Berita Nasional
Angka Kelahiran di Indonesia Menurun, Jumlah Lansia Kini Lampaui Balita
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa angka kelahiran di Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Ringkasan Berita:
- Angka kelahiran di Indonesia menurun tajam, sementara jumlah lansia meningkat pesat hingga melampaui jumlah balita di beberapa daerah.
- Fenomena ini menandai pergeseran menuju masyarakat menua (aging population).
- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, meski kelahiran bayi masih mencapai sekitar 4,8 juta per tahun, trennya terus menurun.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Indonesia tengah menghadapi perubahan besar dalam struktur penduduknya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, angka kelahiran nasional terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, sementara jumlah warga lanjut usia meningkat tajam.
Di sejumlah daerah, bahkan jumlah lansia kini sudah melampaui balita sebuah pergeseran demografis yang menjadi peringatan dini bagi masa depan tenaga kerja dan sistem kesehatan nasional.
Baca juga: Apa Itu Influenza A? Bukan Cuma Flu Biasa, Berikut Bahaya dan Cara Penanganannya
Fenomena ini, menurut Budi, menjadi tantangan besar bagi pemerintah, terutama dalam menyesuaikan arah kebijakan dan layanan kesehatan masyarakat yang selama ini lebih fokus pada ibu dan anak.
Jumlah kelahiran setara satu negara Singapura
Menkes menggambarkan, jumlah kelahiran di Indonesia masih tergolong besar jika dibandingkan dengan negara kecil seperti Singapura.
“Di Indonesia kelahiran bayinya dalam setahun itu ada sekitar 4,8 juta per tahun, gambarannya seperti satu Singapura, karena mereka penduduknya 5 juta,” jelas Budi dalam acara Peresmian Brawijaya Hospital Taman Mini, Jakarta Timur, Selasa (28/10/2025).
Namun, di balik angka yang tampak besar itu, tren kelahiran justru terus menurun.
Jika pada masa Orde Baru populasi balita sangat tinggi hingga mendorong pembangunan posyandu dan puskesmas di berbagai daerah, kini situasinya berbalik.
“Padahal populasi balita di Indonesia dulu zamannya Pak Harto itu tinggi, makanya banyak dibuat posyandu dan puskesmas karena fokus kesehatannya pada ibu dan anak,” jelasnya.
Penurunan angka kelahiran ini menjadi tanda bahwa keluarga muda di Indonesia kini cenderung menunda memiliki anak atau memilih memiliki jumlah anak yang lebih sedikit dibanding generasi sebelumnya.
Populasi lansia kini lebih banyak dibandingkan balita
Melansir dari situs Ayo Sehat Kemenkes, Indonesia resmi memasuki fase masyarakat menua (aging population) sejak tahun 2021. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sekitar 12 persen atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia saat ini tergolong lansia. Angka tersebut diperkirakan terus naik dan mencapai sekitar 20 persen pada tahun 2045.
Budi menyoroti, perubahan struktur penduduk ini terlihat nyata di beberapa daerah besar, terutama di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Yogyakarta.
“Namun, yang terjadi di Indonesia, misalnya di Jakarta itu sudah lebih banyak lansia daripada balita. Di Yogyakarta apalagi, angka lansianya juga lebih tinggi,” kata dia.
Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bergerak menuju masyarakat dengan populasi menua atau aging population.
Kondisi ini umum terjadi di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, dan kini mulai dirasakan di Indonesia.
Perubahan tersebut tidak hanya memengaruhi aspek sosial, tetapi juga akan berdampak besar terhadap sistem kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Ia menilai, Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini secara menyeluruh.
Peningkatan jumlah penduduk lansia berarti kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan akan mengalami pergeseran yang signifikan.
“Perubahan dari epidemiologi populasi Indonesia ini harus diantisipasi oleh saya sebagai Menteri Kesehatan dan juga teman-teman yang bergerak di bidang kesehatan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, jika sebelumnya layanan kesehatan lebih banyak difokuskan pada ibu dan anak, ke depan permintaan akan meningkat pada layanan kesehatan bagi lansia.
“Sebab, nanti permintaan konsumen terhadap layanan kesehatan, dokter, dan alat kesehatan itu akan bergeser pada layanan kesehatan lansia, seperti stroke, jantung, dan Alzheimer,” jelasnya.
Fokus ibu dan anak tetap jadi prioritas
Meski demikian, Budi menegaskan, perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak tetap menjadi salah satu prioritas utama pemerintah.
Menurutnya, masih banyak ruang untuk memperkuat layanan di bidang ini, terutama dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap program in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.
“Bukan berarti bahwa balita juga kurang mendapat fokus, kesempatannya masih sangat besar karena masih banyak yang ingin mencoba program IVF,” ujar Budi.
Ia menilai, keseimbangan antara penanganan kesehatan lansia dan anak-anak perlu dijaga agar pembangunan kesehatan nasional berjalan seimbang dan inklusif.
-
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Baca berita lainnya di: Google News
WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini
Angka Kelahiran menurun
Angka Kelahiran Indonesia
Jumlah Lansia Kini Lampaui Balita
Lansia lebih banyak dari Balita
| Akhirnya Terungkap Peran Luhut Binsar Pandjaitan di Proyek Whoosh, Mahfud MD: Bukan Saya Membela |
|
|---|
| Akhirnya Terungkap Alasan Mahfud MD Tak Percaya KPK Selidiki Kereta Cepat Whoosh Sejak Januari 2025 |
|
|---|
| Balas Kritik Hasan Nasbi, Menkeu Purbaya: Saya Mengembalikan Kepercayaan Masyarakat ke Pemerintah |
|
|---|
| Akhirnya Terungkap Alasan Jokowi Ogah Tempati Rumah Pensiun dari Negara, Luasnya 8.000 Meter Persegi |
|
|---|
| Hasan Nasbi Kritik Keras Gaya Koboi Menkeu Purbaya: "Kalau Mau Baku Tikam di Ruang Tertutup" |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/Menteri-Kesehatan-RI-Menkes-Budi-Gunadi-Sadikin-saat-berbincang-dengan-Tribun-Network.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.