Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah G30S

Sejarah Peristiwa Kelam G30S: Ini 7 Teori Dalang di Balik Gerakan 30 September, Ada Soeharto dan CIA

Tepat hari ini Selasa 30 September 2025, Indonesia kembali memperingati peristiwa kelam dalam sejarah, yakni Gerakan 30 September atau G30S.

Editor: Glendi Manengal
Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka, h. 44/Jakarta Citra Lamtoro Gung Persada, 1986
G30S: Potret Para Jenderal dan Perwira yang dibunuh dalam Peristiwa G30S. Siapa dalang dibalik peristiwa gerakan 30 september. 

Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson mengemukakan bahwa badan intelijen Amerika Serikat, CIA adalah dalang G30S.

Hal itu dilatarbelakangi oleh kepentingan Amerika Serikat (AS) agar Indonesia ke depannya tidak menjadi basis komunisme.

Pada 1960-an, AS mencemaskan teori domino, bahwa komunisme di Vietnam lama-kelamaan bisa tumbuh di Indonesia.

Menurut teori ini, G30S digerakan oleh CIA atau Pemerintah AS yang bekerja sama dengan klik (kelompok terbatas) Angkatan Darat dan memprovokasi PKI.

Tujuan akhirnya adalah menggulingkan PKI dan Presiden Soekarno, yang saat itu condong ke Uni Soviet dan anti-Barat.

3. Soekarno

Soekarno yang ketika itu menjabat sebagai presiden, disebut-sebut menjadi dalang dalam peristiwa G30S.

Hal tersebut dikatakan Antonie Dake dalam In The Spirit of the Red Banteng, The Devious Dalang: Soekarno and so-called Untung Putsch dan John Hughes dalam The End of Soekarno.

Menurutnya, Soekarno memiliki kepentingan untuk melenyapkan oposisi sebagian perwira tinggi TNI AD terhadap kepemimpinannya.

Mengingat kedekatannya terhadap Soekarno, PKI kemudian ikut terseret dalam kasus ini. Saat itu, Soekarno juga condong kepada Uni Soviet yang berhaluan komunisme.

4. TNI AD

TNI AD disebut menjadi pihak lainnya yang menjadi dalang utama dalam peristiwa Gerakan 30 September.

Dilansir dari Kompas.com (30/9/2023), teori ini ditulis oleh Victor M. Fic dalam buku Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi tentang Konspirasi.

Victor menyebut, asal-usul G30S adalah polarisasi yang terjadi di kalangan TNI pada 1965. Saat itu, disebutkan bahwa TNI AD terpecah menjadi dua kubu besar.

Kubu pertama terdiri dari dua perwira TNI AD yang "progresif-revolusioner" golongan muda. Sedangkan kubu lainnya yaitu para komandan “reaksioner” TNI AD.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved