Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Taman Budaya Sulut

Taman Budaya Sulut Lama Terlantar, Gerakan Seniman Sulut Sampaikan Seruan

Gerakan Seniman Sulut (GEMAS) mendesak pemerintah provinsi untuk segera menghidupkan kembali Taman Budaya Sulawesi Utara.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Handhika Dawangi
Tribun Manado/Arthur Rompis
TAMAN BUDAYA - Foto Gedung Taman Budaya Sulut, Selasa (7/10/2025). Seniman yang tergabung dalam Gerakan Seniman Sulut (GEMAS) mendesak pemerintah provinsi untuk segera menghidupkan kembali Taman Budaya Sulawesi Utara. (Arthur Rompis/Tribun Manado) 

MANADO, TRIBUN - Seniman yang tergabung dalam Gerakan Seniman Sulut (GEMAS) mendesak pemerintah provinsi untuk segera menghidupkan kembali Taman Budaya Sulawesi Utara yang telah terbengkalai sejak tahun 2017. 

“Taman Budaya dulu adalah rumah kami. Sekarang berubah jadi hutan dengan bangunan rusak. Kami kehilangan tempat berkarya, kehilangan pusat peradaban seni,” kata Alfred Pontolondo salah satu narahubung dalam rilis kepada Tribun Manado, Senin (6/10/2025). 

Mereka menilai kondisi ini sebagai bentuk nyata dari "musibah kebudayaan”.

Lanjut Alfred, sejak pengosongan kawasan Taman Budaya di Rike, Kecamatan Wanea, para seniman kehilangan ruang untuk berlatih, berproses, dan mempertunjukkan karya seni mereka.

Taman Budaya Sulut yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan pada 8 Januari 1987, pernah menjadi pusat kegiatan seni berbagai disiplin, seperti teater, musik, tari, hingga seni rupa. 

Namun sejak dibubarkannya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya dan dipindahkannya seluruh staf ke Museum Negeri, kawasan tersebut dibiarkan kosong dan tidak terurus.

Menurut Pontolondo, sebagian aset seperti kursi, meja, dan peralatan kesenian hilang tanpa jejak. “Sejak 2017, fasilitas habis, tempatnya kosong, lalu sekarang kabarnya mau dijadikan SPBU. Ini sungguh menyakitkan bagi dunia seni budaya di Sulut,” tegasnya.

GEMAS juga menyoroti ketimpangan perhatian pemerintah terhadap sektor budaya. Menurut mereka, kebijakan selama ini terlalu fokus pada sektor ekonomi dan olahraga, sementara kesenian justru dianaktirikan.

“Kalau olahraga bisa mendapat dukungan luar biasa, kenapa seni tidak? Seni juga menjaga kesehatan jiwa masyarakat,” kata Pontolondo.

GEMAS menuntut dua hal utama: pertama, agar Pemerintah Provinsi Sulut membangun kembali dan menghidupkan fungsi Taman Budaya Sulut sebagai pusat kreativitas seni dan pembinaan generasi muda; kedua, mengembalikan fungsi Gedung Kesenian Pingkan Matindas sebagai ruang seni publik.

Mereka juga mengapresiasi langkah Gubernur Sulut Yulius Selvanus yang telah menganggarkan Rp15 miliar untuk revitalisasi Museum Negeri Sulawesi Utara, namun berharap perhatian yang sama diberikan kepada Taman Budaya dan Gedung Kesenian.

“Kalau ini diwujudkan, maka itu akan menjadi legacy penting bagi Pak Gubernur. Beliau akan dikenang sebagai pemimpin yang peduli pada kebudayaan,” pungkas Alfred Pontolondo. (art)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado, Thread Tribun Manado, Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved