Ekaristi.