Manado Sulawesi Utara
2 Lokasi Sol Sepatu Legendaris di Pasar 45 Manado, Ada Sejak 1960-an hingga Dikunjungi Turis Asing
Pengrajin sepatu adalah satu dari UMKM di pasar 45 Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
Ringkasan Berita:
- Pengrajin sepatu adalah satu dari UMKM di pasar 45 Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara
- UMKM pengrajin sepatu punya sejarah yang lebih panjang
- Ada yang sudah sejak tahun 1960-an dan pernah dikunjungi turis hingga punya potensi wisata
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pengrajin sepatu adalah satu dari UMKM di pasar 45 Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Mereka nampak tak sesemarak UMKM lainnya.
Namun UMKM pengrajin sepatu punya sejarah yang lebih panjang.
Ada yang sudah sejak tahun 1960-an.
Ada yang pernah dikunjungi turis hingga punya potensi wisata.
Ini dua tempat sol sepatu legendaris di kota Manado.
1. Lorong Tengah
Namanya lorong tengah. Letaknya di Pasar 45 Manado.
Lorong tengah adalah sebuah lorong di antara pertokoan di Pasar 45.
Belasan tukang sol sepatu berjajar di sepanjang lorong tersebut.
Tempat ini sudah lama ada.
Dari para tukang sol sepatu diperoleh cerita yang berbeda - beda.
Umumnya menyebut tempat itu ada sejak tahun 1970 an.
Namun ada pula yang menyebut keberadaan tempat itu sudah sejak tahun 60 an.
Yang pasti tempat itu ngetop.
Warga se Sulut yang hendak sol sepatu selalu menuju ke situ.
Itu terjadi hingga awal 2000 an. Ketika tukang sol bertebaran.
Bahkan ada yang sudah masuk kampung, "magis" tempat itu tetap ada. Kendati pendapatan tukang sol di sana sudah jauh berkurang.
Arifin salah satu tulang sol menuturkan, dirinya nongkrong di sana sejak tahun 90 an.
"Sewaktu SMP saya sering nongkrong di sini, lantas ada yang mengajari saya keahlian ini dan mulai tahun 1990 an saya mulai mencari nafkah di sini," katanya beberapa waktu.
Kala tribunmanado datang, Arifin tengah sibuk memperbaiki sepatu.
Tangan kanannya memegang pisau. Di tangan kirinya ada sepatu.
"Saya bisa berkeluarga dan bisa cukupi kebutuhan hidup hingga sekolahkan anak," katanya.
Pamor tempat itu meredup dalam beberapa hari terakhir.
Salah satu penyebabnya adalah invasi sejumlah tukang sol sepatu luar daerah.
"Mereka keluar masuk kampung," kata dia.
Untung pun berkurang drastis.
Meski demikian, menjual sepatu di sana masih dapat jadi sandaran hidup.
"Sehari masih bisa dapat 5 hingga 10 sepatu, masih bisalah untuk sandaran hidup, kami juga masih punya langganan," kata dia.
Selain tukang sol dari luar, ancaman para tukang sol di lorong tengah Pasar 45 adalah penggusuran.
Terkait ini ia menawarkan solusi.
"Mungkin ini bisa ditata jadi lokasi wisata, dibersihkan dan dipasangi kanopi khusus untuk tukang sol sepatu," kata dia.
Sebut dia, nilai pariwisata tempat itu ada. Ada cerita, sejarah dan keunikan yang bisa dijual kepada turis.
Ia menuturkan tempat itu kerap didatangi turis bule.
"Mereka datang sini memotret atau minta diperbaiki sepatunya," katanya.
Kelucuan sering terjadi. Kadang si bule datang tanpa penerjemah.
Bahasa "Tarzan" pun dipakai.
2. Lorong Depan TKB
Lorong di depan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) di Kelurahan Pinaesaan, Kecamatan Wenang, kota Manado, provinsi Sulut, itu sejak lama dikenal sebagai sentra pengrajin sepatu.
Para pengrajin berupaya keras untuk terus eksis di tengah zaman yang sepertinya tak ramah lagi.
