Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Lipsus Hacker Bjorka Ditangkap

Bjorka Kerap Bantu Tantenya Jualan Keliling Saat Masih di Manado, Sudah Lama Tak Pulang

"Kami keluarga sama sekali tidak tahu tentang kabar dia karena memang sudah pergi dari rumah lebih dari setahun lalu,"

Penulis: Isvara Savitri | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.com/Isvara Savitri
KOMO DALAM - Tempat tinggal Wahyu Taha yang diduga Bjorka di Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Jumat (3/10/2025). Keluarga Wahyu masih tinggal di sana. 

TRIBUNMANADO.COM, MANADO - Penangkapan Bjorka di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, menggegerkan publik.

Tak ada yang menyangka bahwa Bjorka adalah Wahyu Firmansyah Taha (23) yang merupakan warga Kampung Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wanea, Kota Manado; termasuk keluarga.

Keluarga Wahyu masih tinggal di sebuah rumah kecil di gang sempit dan terjal di Komo Dalam.

Ada adiknya, Nesa Taha, serta paman dan tantenya, Risna Taha, Ririn Taha, dan Idris Taha.

Di sampingnya, ada rumah bercat biru yang ditinggali Wahyu ketika masih di Manado.

Wahyu sendiri sudah lama tak pulang ke Manado dan menghubungi keluarga.

"Kami keluarga sama sekali tidak tahu tentang kabar dia karena memang sudah pergi dari rumah lebih dari setahun lalu," ujar Nesa ketika ditemui, Jumat (3/10/2025).

Maka, keluarga tak menyangka bahwa Wahyu memiliki keahlian khusus di bidang teknologi, meski sedikit banyak paham soal gawai dan media sosial.

Nesa juga membenarkan bahwa Wahyu tinggal bersama kekasihnya di Desa Totolan.

Penurut hingga Kerap Bantu Berjualan

KOMO DALAM - Tempat tinggal Wahyu Taha yang diduga Bjorka di Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Jumat (3/10/2025). Keluarga Wahyu masih tinggal di sana.
KOMO DALAM - Tempat tinggal Wahyu Taha yang diduga Bjorka di Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Jumat (3/10/2025). Keluarga Wahyu masih tinggal di sana. (Tribunmanado.com/Isvara Savitri)

Risna mengenang keponakannya sebagai sosok yang penurut dan pintar.

Wahyu sudah yatim piatu.

Ibunya meninggal pada 2014, sedangkan sang ayah baru kurang lebih 2 tahun lalu.

Wahyu sempat mengenyam pendidikan hingga Kelas XI di SMKN 3 Manado.

Kala itu, ia mengamblil jurusan tata boga.

Ia sendiri tak memiliki pekerjaan tetap, hanya kerap membantu Risna keliling berjualan makanan di Kawasan Megamas Manado.

Wahyu juga cukup pendiam, namun sering nongkrong bersama teman-teman di kampungnya.

Waktu masih di Manado ia juga jarang pulang ke rumah.

"Seperti pemuda pada umumnya yang sering nongkrong dan main game saja," tambah Nesa.

Kaget Punya Banyak Uang

Baca juga: Kecelakaan Maut, Seorang Pelajar Tewas, Warga: Motor Ditumpangi 3 Orang dan Tabrakan dengan Truk

Baca juga: Chord Lagu Ropang - Denny Caknan, Ndx Aka - Kunci Gitar E

Idris mengaku kaget keponakannya bisa mendapatkan US$ 9 ribu dalam aksinya.

Selama ini, ia tak pernah melihat keponakannya berlaku konsumtif.

"Biasa-biasa orangnya. Sedangkan kuburan orang tuanya saja belum dibikin," tutur Idris.

Meski begitu, Idris tahu bahwa ada sejumlah barang yang disita polisi seperti empat buah handphone dan satu tablet.

"Ada juga sepeda motor dan sepeda listrik tapi tidak dirilis polisi," katanya.(*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved