Sejarah
Sejarah Hari Lahir TNI 5 Oktober 1945: Berawal dari Badan Keamanan Rakyat yang Dibentuk PPKI
Hari Ulang Tahun TNI, didasarkan pada sejarah dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 79 tahun yang lalu, tepatnya 5 Oktober 1945.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini Minggu 5 Oktober 2025 diperingati sebagai hari lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TN).
Hari Ulang Tahun TNI, didasarkan pada sejarah dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 79 tahun yang lalu, tepatnya 5 Oktober 1945.
Dikutip dari buku Badan Keamanan Rakyat (BKR): Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia (2001) karya Pamoe Tahardjo, awalnya Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI melalui sidang tanggal 22 Agustus 1945 membentuk Badan Keamanan Rakyat.
Pebentukan BKR diumumkan oleh Presiden Soekarno pada 23 Agustus 1945.
Tugas BKR terbatas untuk memelihara keamanan bersama rakyat dan badan negara Indonesia yang baru terbentuk.
Para personelnya terdiri dari pemuda Indonesia yang pernah tergabung atau mengenyam pendidikan militer dalam satuan militer bentukan Jepang dan Belanda seperti Heiho (Jepang), Pembela Tanah Air (Jepang), Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger: Tentara Kerajaan Hindia Belanda disingkat KNIL, dan sebagainya.
Heiho berasal dari karakter kanji Jepang yakni Hei yang berarti Prajurit dan Ho yang berarti Bantuan. Jadi Heiho adalah Tentara Bantuan militer Jepang.
Kala itu, BKR dipimpin oleh Moefreni Moekmin, tokoh pejuang kemerdekaan dan bermarkas di Jakarta.
BKR kemudian diubah menjadi TKR melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945.
Terbentuknya TKR
Pembentukan TKR dilatarbelakangi oleh keinginan para anggota BKR dan pemuda pejuang karena pemerintah belum juga membentuk tentara nasional yang resmi, sementara situasi sudah sangat mendesak.
Pasalnya sejak September 1945, tentara Inggris sebagai wakil sekutu telah berada di Indonesia.
Tercium kabar di kalangna para pejuang bahwa Inggris datang bukan hanya ingin melucuti tentara Jepang melainkan juga berniat membantu mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.
Walhasil TKR pun resmi dibentuk. Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta kemudian mengangkat mantan perwira KNIL, Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR untuk menyusun anggota. Oerip Soemoharjo juga resmi menyandang pangkat Letnan Jenderal.
Pada 6 Oktober 1945, Presiden Soekarno mengangkat seorang tokoh pemberontakan PETA, Suprijadi untuk menjadi Menteri Keamanan Rakyat sekaligus panglima tertinggi TKR.
Sayangnya, tokoh pemberontakan PETA di Blitar itu tidak pernah muncul hingga awal November 1945.
Praktis, TKR pun kosong kepemimpinan sejak pertama ia dibentuk.
Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip Sumohardjo lantas mengadakan konferensi TKR di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945.
Dalam konferensi tersebut Kolonel Soedirman terpilih sebagai Panglima Tertinggi TKR.
Pengangkatan resmi diadakan pada tanggal 18 Desember 1945. Sejak hari itu juga, Soedirman menyandang pangkat Jenderal.
Tentara Republik Indonesia
Sekitar sebulan kemudian, pada 26 Januari 1946, pemerintah Republik Indonesia kembali mengubah nama militernya menjadi Tentara Republik Indonesia disingkat TRI.
Keputusan ini diambil demi menyempurnakan organisasi tentara sesuai standar militer internasional.
Setelah itu, pemerintah membentuk panitia yang disebut Panitia Besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara.
Tanggal 17 Mei 1946, panitia ini mengumumkan rancangan dan bentuk Kementerian Pertahanan dan Ketentaraan, kekuataan dan organisasi, peralihan dari TKR ke TRI, serta kedudukan laskar-laskar dan barisan badan perjuangan rakyat.
Tentara Nasional Indonesia
Di masa revolusi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, banyak rakyat yang membentuk laskar-laskar perjuangan sendiri atau badan perjuangan rakyat.
Di lapangan, sering terjadi kesalahpahaman di antara anggota TRI dan para pejuang di luar TRI.
Demi mencegah terjadinya perpecahan antara dua kubu yang sama-sama punya senjata di negara yang masih baru ini, pemerintah melakukan reorganisasi kembali militernya.
Pada tanggal 15 Mei 1947, Presiden mengeluarkan penetapan tentang penyatuan TRI dengan badan dan laskar perjuangan menjadi satu organisasi tentara di bawah nama Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pengesahan TNI secara resmi dilakukan pada 3 Juni 1947.
Presiden juga menetapkan susunan tertinggi TNI yang dipimpin oleh Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Soedirman.
Semua satuan angkatan perang dan laskar pun wajib taat dan tunduk kepada segala perintah dan instruksi Kepala Pucuk Pimpinan TNI.
APRI, ABRI dan Kembali Jadi TNI
Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Desember 1949, Indonesia berubah menjadi negeara federasi dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).
Sejalan dengan itu, terbentuklah Angktan Perang RIS (APRIS) yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL.
Saat RIS bubar pada 17 Agustus 1950 dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan, APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).
Agar lebih efektif dan efisien dalam melaksanakan perannya, pada 21 Juni 1962 pemerintah menyatukan angkatan perang dengan Kepolisian Negara (Polri) di bawah nama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Namun, pada 1 April 1999, TNI dan Polri kembali dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri.
ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI.
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
SUMBER: KOMPAS
Kisah Samurai Legendaris Inspirasi Karakter Rurouni Kenshin, Disingkirkan Pemerintah yang Ia Bela |
![]() |
---|
Perdebatan Jumlah Korban Jiwa Tragedi Kemanusiaan Pasca-G30S 1965 |
![]() |
---|
Soe Hok Gie tentang Tahanan Politik Setelah G30S: Kita Tak Lebih Baik dari Pemerintah Hindia Belanda |
![]() |
---|
Akhir Tragis Samurai Legendaris Inspirasi Rurouni Kenshin, Dibunuh Pemerintah yang Ia Bela Sendiri |
![]() |
---|
Puputan Badung: Kisah Perang Habis-habisan Rakyat Bali dan Rajanya Melawan Belanda demi Harga Diri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.