Tribunmanado menyambangi kawasan itu, Jumat (24/10/2025) pagi.
Terdapat enam pengajin yang stand by.
Masing-masing berada di standnya.
Stand tersebut sangat sederhana. Hanya terdiri dari meja kecil yang menampung tumpukan sepatu serta
sebuah bangku kecil.
Para pengrajin duduk di bangku tersebut.
Saat bekerja mereka duduk di sana. Pun disaat rehat, makan atau menanti pelanggan seperti saat Tribun tiba di sana.
Tribun mewawancarai Fredy Mangirang.
Dialah pengrajin tertua di sana.
"Usia saya sudah 70 tahun," kata dia.
Fredy mengaku sudah generasi kedua pengrajin di tempat itu.
Pengrajin generasi pertama adalah sang ayah.
"Tempat ini berdiri sejak tahun 1970," katanya.
Semuanya, kata dia, berawal dari adanya pabrik sepatu di Pasar 45.
Pabrik itu lantas pindah ke Jawa.
Pekerjanya lantas membuka usaha kerajinan sepatu.
Awalnya di emperan toko, lantas di pindah ke lokasi saat ini.
"Ayah saya adalah pekerja pabrik itu," katanya.
Ia bercerita, awal mula dirinya menjadi pengrajin sepatu adalah saat mengantar makanan pada sang ayah.
Kala itu ia masih SD.
"Saya sering bawa makanan ke ayah, berada di sana saya sering melihat ayah bekerja dan lama kelamaan saya belajar
menjahit, saya punya minat tinggi hingga bisa menguasai keahlian itu dengan baik," katanya.
Berbekal keahlian itu, Fredy kecil mulai menjadi pengajin.
Ia pun mulai akrab dengan cuan.
"Kala itu saya bisa dapat Rp 10 ribu sehari, jumlah yang besar kala itu," kata dia.
Ungkap dia, dulunya usaha reparasi sepatu sangat cerah.
Warga yang memanfaatkan jasa mereka sangat banyak.
"Waktu itu ada 30-an pengrajin disini," kata dia.
Ia menyebut pendapatannya rata rata Rp 300 ribu per hari. Itu lebih dari cukup untuk kegiatan sehari - hari.
Fredy mengaku punya banyak pelanggan. Diantara sekian banyak pelanggannya, ada kepala daerah.
"Ada Walikota Manado dulu Wempie Frederik dan almarhum Bupati Minahasa Jantje Sajow," katanya.
Zaman berubah.
Usaha reparasi sepatu kini tak seindah dulu.
Salah satu penyebabnya adalah maraknya tukang sol jalanan.
"Mereka jalan ke rumah rumah, banting harga dan kualitasnya tak bagus, hingga membuat branding kami menurun," kata dia.
Sebut dia, kini pengrajin tersisa 10. Itu pun tak semua aktif.
"Mereka ini generasi ketiga," katanya.
Ia tak bisa memastikan bakal ada generasi selanjutnya.
Anak-anaknya semua perempuan.
Meski tak lagi mudah, dirinya masih punya asa.
Dirinya berharap pemerintah setempat dapat memfasilotasi tempat itu menjadi lebih baik lagi.
"Kami minta minimal ini dipasangi kanopi agar kami tak kena hujan atau panas, ini juga dapat diolah jadi ramah pariwisata, sudah sering kami sampaikan tapi belum ada tindak lanjutnya," katanya. (Art)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
| Antrean di SPBU Malalayang Manado Terpantau Normal, Solar Subsidi Tersedia |
|
|---|
| Peminat Sepatu KW di Pasar 45 Manado Masih Tinggi, Omzet Pedagang Capai Jutaan Rupiah |
|
|---|
| Pedagang Sepatu KW di Pasar 45 Manado Ngaku Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan |
|
|---|
| Serang Warga dan Polisi dengan Sajam, Seorang Pria Ditangkap Anggota Polsek Wanea Manado |
|
|---|
| Harga Bahan Pokok di Pasar Karombasan Manado, Cabai Rawit Hanya Rp 20 Ribuan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.