Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Konflik Israel dan Palestina

Hamas Berkomitmen akan Tetap Berjuang Menghadapi Israel Jika Netanyahu Kembali Lakukan Agresi

Meskipun tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah mulai diberlakukan, namun potensi ketegangan masih ada.

Editor: Rizali Posumah
RNTV/TangkapLayar
GAZA YANG HANCUR - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025). Menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. Seorang pejabat senior Hamas memperingatkan bahwa kelompoknya siap menghadapi kembali agresi Israei jika pertempuran kembali pecah. 

"Tahap kedua rencana Trump, sebagaimana terlihat jelas dari poin-poinnya sendiri, mengandung banyak kerumitan dan kesulitan," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa Hamas tidak akan ikut dalam penandatanganan resmi kesepakatan damai yang digelar di Mesir. 

Menurutnya, Hamas selama ini bernegosiasi secara tidak langsung melalui mediator dari Qatar dan Mesir, bukan melalui saluran formal yang dipimpin oleh AS.

 "Soal penandatanganan resmi, kami tidak akan terlibat," ujarnya, dikutip dari Al-Arabiya.

Negosiasi di Mesir ini mempertemukan berbagai tokoh penting internasional, termasuk:

  • Jared Kushner,  arsitek utama proposal perdamaian
  • Utusan Khusus AS Steve Witkoff
  • Kepala intelijen Mesir Hassan Rashad
  • Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman
  • Kepala intelijen Turki Ibrahim Kalin
  • Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer
  • Dan delegasi dari kelompok Jihad Islam Palestina

Kehadiran negara-negara Arab dan Islam dalam proses ini dianggap Hamas sebagai faktor yang bisa memperkuat posisi negosiasi, sekaligus membatasi ruang gerak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam melanjutkan agresi.

Risiko Percayai Trump

Langkah politik yang sangat berisiko terpaksa ditempuh Kelompok Bersenjata Palestina di Gaza, Hamas

Hamas menyepakati gencatan senjata dengan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata tersebut dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).

Di mana salah satu pointnya adalah meminta Hamas untuk menyerahkan seluruh sandera yang mereka tahan di Gaza.

Kenapa langkah ini berisiko bagi Gaza? Pasalnya, keputusan ini diambil tanpa adanya kesepakatan tertulis mengenai penarikan penuh pasukan Israel.

Kesepakatan hanya berdasarkan jaminan lisan, terutama dari Presiden AS Donald Trump.

Di mana kesepakatan tersebut mulai berlaku pada Jumat (10/10/2025).

Beberapa pejabat hamas menilai ini sebagai "judi" politik.

Mereka meyakini bahwa keterlibatan personal Trump dalam kesepakatan tersebut akan cukup untuk menahan Israel agar tidak melanjutkan operasi militernya setelah sandera dibebaskan.

Pandangan Hamas terhadap Trump

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved